Mewujudkan Pendidikan 4.0 Jadi Tantangan Besar Mendikbud

Tantangan mewujudkan Pendidikan 4.0, adalah target pekerjaan yang harus diselesaikan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2019, 13:07 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2019, 13:07 WIB
Ilustrasi pendidikan
Ilustrasi pendidikan. (Foto: pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nadiem Makarim sukses melahirkan decacorn sekelas Go-Jek di era disrupsi yang dibesutnya selama delapan tahun belakangan. Hal ini diharapkan bisa diterapkan di bidang Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan ditunjuknya Nadiem menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam Kabinet Indonesia Maju diharapkan bisa menutup celah masih tertinggalnya metode pendidikan di Indonesia yang merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Tantangan mewujudkan Pendidikan 4.0, adalah target pekerjaan yang harus diselesaikan Nadiem dalam era kedua pemerintahan Jokowi - Ma’ruf Amin, demikian kata Pakar Marketing Digital, Bayu Endro Winarko, MBA di Jakarta, 23 Oktober 2019.

"Digital tidak sekedar teknologi seperti AI, Big Data, IoT, atau Digital Voice, tapi menyangkut habit atau budaya. Pesatnya teknologi apabila tidak diarahkan dan digunakan dengan tepat, akan menjadi sia-sia," jelas Bayu yang juga Ketua Bidang Kajian Kebijakan Publik Generasi Optimis (GO) Indonesia ini.

Penggabungan teknologi dalam metode proses belajar mengajar yang akan mendorong budaya generasi muda dalam belajar adalah terobosan bagi Indonesia yang saat ini berada di puncak bonus demografi. Selanjutnya Habit dan Habitat diyakini akan tercipta dalam bidang pendidikan yang akan menyokong keberhasilan proses belajar dan mengajar.

"Yang terbayang dalam benak saya pertama, misalnya ada satu icloud yang bisa dimanfaatkan dalam kolaborasi bersama sehingga tercipta standarisasi dalam pembelajaran," tutur Bayu. "Jadi zonasi yang menuai pro dan kontra selama ini teratasi karena adanya standarisasi dalam content, delivery, dan measurement system," sambungnya.

Bayu pun melanjutkan bahwa pendidikan vokasi di bidang digital sejak dini akan mencetak generasi muda Indonesia yang siap dan terampil dalam teknologi digital dan pastinya mendorong kemajuan berbagai industri.

"Coba bayangkan Indonesia bisa menjadi seperti India yang punya banyak jago-jago programer hebat. Ini akan menciptakan multiplier effect yang besar ke industri lain seperti manufaktur, pariwisata, retail, food & agri dan lain sebagainya," tambah Bayu lagi.

Melanjutkan pendapatnya, Bayu mengatakan bahwa teknologi bisa dimanfaatkan untuk pengembangan Digital National Education System. Teknologi Big Data and Artificial Intelligence bisa dimanfaatkan untuk melakukan mapping kompetensi tenaga pendidik dan anak didik di seluruh pelosok tanah air.

"Tujuannya adalah kita jadi mudah mendapatkan informasi mengenai industri yang membutuhkan tenaga siap kerja dan ketersediaannya. Dan juga termasuk data pendidik yang mempunyai kompetensi bagus," tandas Bayu.

Mewujudkan Pendidikan 4.0
Harapan pada Mendkud untuk Mewujudkan Pendidikan 4.0. foto: istimewa

Di sisi lain Pakar Ekonomi Kerakyatan, Frans Meroga Panggabean, MBA mengatakan bahwa penunjukkan Nadiem Makarim sebagai Mendibud adalah keputusan yang brilian dari Presiden Jokowi. Momentum ini adalah awal kebangkitan ekonomi digital Indonesia dalam masa revolusi industri 4.0.

Dengan ketersediaan infrastruktur jaringan internet cepat pasca diresmikannya "tol langit" satelit palapa ring beberapa hari yang lalu, maka diyakini pula minat generasi muda untuk menekuni bisnis digital pasti akan melonjak tajam.

Frans Meroga, yang juga Wakil Ketua Umum Generasi Optimis (GO) Indonesia mengatakan bahwa tantangan prospek ekonomi digital di Asia Tenggara hingga 2025 yang diyakini mampu menembus angka 150 miliar dolar AS hanya dapat dihadapi membudayakan penguasaan digital sejak dini.

"Penyesuaian kurikulum di semua tingkatan sekolah dipastikan akan merangsang generasi muda Indonesia mahir digital sejak dini," terang Frans Meroga. "Kurikulum pelajaran komputer di SMP dapat disesuaikan dengan telah mulai mengenalkan jaringan, aplikasi, dan coding sejak kelas 7," lanjut Frans.

Selanjutnya penjurusan pada sekolah menengah atas (SMA) dapat dibuatkan jurusan digital guna melengkapi jurusan IPA dan IPS yang telah ada selama ini. "Jadi penjurusan di SMA bisa dimulai sejak kelas 10 dan mendesak segera dibuka jurusan digital yang akan mengajarkan membuat platform aplikasi digital, big data, dan jaringan," ujar Frans yang juga tim penulis buku "The Ma'ruf Amin Way" ini.

Penggiat koperasi milenial ini menambahkan, untuk dapat mencetak SDM muda berkualitas dan siap pakai, maka kewirausahaan harus menjadi kurikulum wajib sejak SD. Jiwa wirausaha ditambah penguasaan digital akan menjadi kombinasi yang dahsyat untuk membawa Indonesia terbang tinggi.

Dengan begitu sudah bisa dibayangkan bakal sekeren apa nanti Indonesia Maju 2030. Dengan momentum Nadiem Makarim dipercaya menjadi Mendikbud diharapkan akan membawa perubahan dalam dunia pendidikan Indonesia,. "Ditambah dengan keberadaan tol langit yang diresmikan kemarin, maka infrastruktur koneksi jaringan internet akan semakin cepat dan dapat diandalkan," terang Frans.

"Kita targetkan akan ada 1.000 unicorn yang berkontribusi atas pertumbuhan ekonomi yang membuat Indonesia memiliki total PDB $ 3 trilliun pada 2030 dan menempatkan Indonesia pada posisi 5 Besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia," pungkas Frans.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya