Liputan6.com, Jakarta Aroma pariwisata tercium harum pada opening Pasific Exposition 2019 di Sky City Convention Center, Auckland, Jumat (12/7). Sebanyak 20 negara mempertontonkan semua potensi wisatanya di New Zealand Foyer room 2 dan 3. Dua pertiganya, didominasi Indonesia.
Exotic NTT, Papua Barat dengan Raja Ampatnya, Maluku, Kopi Indonesia, Garuda Indonesia, semua terlihat anggun dengan desain khas Indonesia.
Baca Juga
Itu belum termasuk booth Wonderful Indonesia. Booth ini mempromosikan semua warna Wonderful Indonesia. Ada kopi khas Papua, Flores dan Toraja. Ada juga travel dari Cilu Bintang Estate, Air New Zealand, CV R Productiin, Gapi Di e, dan House of Travel. Tampilannya? Indonesia banget. Desainnya Phinisi, kapal layar asal Bugis, Sulawesi Selatan.
Advertisement
Replika yang ditampilkan tak utuh. Yang terlihat hanya ujung perahu dan sejumlah tiang. Ukurannya juga hanya 6 x 5 meter. Tak sebesar tampilan saat "berlayar" di PATA Travel Mart atau ITB Berlin. Tapi, tampilan uniknya sudah cukup membuat orang berhenti sejenakdi booth Wonderful Indonesia.
Bentuknya yang khas, runcing di depan, tumpul di belakang, dengan beberapa tiang, tinggi menjulang, tangga untuk membentangkan layar, tali temali yang rapi, dianggap cukup pantas untuk memenuhi storrage gadget masing-masing.
Dari sejarahnya, kapal tradisional dari Bugis, Makassar, Sulawesi Selatan itu memang sangat dihormati. Sangat disegani dunia. Hanya bermodalkan kapal kayu, layar dan tali temali, Phinisi sudah melanglang buana kemana-mana.
"Phinisi itu sudah mendunia. Sudah menjelajah kemana-mana. Dari Asia, Afrika, Australia, Amerika, Eropa pernah dijelajahi pelaut kita dengan Phinisi. Dan, kapal model ini khas Indonesia, bisa mewakili identitas Indonesia. Karena itu kami konsisten menggunakan desain ini di semua travel market besar dunia," jelas Arief Yahya, Menpar RI di Auckland, Jumat (12/7).
Identitas sebagai negara maritim juga terwakilkan oleh Phinisi. Tak ada yang bisa membantah bawah Indonesia adalah negara kepulauan yang terbesar di dunia. Basicnya bahari. Dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote, dua pertiganya adalah lautan. Realitas ini juga paralel dengan lima prioritas Presiden Joko Widodo yang mengangkat maritim sebagai salah satu prioritas pembangunan.
"Selain infrastruktur, pangan, energi, pariwisata, adalah maritim," jelas Menteri yang asli Banyuwangi itu.
Dan di pariwisata, pesan Presiden Joko Widodo itu sudah diterjemahkan ke dalam 10 destinasi prioritas. Dari 10 destinasi yang sudah ditetapkan pemerintah, tujuh di antaranya beraroma bahari.
Ada Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra, dan Morotai Maltara. Belum lagi potensi wisata bahari yang tidak ada dalam daftar percepatan 10 itu. Tengok saja Raja Ampat Papua Barat, Bunaken-Lembeh Sulut, Derawan Kaltim-Kaltara, Anambas, Natuna, Banda-Ambon, dan lainnya.
Â
"Itu semakin menguatkan mengapa Phinisi selalu menjadi icon dalam travel market, termasuk Pacific Exposition 2019. Di sini (Selandia Baru, Red), kita ingin menunjukkan potensi bahari kita yang luar biasa," jelas dia.
Bila ditarik ke sejarah dunia juga masih sangat konek. Sejak dulu, sejarah bangsa-bangsa besar dunia identik dengan aroma maritim. Selalu terkait dengan bahari.
Tengok saja Inggris, Spanyol, Portugis, Prancis dan Belanda. Semua terlihat hebat karena punya maritim yang kuat. Indonesia juga sama. Ada Sriwijaya dan Majapahit yang sangat disegani lantaran punya armada maritim yang kuat.
"Menghadirkan kembali Wonderful Indonesia dalam kekuatan keindahan bahari di Pacific Exposition tu sangat strategis. Ada filisofinya, ada sejarahnya, ada estetikanya. Yang lebih penting, ada spirit membangun bahari melalui pintu pariwisata," ungkap Arief Yahya yang Mantan Dirut PT Telkom ini.
Selama di Pacific Exposition, Menpar Arief Yahya didampingi Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga, Tantowi Yahya, Deputi Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Asdep Pemasaran I Regional IV Edi Wardoyo Stafsus Menpar Bidang Komunikasi Don Kardono, Ketua Tim Percepatan Millenial Gabriella Patricia dan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel.
Â
(*)