Liputan6.com, Jakarta Generasi muda kembali membawa harum nama negara dalam ajang tari internasional. Indonesia boleh berbangga, generasi penerus bangsa dari SMPN 49 Jakarta Timur menyabet juara 3 pada ajang International Folklore Festival Faces of Tradition di Zielona Gora, Polandia.
International Folklore Festival diikuti oleh lima negara yakni Indonesia, Macedonia, Bulgaria, Serbia, dan Polandia. Festival Tari Budaya ini digelar pada 15-20 Juli 2018. SMPN 49 Jakarta Timur berjuang mempertaruhkan nama Indonesia dan berhasil keluar sebagai juara 3.
Baca Juga
SMPN 49 Jakarta Timur juga mengantongi Special Award for Traditional Song atau Penghargaan Khusus untuk Lagu Tradisi yang Mengiringi Tarian. Bendera Merah Putih berkibar bangga di Polandia. Bekerja sama dengan Federation of International Dance Festivals (FIDAF) Indonesia, tim Misi Budaya SMPN 49 Jakarta Timur membuat suatu garapan tari bertema Wonderful of Aceh, dengan koreografer Ouky Suryatimur dan penata musik Surya Darma Ali.
Advertisement
Generasi muda Indonesia juara kompetisi tari di Polandia
Tarian ini mengangkat tema Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 dan semangat kebersamaan bangkit membangun Aceh. Gerakan tari dieskpresikan dalam gerak Zapin Aceh dan Saman. Iringan lagu tradisi Aceh yang berjudul Dodaidi, memberikan ilustrasi doa dan dukungan seorang ibu pada anaknya agar bangkit dalam keterpurukan.
“Ini pertama kalinya Sekolah Negeri di Jakarta Timur mengikuti kompetisi Folklore Dance tingkat internasional. Dan ke-23 siswa-siswi ini berhasil membawa pulang kemenangan,” kata Wahyudi Sumantoro Direktur FIDAF Indonesia seperti rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa (24/7/2018).
Advertisement
Generasi muda Indonesia juara kompetisi tari di Polandia
Festival Faces of Tradition merupakan kelanjutan dari festival internasional cerita rakyat yang diselenggarakan di Zielona Gora, Polandia selama lebih dari 50 tahun. Festival ini adalah kompetisi yang menampilkan ansambel anak-anak, dewasa, dan multigenerasi yang menyajikan cerita rakyat pribumi yang autentik dan artistik.
Semua pertunjukan dinilai oleh Dewan Kesenian yang ditunjuk khusus. Para anggota dewan akan memberikan presentasi terbaik. Selama Festival berlangsung, ada sejumlah gelaran konser, serangkaian pertemuan konsultatif dan diskusi tentang perlindungan terhadap tradisi tradisional. Selain itu, ada juga lokakarya, pameran produk kerajinan, hingga mencicipi hidangan tradisional.