Kisah-kisah Inspiratif dari Seorang Hotelier

Buku “Hotelier Stories” memberikan gambaran-gambaran yang berkeliaran di benak kita mengenal hotel dan para pekerjanya

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 24 Feb 2017, 17:34 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2017, 17:34 WIB

Liputan6.com, Jakarta Menyebut nama “Hotel”, yang terbayang di benak kita adalah sesuatu yang wah, mewah, namun juga kadang terkesan dingin, senyap sekaligus glamour. Bagitu pula, bagaimana kehidupan para pekerjanya, atau yang populer dengan sebutan “Hotelier”?

Buku “Hotelier Stories” (Catatan Edan Penuh Teladan) memberikan gambaran-gambaran yang berkeliaran di benak kita mengenal hotel dan para pekerjanya itu. Ditulis oleh Jeffrey Wibisono V, seorang praktisi perhotelan di Bali yang telah malang-melintang di bisnis perhotelan, buku ini menceritakan beragam sisi kehidupannya yang barangkali tidak pernah terbayangkan. Bagaimana merintis karier di bisnis hotel berawal dari pramuniaga toko buku, bellboy, hingga akhirnya mencapai pucuk pimpinan. Tak ketinggalan, diceritakan juga bagaimana pergaulan di lingkungan perhotelan, gemerlapnya kehidupan malam, hingga tip-tip sukses membangun bisnis hotel.

Melalui catatan-catatannya yang ditulis dengan riang, jujur, namun terkadang juga menyentak dan membuat tertegun, Jeffrey Wibisono—yang tidak saja berkecimpung tetapi telah berenang di kedalaman kehidupan perhotelan, mencurahkan pengalamannya yang akan menyadarkan kita bahwa orang-orang hotel ternyata adalah juga manusia berperasaan.

“Saya menulis buku ini, pertama karena ingin membuat sesuatu yang abadi, yang bisa dilihat dan dibaca hingga waktu yang sangat jauh melampaui kehidupan saya. Kedua, saya ingin berbagi pengalaman-pengalaman saya selama puluhan tahun di bisnis hotel, yang semoga bisa bermanfaat bagi para hotelier, atau praktisi hotel, atau mereka yang nantinya ingin terjun ke dunia ini,” jelas Jeffrey kepada Media Kalimantan, pada peluncuran bukunya ini di area padang golf Hotel Inna Grand Bali Beach Hotel, Desember 2016 lalu.

Buku yang ditulis dengan gaya santai namun cerdas, serta penuh humor ini nyaman dinikmati dan menginspirasi. Dan seperti dikatakan Jeffrey, buku ini akan memberikan wawasan yang penting untuk bagi para praktisi perhotelan. Tak terkecuali juga mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai seluk-beluk bisnis dan kehidupan di dunia yang kerap dipandang glamour, mulai dari bilik kamar hotel, dapur, hingga ruang-ruang pergaulannya yang ingar-bingar. Namun kadang juga menyentuh sisi hati yang terdalam. Ditulis berdasarkan pengalaman, buku ini kaya pengetahuan dan pengajaran hidup yang patut diteladani, seperti sub judul buku ini.

Acara peluncuran yang dipandu Mayke Boestami, Ketua Komunitas Cinta Berkain Indonesia Wilayah Bali sekaligus organizer acara peluncuran buku, berlangsung dalam suasana seperti reuni, lantaran banyak dihadiri kalangan hotelier, khususnya yang segenerasi dengan Jeffrey. Mereka di antaranya Director Travel Agent Bali Discovery Tours Tonny Soekirno, General Manager Majalah pariwisata berbahasa Inggris Bali & Beyond Goestamar Ardibrata, organizator berbagai kegiatan sosial dengan label flash charity Melly Alimin, serta Intan Ophelia yang juga mantan hotelier dan sekarang menekuni menulis novel. “Intan Ophelia adalah sahabat saya yang banyak memberikan dorongan agar saya terus menulis hingga akhirnya jadilah buku ini,” ucap Jeffrey. Pria yang selalu tampak bahagia karena murah senyum ini juga mengundang dan mendatangkan editor bukunya, Sandi Firly, dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Bekerja di satu hotel boutique berkonsep budaya dengan kategori bintang empat di pulau yang menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat dunia; Bali, sebagai General Manager hotel Jeffrey telah mengalami pasang surut serta tantangan juga pukulan yang paling keras selama menjalankan bisnis hotelnya. Terlebih ketika terjadinya Bom Bali tahun 2002 yang dia sendiri adalah penyaksi dari peristiwa yang sempat meredupkan Bali di mata dunia sebagai tempat berlibur yang paling aman dan nyaman.

“Sehari setelah peristiwa BomBali waktu itu, saya dan kawan-kawan langsung bergerak melakukan sesuatu. Saya dan sejumlah teman menyebut diri kami light of hope, secercah sinar penuh harapan. Jumlah kami sebagai pekerja sukarela menjadi ratusan orang. Saya adalah koordinator untuk membuat program. Kami berhasil mengakses Bandara Internasional Ngurah Rai untuk membagi-bagikan bunga yang terbuat dari daun lontar dan kayu. Kami sertakan tulisan light of hope, Bali is Bali, we are save. Kami mengampanyekan, Bali aman kepada para turis asing yang meninggalkan Bali,” cerita Jeffrey, seperti juga ditulisnya di dalam bukunya.

Jeffrey memiliki sejarah panjang sebagai pelaku profesional industri perhotelan dan pariwisata Indonesia. Dari Bali, Jeffrey merambah dunia dan sangat menikmati lahan kerjanya. Jeffrey adalah salah satu saksi sejarah panjang perkembangan industri pariwisata Bali yang juga berkali-kali industrinya dihantam musibah.

Memulai karir dari jabatan terendah sebagai pramuniaga toko buku pada tahun 1984 yang dilakukan sambil kuliah, secara perlahan dan pasti Jeffrey menaiki jenjang karir hingga mencapai jabatan General Manager di beberapa hotel berbintang. Sejak tahun 2004 posisi pekerjaan dan jabatan Jeffrey Wibisono lebih banyak terlibat di beberapa proyek pembangunan pembukaan hotel-hotel baru dengan konsep boutique.

Pemegang beberapa penghargaan yang berhubungan dengan profesinya di bidang Sales, Marketing dan Public Relations, Jeffrey Wibisono portofolionya termasuk berkarir di International Hotel Chain seperti Shangri-La, Ramada Marriott, dan Swiss-Belhotel. Di National Hotel Chain adalah di Grup Santika dan Aston. Perlu diperhitungkan juga karirnya di perusahaan-perusahaan independen seperti Bali Rani, Sparks Hotel Jakarta, Rama Hotels Group, Villa Mahapala dan Lv8. Jeffrey Wibisono bisa dikenal lebih jauh melalui website: www.jeffreywibisono.com.

Dan yang menarik dari buku ini, terdapat endorsmen dari budayawan Arswendo Atmowiloto yang menulis, “Hotel, bisa jadi rumah kedua dalam kehidupan kita. Setidaknya dalam hal keunikan, kekhasan, yang tak kita sadari di dalamnya. Misalnya kenapa yang namanya bellboy, ada yang berwajah kakek dan bahagia? Di mana dan kapan sebaiknya memberikan tip, atau menerima tip? Jeffrey Wibisono menuliskannya dengan renyah, enak dikunyah, dan bermanfaat.” (Sandi Firly)

Data Buku
Judul: Hotelier Stories (Catatan Edan Penuh Teladan)
Penulis: Jeffrey Wibisono V
Penerbit: PT Percetakan Bali
Tebal: vi + 314
Cetakan 1 : Desember 2016

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya