Liputan6.com, Jakarta - Kelezatan Mi Aceh Seulawah sangat menggoda lidah saat menyantapnya. Di balik kesuksesan dan kenikmatan mi Aceh ini, ada kisah jatuh bangun yang dialami oleh pemiliknya, yaitu Heru dan Ratna.
Ide rumah makan tersebut berawal dari kebutuhan hidup pasangan hidup putri Aceh, Ratna Dwikora dan Heru. Kala itu, Heru bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu instasi pemerintah pusat.
Pasangan itu memiliki empat purtri yang ingin disekolahkan ke tempat terbaik di Jakarta. Karena merasa gajinya pas-pasan, mereka pun memutar otak cari sampingan.
Advertisement
Baca Juga
Bermodal kredit dari bank Rp 6 juta, pasangan itu membuka usahanya ditanggal yang unik yaitu pada tanggal 6 di bulan 6 dan pada tahun 1996. "Biar mudah diingat, nggak sengaja juga pas sama 6 juta pinjaman dari bank," tutur Heru saat ditemui Liputan6.com dalam acara Media Trip Kobe.
Sebelum terkenal dengan brand Mie Aceh Seulawah, mereka memulai usaha rumah makan masakan Aceh di kantin kantor Departemen Agama Jakarta Selatan di daerah warung Buncit. Ratna langsung turun tangan mengelola rumah makan tersebut dibantu dengan ibunya, Fatimah seorang ahli masak yang berasal dari Aceh.
Warung yang dibuka tersebut awalnya sangat ramai dikunjungi oleh pelanggan, "Awalnya ramai banget di dua bulan pertama, tapi gak tahu kenapa pas tiga bulan terakhir itu jadi sepi dan pengunjung tidak datang lagi," tambah Ratna.
Kejadian tersebut membuat usahanya hampir bangkrut. Terlebih pada 1998, terjadinya krisis moneter nyaris mematikan usahanya. Di saat usaha sekarat, Heru mengatakan Tuhan berkehendak lain. Ia ditawari berusaha di dearah Karet Tengsin. Ia melihat peluang untuk mengembangkan kembali rumah makan mereka.
Niat gigih kedua pasangan itu membuahkan hasil dan akhirnya memberi brand baru untuk usahanya dengan nama awal Rumah Makan Aceh Seulawah. Nama tersebut terinspirasi dari nama gunung yang berada di Kabupaten Besar Aceh, Provinsi Aceh. Ratna menambahkan, nama tersebut juga terinspirasi dari nama pesawat pertama milik Republik Indonesia, Dakota RI-001 Seulawah.
Hingga sampai saat ini Mie Aceh Seulawah
Usahanya terus berkembang karena didukung dengan lokasi yang strategis dan dibantu pemasaran online. Heru sendiri yang membuat laman untuk rumah makannya. Kemudian pada awal 2005, Rumah Makan Aceh Seulawah menambah cabang di Jalan Bendungan Hilir dan terus berkembang.
Pada 2008, mereka memutuskan mengganti nama brand kembali menjadi Mie Aceh Seulawah dan sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM sebagai merek usaha. Total pasangan itu sudah membuka delapan restoran yang tersebar di Jakarta, Depok, dan Bogor.
Keunggulan hidangan dari Seulwah adalah kelezatan dan keaslian rasa masakannya. "Kami menggunakan banyak bumbu rempah khas Aceh dalam setiap masakannya, untuk membuat bumbu mi Aceh saja diperlukan 24 macam rempah yang membuat masakannya jadi gurih dan tentunya banyak rempah menyehatkan," tutur Heru.
Ia menambahkan beberapa bumbu rempah yang digunakan adalah bunga lawang, kapulaga, kaskas, pala, peka, kayu manis, jintan, dan bumbu umum lainnya seperti bawah merah, bawang putih, kemiri, dan cabai.
Menu yang disajikan di resto ini terdiri dari makanan dan minuman. Ada martabak Aceh, roti cane Aceh dengan beberapa variasi rasa, dan olahan kari khas Aceh. Sementara minumannya, ada kopi Aceh, es timun serut, dan teh tarik. Menariknya, dalam teh tarik tersebut diberi tambahan susu dan kayu manis yang menambah kenikmatan.
Heru mengatakan bahwa menu favorit para pelanggan adalah mi Aceh. Kelezatan mi Aceh tersebut diolah menjadi tiga jenis olahan yaitu goreng, tumis, dan rebus. Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 80 ribu. (Adinda Kurnia Islami)
Saksikan video pilihan di bawah:
Advertisement