Cuaca Labil Melbourne Bikin Total Belanja Baju Melejit Fantastis

Bagaimana cara menghadapi cuaca yang tak menentu di Melbourne, Australia? Intip tips berikut ini.

oleh Novi Nadya diperbarui 10 Mar 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2016, 09:30 WIB
Melbourne
Bagaimana cara menghadapi cuaca yang tak menentu di Melbourne, Australia? Intip tips berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Melbourne menjadi satu-satunya kota di Australia yang memiliki kondisi cuaca berubah-ubah atau labil. Saat kami tiba di sini untuk meliput show tunggal desainer muda Restu Anggraini, kami disambut terik menyengat matahari 40 derajat celsius. Esok harinya, cuaca berubah sejuk bersuhu 20 derajat celsius disertai angin kencang. Menjelang sore, Melbourne turun hujan. Labil bukan?

Sebab itu, beragam gaya banyak ditemukan saat berjalan di kota . Kebanyakan memakai baju aman dengan membawa outer seperti jaket dan kemeja. Jika panas, mereka tinggal membukanya. Untuk mereka yang akan beraktivitas di luar ruangan, jas hujan atau jaket parka terlihat menjadi salah saju busana andalan untuk dikenakan.

Dalam satu hari ada lima musim di Melbourne. Mau tak mau mereka yang bermukin di sini harus selalu sedia berbagai jenis pakaian untuk menghadapi cuaca labil tak menentu.

Cuaca yang labil menjadi faktor penting bagi Etu, panggilan Restu Anggraini sebelum merancang baju yang akan ditampilkan di Virgin Australia Melbourne Fashion Festival di Melbourne Museum hari Rabu sore, (10/3/2016) waktu setempat. Untuk diketahui, terdapat empat jam beda waktu lebih awal di Melbourne-Jakarta.

Begitu juga dengan total nominal belanja warga Melbourne untuk fashion item baju dan sepatu. Apalagi dengan penghasilan besar mereka.

"Pendapatan warga Melbourne itu Rp 60 juta sampai Rp 120 juta per bulan. Mereka menghabiskan hampir 50 persen untuk belanja pakaian dan sepatu. Dan total 500 juta Dolar AS dibuang dalam setahun. Kami dibantu Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia membantu kami untuk masuk di pasar Australia dengan modest wear," tutur Etu saat mempersiapkan show tunggalnya di Melbourne Museum, Kamis (10/3/2016).

Oleh karena itu, Etu dan tim riset sudah mengantongi data busana apa yang cocok untuk iklim labil seperti Melbourne. Mereka memakai bahan Ultrasuede dari Jepang sebagai material utama.

"Saya membuatkan coat untuk suami dari bahan ultrasuede yang menyerupai kulit sintetis. Dia coba pakai di udara panas, nggak kepanasan. Kalau pun ada keringet nggak bikin basah, langsung kering," lanjut Etu sambil memperlihatkan coat yang ia buat untuk sang suami.

Etu berharap 500.000 warga muslim di Australia bisa mengenal rancangannya. Namun tak menutup kemungkinan jika warga non muslim juga memakainya.

" kami nggak langsung berharap dapat buyer, atau langsung laku di Australia. Yang terpenting, aku ingin memberitahu kalau modest wear juga bisa stylish dan dipakai siapa saja," pungkasnya.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya