Liputan6.com, Jakarta Usia remaja adalah pintu masuk untuk memperluas akses dan wawasan remaja tentang dunia yang lebih luas, dari keluarga, teman dan komunitas. Saat itu, remaja akan mulai mencoba mencari tahu jawaban atas keingintahuan terhadap suatu hal. Pada masa ini remaja mulai bisa memahami kebutuhan dan keinginannya di masa datang sebagai manusia dewasa.
Baca Juga
Dalam upaya meraih mimpi dan cita-citanya, setiap manusia, termasuk remaja membutuhkan akses mobilitas, baik mobilitas akan pengetahuan maupun fisik. Akses mobilitas remaja diantaranya adalah keluarga, pendidikan, agama, teknologi, pekerjaan, peraturan dan kebijakan. Dari banyak akses tersebut, keluarga adalah akses utama dengan memberikan dukungan adil antara perempuan dan laki-laki, karakter terbuka dan berpikiran maju.
Advertisement
Remaja putri yang terlibat dalam film pendek Kembang 6 Rupa adalah perwakilan dari 83 persen remaja Indonesia yang tinggal di desa dan kota kecil. Enam wilayah Kembang 6 Rupa yaitu Sumedang, Kuningan, Indramayu, Sleman, Sumbawa dan Wamena dipilih berdasarkan riset dari Kampung Kalaman, dengan melihat unsur demografi remaja dan anak muda di Indonesia, perubahan yang terjadi dan juga keberadaan rekan kerja kami di wilayah tersebut.
Dalam prosesnya kemudian, tim produksi mempelajari ruang gerak remaja perempuan secara lebih mendalam. Ruang gerak itulah yang akhirnya menjadi tema besar Kembang 6 Rupa. Dalam Kembang 6 Rupa, 6 remaja perempuan bercerita tentang cita-cita dan mimpi, akses dan tantangan mobilitas yang mereka temui.
Kembang 6 Rupa bukan hanya mengangkat suara remaja putri, tapi juga memperlihatkan pemetaan situasi keseharian remaja perempuan Indonesia kebanyakan. Kembang 6 Rupa memberikan gambaran luasnya spektrum persoalan, yaitu pendidikan, keluarga, mobilitas, kebebasan berkeyakinan, ketenagakerjaan, kebebasan berpendapat dan keadilan gender.
Film pendek Kembang 6 Rupa dibuat secara kolaborasi antara Kampung Halaman (KH), remaja dan pembuat film. Sejak Juli 2014, proses dialog mulai dibangun antara KH, pembuat film, remaja subjek, keluarga dan komunitas. Keterlibatan semua pihak menjadi nafas dengan semangat saling memberdayakan. Kini semua orang dapat belajar dari kegigihan dan perjuangan wanita dibalik keterbatasan yang mereka miliki dan hambatan yang datang silih berganti.