Liputan6.com, Jakarta Posting foto Anda di sosial media dengan mengenakan pakaian secara terbalik dan memperlihatkan labelnya untuk ikut kampanye Fashion Revolution Day yang dilakukan di seluruh dunia. Kampanye ini dibuat oleh organisasi bernama sama untuk memperingati tragedi runtuhnya Rana Plaza di Dhaka, Bangladesh tepat pada 24 April 2013.
Sebagaimana dilansir dari nydailynews.com Jumat (25/4/2014), tragedi runtuhnya pabrik pembuatan pakaian ini mencabut sekitar 1.100 nyawa pekerja dan melukai 2.500 orang lainnya. Tuntutan untuk dapat memproduksi barang fesyen dengan biaya murah sehingga dapat dijual dengan harga yang diharapkan konsumen telah berdampak fatal bagi pekerja di Rana Plaza.
Advertisement
Dengan melihat bagian dalam pakaian dan labelnya, masyarakat fesyen diajak untuk berpikir tentang proses panjang yang diperlukan untuk membuat pakaian dan harga apa yang harus dibayar untuk kepentingan fashion penggunanya. Anda dapat posting foto tersebut ke Facebook, Twitter atau Instagram dengan hashtag #InsideOut. Mention juga label pakaian yang dikenakan dan tanyakan pada label tersebut bagaimana pakaian itu dibuat.
Pertanyaan ini penting untuk ditanyakan karena ternyata bukan hanya konsumen yang awam dengan bagaimana pakaian yang dikenakannya dibuat. Banyak label yang baru setelah tragedi Rana Plaza terjadi mengetahui bahwa pakian-pakaiannya di buat di tempat tersebut dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kabar baiknya untuk saat ini adalah bahwa sebanyak 150 perusahaan label fesyen menandatangani Accord on Fire and Building Safety in Bangladesh. Nota Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya oleh H&M, Mark & Spencer, Calvin Klein, Tommy Hilfiger, Adidas, Abercrombie & Fitch merupakan sebuah komitmen bagi terciptanya kondisi kerja yang layak dalam membuat pakaian.
International Labour Organization (ILO) juga tengah mengadakan aksi galang dana bagi korban-korban tragedi Rana Plaza. Target pengumpulan dana adalah US$ 40 juta (sekitar Rp 464 miliar). Salah satu korban dari tragedi bangunan runtuh tersebut adalah Mahinur Akter. Remaja putri berusia 18 tahun ini kehilangan kaki kanan dan satu jari tangan akibat peristiwa itu.
Akter tak bisa mengingat dengan jelas apa yang menimpanya pada saat itu. Yang diingatnya ialah bahwa dua mesin jahit menimpanya saat itu dan baru dapat diselamatkan pada pukul 8 malam. Meski tertimpa musibah, Akter tak pernah lupa dengan impiannya. “Mimpi ku adalah untuk dapat menempuh pendidikan dan masuk bidang kedokteran. Kini diriku bahkan tak dapat bekerja. Aku tak ingin orang mengalami apa yang ku alami,” ucap Akter kepada Aljazeera.com seperti dikutip Jumat (25/4/2014)
Akter sudah bekerja menjahit pakaian selama beberapa tahun. Bekerja di pabrik garmen bukanlah pilihan nyata. Ia mengaku harus bekerja agar ibunya yang sedang sakit bisa mendapat perawatan. Beberapa bulan setelah tragedi Rana Plaza yang menimpanya, Akter kembali harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ayahnya meninggal akibat kecelakaan di jalan.
Fesyen ternyata tak sesederhana yang selama ini dipikirkan. Tragedi Rana Plaza di Bangladesh mengoyak kenyamanan fesyen kita dan membuat kita jadi lebih kritis saat menikmati waktu belanja atau mematut diri di hadapan cermin sambil mencoba berbagai busana.
Etiskah kehidupan fesyen Anda bila Anda abai terhadap bagaimana tampilan modis diri Anda tercipta, di mana hal tersebut sangat terkait dengan kualitas hidup orang-orang yang membuatnya?