Mengulik Sejarah High Heels, Ternyata Pernah Jadi Alas Kaki Lelaki?

Sudah ada sejak zaman kuno, high heels ternyata mengalami pergeseran preferensi hingga pernah dikaitkan dengan prostitusi.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Des 2018, 09:45 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 09:45 WIB
High Heels
Ilustrasi high heels. (Foto: unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - High heels adalah satu dari sekian banyak fashion item paling familiar bagi kebanyakan orang. Barang yang identik dengan perempuan ini sudah ada sejak tahun 3500 SM. Hanya saja, seperti dikutip dari berbagai sumber, Selasa, 25 Desember 2018, fungsinya memang bukan sebagai barang fashion, melainkan alas kaki biasa untuk menemani aktivitas sehari-hari.

Fakta lain dalam untaian sejarah panjangnya, high heels juga pernah jadi alas kaki lelaki. Lebih tepatnya, penggunaan high heels tidak hanya terpaku pada gender. Interpretasi penggunaan gender zaman dahulu jauh lebih luas dari hari ini.

Dulu, rakyat jelata hanya bertelanjang kaki dalam aktivitasnya sehari-hari. Sepatu dan high heels digunakan oleh orang-orang yang berada di kelas sosial tinggi. Pengunaannya pun kemudian menunjukkan status mereka.

Para orang kaya juga memakai high heels untuk melindungi sepatunya dari lumpur dan debu jalanan. Sol tinggi tersebut dibutuhkan agar sepatu mereka yang mahal tak rentan rusak. Pada zaman Romawi dan Yunani Kuno, high heels digunakan para aktor di teater guna mendukung karakter yang diperankan. Di luar itu, high heels merupakan simbol prostitusi.

Di wilayah timur tengah, high heels dikenakan para penunggang kuda. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka mudah mengendalikan laju kuda. Juga, agar kaki mereka tetap terkait pada pijakan tali kuda.

Penggunaan high heels lainnya di zaman dahulu, yakni oleh para tukang jagal hewan. Dulu, para tukang jagal pasti pakai high heels untuk menghindari kaki mereka terkena darah hewan yang dipotong. (Fitri Andiani/Fimela.com)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya