FGD Pengembangan Klasterisasi Destinasi Ekowisata Jawa Timur - Bali Berlangsung Sukses

FGD pengembangan klasterisasi destinasi ekowisata Jawa Timur – Bali seru banget.

oleh Cahyu diperbarui 03 Nov 2018, 11:16 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2018, 11:16 WIB
Kemenpar
FGD pengembangan klasterisasi destinasi ekowisata Jawa Timur – Bali seru banget. (foto: dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Banyuwangi Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Klasterisasi Destinasi Ekowisata Jawa Timur - Bali mengundang seluruh stakeholder untuk berdiskusi bersama di Ballroom Hotel Santika, Banyuwangi, Jumat (2/11/2018). Semua fokus merumuskan formula untuk mengembangkan area ekowisata Jawa Timur - Bali.

Dalam kegiatan tersebut Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengutus dua Asisten Deputi (Asdep), yaitu Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan serta Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Indra Ni Tua. Sementara itu, pihak Kabupaten Banyuwangi diwakili oleh sang Bupati Azwar Anas dan Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda.

Kementerian KLHK diwakili Kepala Balai Besar KSDA Jatim Nandang Prihadi. Di deretan lain, ada Asisten II Bupati Jembrana I Gusti Putu Mertadana, Ketua East Java Ecotourism Forum Agus Wiyono, serta Ketua Tim PP Geopark Kemenpar Yunus Kusumahbrata. 

“Kalau mau mengembangkan klasterisasi destinasi ekowisata Jawa Timur – Bali, kuncinya ya harus sinergi. Semua berkolaborasi, bukan berkompetisi,” tutur Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan, Jumat (2/11/2018).

Sinergi tersebut diyakini dapat memberikan dampak kuat. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, kerap mengatakan sinergi akan menghasilkan 1 + 1 = 3, bukan 2. Artinya, “the whole is bigger than the parts”  atau hasil gabungan lebih besar daripada bagian-bagiannya. Dengan bersinergi, maka kekuatan akan bertambah berkali-kali lipat.

Jawa Timur punya empat Taman Nasional yang sudah populer. Ada Taman Nasional Baluran dengan savana yang sangat mirip dengan kondisi alam benua Afrika. Ada Taman Nasional Meru Betiri yang terkenal akan konservasi beragam spesies penyu.

Lebih lanjut, ada Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS) yang kerap dijadikan setting film dan program dokumenter dari berbagai media. Ada juga Taman Nasional Alas Purwo yang punya Padang Savana hingga Pantai Plengkung atau G-Land.

Sementara itu, Bali memiliki Taman Nasional Bali Barat. Selain ekosistem hutan mangrove, evergreen, savana, coral reef, padang lamun, serta pantai berpasir, Bali Barat juga punya P’lataran L'harmonie. Brand-nya sudah masuk top 100 Top Destinasi Hijau dunia.

“Ini kekuatan besar. Kalau digabungkan, akan menghasilkan impresi yang sangat tinggi dan powerful,” ucap Alexander.

Kepala Balai Besar KSDA Jatim, Nandang Prihadi, juga siap memberikan dukungan.

“Seluruh hutan di Indonesia intinya bisa digunakan untuk keperluan pariwisata, yang penting tidak mengubah bentang alam, tidak mengubah fungsi, dan manfaatkan 10 persen lahan. Kami pasti support, apalagi memberikan dampak ekonomi yang besar untuk masyarakat,” kata dia.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, punya frame pemikiran yang lebih unik. Dia mendorong wilayah-wilayah di Bali Barat dan sekitar Banyuwangi untuk berkolaborasi, menciptakan even bersama yang berujung pada frame single destination.

“Kekuatan antarwilayah itu bisa menjadi competitives advantage. Kita bisa bikin Festival Selat Bali. Libatkan Pokdarwis dua kabupaten. Bikin fashion show di atas kapal. Bikin paket snorkling di Bali Barat, ending-nya liat Blue Fire di Banyuwangi. Bisa juga sebaliknya. Ini sudah kami anggarkan. Tinggal menunggu respons Bupati Jembrana," ujar Azwar.

Soal akses, ia mengaku tak khawatir. Bandaranya sangat representatif, punya akses masuk yang sangat bagus. Bagkan, saat ini Banyuwangi sudah disambangi 1.600 orang per hari.

“Bali Barat kan jauh dari Denpasar. Sekitar lima jam jalan darat. Tapi tetangga di seberangnya punya akses udara. Punya Bandara Banyuwangi. Bali Barat tinggal melengkapi akses laut via kapal cepat supaya wisatawan yang masuk Banyuwangi, bisa nginep di Bali Barat. Jadi sama-sama diuntungkan,” kata Azwar.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, sependapat dengan Azwar. Menurutnya, pariwisata itu tidak mengenal batas-batas teritorial. Pariwisata itu hubungan antar manusia.

"Itu sudah betul. Saya selalu bilang, ketika CEO-nya committed, everything goes easier, faster and better. Jangan lupa, 50 persen sukses pariwisata daerah itu berasal dari CEO Commitment. Keseriusan, keberpihakan, dan kejelasan pimpinan daerahnya dalam mengurus pariwisata. Dengan komitmen dan dukungan CEO serta seluruh stakeholder, tidak mustahil target 20 juta wisman pada 2019 akan tercapai!,” ucap Arief.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya