Liputan6.com, Jakarta - Kesenian daerah sering dianggap sebagai kegiatan yang kurang menarik terutama untuk para pelajar. Saat ini para generasi muda bangsa lebih tertarik dengan kemajuan teknologi.
Tak bisa dipungkiri kalau era globalisasi ini berdampak pada minat remaja akan kesenian daerah. Untuk menjaga kelestarian kesenian daerah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menyelengarakan kegiatan Duta Seni Pelajar Nusantara (DSPN) 2019.
Advertisement
Baca Juga
DSPN pertama kali diselenggarakan di Bali pada 2000, merupakan kesepakatan antara provinsi Jawa-Bali dalam menjaga kesenian tradisi di kalangan remaja.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan para pelajar tingkat SMA dan sederajat dari setiap provinsi yang punya bakat tertentu dalam bidang seni, khusunya seni tradisional Indonesia.
Melalui acara ini diharapkan agar setiap pelajar yang hadir dapat menjadi duta-duta seni pelajar yang dapat terus menjaga seni asli Indonesia guna memperkuat identitas bangsa Indonesia dan ini menjadi wujud generasi yang cinta tanah air dan bangsa.
"Kami berharap lewat kegiatan ini para pelajar yang merupakan ujung tombak bangsa ikut menjaga, melestarikan dan mencintai seni tradisi yang ada di provinsi masing-masing agar seni ini terus diminati kalangan remaja," ucap Eddy Junaedi selaku Kepala Disparbud DKI Jakarta.
Kegiatan duta seni pelajar nusantara ini akan diikuti oleh enam provinsi yaitu, Lampung, DKI Jakarta, DIY Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Acara ini akan berlangsung dari tanggal tanggal 25-28 Juli 2019.
Ajang ini memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menjalin silaturahmi dengan pelajar lainnya melalui sarana berkesenian.
Para peserta DSPN 2019 akan mengikuti rangkaian kegiatan salah satunya mengunjugi tempat bersejarah di Jakarta seperti Monumen Nasional (Monas) dan Tugu Proklamasi, serta mencoba moda transportasi baru MRT.
Selain itu, tentunya masing-masing provinsi akan menampilkan keterampilannya. Untuk info lengkapnya bisa dilihat di laman resmi Duta Seni Pelajar 2019.
Setelah acara ini selesai, para delegasi diharapkan tidak lagi membawa titel provinsi saja, tetapi membawa identitas sebagai anak-anak Indonesia yang satu dan sesuai dengan Pancasila.