Liputan6.com, Jakarta Saat stres melanda karena rutinitas keseharian yang membelenggu, tidur di atas hammock dengan hamparan pemandangan alam merupakan aktivitas yang tepat. Matahari yang hangat, angin yang lembut, dan kicauan burung di sekelilingnya membantu Anda memulihkan pikiran, dan mengembalikan rasa cinta Anda dalam suasana damai. Rebah di hammock kini telah menjadi tren di kalangan traveler.
Namun tahukah Anda tentang sejarah keberadaan hammock? Sebuah situs bernama Hammockstore, yang dikutip Kamis (31/3/2016) mengungkapkan, tempat tidur gantung ini awalnya terbuat dari tenunan pohon Hamack. Kemudian berkembang menggunakan bahan kulit karena dirasa lebih memiliki banyak serat dan lembut. Nama “Hammock” sendiri diambil dari nama pohon yang seratnya diambil untuk dijadikan tempat tidur gantung.
Baca Juga
Dalam satu versi lain diceritakan, tradisi tidur menggantung di antara dua pohon dibawa Colombus saat dirinya berpetualangan menemukan “Dunia Baru”. Tradisi ini kemudian menyebar dan dilakukan juga oleh para pelaut Inggris dan Perancis, mengingat tempat tidur gantung sangat berguna dan praktis saat mereka berada dalam suatu ekspedisi laut.
Advertisement
Dari kebiasaan Colombus, tradisi ini kemudian berkembang di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan, seperti Meksiko, Guatemala, Nikaragua, el Savador, Kosta Rika, hingga Brazil dan Ekuador. Seiring perkembangan zaman, kini hammock diproduksi dengan berbagai jenis bahan, dan dikembangkan sehingga mudah dibawa dan digunakan.
Banyak alasan mengapa saat traveling seseorang perlu membawa hammock. Soniel Zai, salah seorang pendiri komunitas Solo Hammockers menuturkan, “Hammock sangat simpel, mudah dibawa, dan memiliki fungsi yang vital karena bisa menggantikan fungsi tenda saat berkemah di tempat yang tidak terlalu dingin. Hammock benar-benar membawa seseorang menikmati keindahan alam.”