5 Fakta Menarik Seputar Suku Uighur, dari Paras Cantik hingga Korban Penindasan

Salah satu keturunan Uighur, Dilraba Dilmurat bahkan dinobatkan menjadi wanita tercantik se-Asia pada 2017.

oleh Asnida Riani diperbarui 18 Des 2018, 14:45 WIB
Diterbitkan 18 Des 2018, 14:45 WIB
Perempuan Uighur
Rebiya Kadeer, pemimpin Exiled Uighur di Foreign Correspondents' Club, Tokyo, Jepang, 30 Oktober 2009. (KAZUHIRO NOGI / AFP/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Etnis Uighur merupakan etnis minoritas di Cina. Kerap didiskriminasi pemerintah setempat, PBB menyatakan negara itu telah mengubah wilayah otonom Uighur, Xinjiang, menjadi sel raksasa dengan label tiada zona asasi.

Senada Human Right Watch, Cina sengaja membentuk kamp penahanan yang diisi dengan pembatasan praktik ibadah dan indoktrinisasi politik. Perlakuan Cina terhadap etnis Uighur dilatari perbedaan agama dan keyakinan untuk menindas Uighur yang merupakan keturunan Muslim Turki asli Asia Tengah.

Etnis Uighur umumnya mendiami lembah Tarim, Junghar, dan Turpan. Uighur sendiri menyebut daerah ini secara kolektif sebagai "Uighuristan," "Turkestan Timur," dan tak jarang pula disebut "Turkistan Cina." Selain kasus kemanusiaan yang membelit mereka, berikut lima fakta menarik lainnya tentang suku Uighur seperti dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

Asal-usul Uighur

Dilansir dari laman rfa.org, nama Uighur pertama kali muncul dalam prasasti Orkhun Kok Turk. Uighur termaktub dalam sebuah naskah pada abad pertengahan serta dalam manuskrip Arab-Persia.

Uighur dan leluhur mereka adalah orang-orang kuno yang telah tinggal di Asia Tengah sejak milenium pertama sebelum Masehi. Wilayah ini sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan kuno antara Timur dan Barat. Uighur menghubungkan peradaban Yunani-Romawi dengan budaya Budha India dan tradisi Asia Tengah dan Timur.

Perdagangan dan pertukaran budaya membentuk karakter masyarakat Uighur yang kosmopolitan. Hal ini ditandai dengan toleransi hidup dengan lain suku, ras, dan agama.

Cina Tapi Beda

Suku Uighur berada di bagian Xinjiang, Cina. Xinjiang sendiri artinya adalah perbatasan baru. Secara administratif mereka masuk dalam wilayah cangkupan Republik Cina meskipun mereka mempunyai kultur yang berbeda.

Suku Uighur sejatinya bukan orang Chinese. Dari fisik, suku Uighur tidak identik sama sekali dengan orang Cina kebanyakan. Orang-orang Uighur juga tidak begitu dekat dengan budaya Cina. Masalah agama juga demikian, suku Uighur mayoritas memeluk Islam berbeda dengan warga Tiongkok kebanyakan.

 

 

Paras Cantik dan Rupawan

Dilraba Dilmurat (Instagram/@dear_dlrb)
Dilraba Dilmurat (Instagram/@dear_dlrb)

Paras cantik dan rupawan menjadi kekhasan keturunan Suku Uighur. Salah satunya bahkan dinobatkan menjadi wanita tercantik se-Asia.

Dilraba Dilmurat, aktris keturunan Uighur itu menjadi wanita tercantik se-Asia menurut I-Magazine pada 2017. Kecantikan Dilraba seakan mewakili wanita Uighur yang sebenarnya asimilasi Turki dan Cina.

Muslim yang Ditindas

Orang-orang Uighur kebanyakan mengikuti tradisi moderat Islam Sunni dan secara budaya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang-orang yang sama di Asia Tengah daripada dengan Cina Han. Dilansir dari mtholyoke.edu, ketika pengaruh Islam dari kawasan Timur Tengah tumbuh kuat, komunitas multiagama Uighur secara bertahap mengadopsi Islam setelah konversi penguasa Satuq Boghra Khan, pada 960 Masehi.

Karena kurangnya saling pengertian dari budaya masing-masing, Cina sering menyebut Muslim Uighur sebagai separatis dan teroris. Pemerintah pun mulai mengadakan kebijakan baru untuk menekan pergerakan etnis Uighur di Xinjiang.

Hubungan Erat Turki - Uighur

Dilansir dari laman blogs.wsj.com, banyak nasionalis Turki menganggap orang Uighur sebagai bagian dari keluarga besar etnis Turki yang tersebar di seluruh Eurasia. Mereka pun turut meminta pemerintah Turki untuk melindungi mereka.

Pada 1965, Turki menawarkan tempat perlindungan bagi sekelompok sekitar 200 orang Tionghoa Cina yang melarikan diri dengan berjalan kaki ke Afghanistan. Otoritas Turki mengantar mereka keluar dari Kabul dan menempatkan mereka di sebagian besar Kota Kayseri di Turki tengah, di mana banyak yang masih hidup hingga hari ini. (Alfarisi Maulana)

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya