6 Perubahan yang Diperkirakan Terjadi di Dunia Penerbangan Usai Pandemi

Dari harga sampai dokumen, berikut sederet perubahan yang mungkin terjadi di dunia penerbangan usai pandemi.

oleh Asnida Riani diperbarui 07 Mei 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi pesawat terbang. (dok. unsplash/@skyler_tv)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai penelitian perihal hidup setelah pandemi corona COVID-19 telah dilakukan di berbagai bidang. Mulai dari bisnis, kuliner, hingga pariwisata, semua mengantisipasi perubahan yang dilabeli sebagai the new normal.

Dunia penerbangan, salah satu sektor yang notabene harus menahan telak pukulan penyebaran virus corona baru, pun tak kebal dari kemungkinan berbagai standar baru untuk dapat meneruskan operasional.

Melansir laman Lonely Planet, Rabu, 6 Mei 2020, jurnalis dunia penerbangan, John Walton, mengungkap beberapa perubahan untuk diantisipasi, baik oleh pelaku bisnis maupun penumpang.

Harga

Dalam beberapa waktu, penumpang diperkirakan akan melihat harga-harga penerbangan yang turun jauh dari sebelumnya. Amerika Serikat dikatakan sebagai tempat di mana penurunan tarif drastis akan tampak paling jelas.

Tapi, saat tak lagi ada aturan non-esensial untuk terbang, harga tiket pesawat mungkin saja kembali sebagaimana 2019, namun masa itu memerlukan sekian bulan, bahkan tahun. Jumlah penerbangan juga dikatakan tak akan langsung senormal biasanya.

Penerbangan menggunakan pesawat-pesawat kecil dikatakan akan jadi alternatif yang banyak dipilih penumpang.

Mungkin Tak Ada Orang Duduk di Samping Anda

Ilustrasi
Ilustrasi kabin pesawat terbang. (dok. pexels.com/Sourav)

Salah satu upaya yang tetap bakal dilakukan maskapai usai pandemi adalah mempertahankan jarak aman antar individu dengan menghindari kursi di samping Anda terisi. Pasal, rasa aman adalah kunci untuk kembali menarik penumpang melakoni penerbangan udara.

Penerapan ini tentu tak berlaku dalam jangka panjang, mengingat kebijakan tersebut membuat maskapai hanya bisa menjual dua per tiga dari total jumlah kursi. Di tahap ini, mungkin saja ada penyesuaian harga yang diberikan.

Pemakaian Masker

Strategi Jaga Jarak Aman di Dalam Pesawat ala Lion Air Group untuk Penerbangan Dikecualikan
Ilustrasi kabin pesawat. (dok. Kelly Lacy/Pexels)

Masker, bahkan non-medis, membantu melawan penyebaran corona COVID-19. Oleh karena itu, tetap memakainya, bahkan setelah pandemi, bakal dilakukan selama beberapa waktu, apalagi sekian banyak negara Asia memang punya kebiasaan memakai masker.

Penggunaannya akan menyambung kebijakan social distancing yang diberlakukan di kabin pesawat. Pun, sama halnya dengan hand sanitizer. Sebagaimana diketahui, cairan berukuran lebih dari 100 mililiter (ml) umumnya tak dibolehkan dibawa ke kabin.

Namun, Administrasi Keamanan Transportasi Amerika Serikat telah mulai membiarkan hand sanitizer berukuran lebih dari 300 ml masuk ke dalam kabin. Upaya menjaga higienitas ini juga disebut akan jadi bagian perubahan dunia penerbangan.

Bakal Ada Tes Bila Tunjukkan Gejala

Ilustrasi
Ilustrasi pesawat terbang. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Jangan harap bisa segera masuk pesawat bila penumpang menunjukkan gejala corona COVID-19, seperti demam, batuk, maupun sesak napas. Siap-siap untuk diminta melakukan tes bila menunjukkan gejala tersebut.

Beberapa bandar udara (bandara) memang punya waktu singkat untuk mengetahui hasil tes, tapi ada juga yang sampai 12, bahkan 24 jam.

Di sejumlah bandara, sebagaimana yang telah dilakukan di Narita dan Incheon, pelancong, terutama dari luar negeri, akan melakukan tes, biarpun tak menujukkan gejala. Dalam masa pemulihan, prosedur ini dikatakan akan terus bertahan hingga beberapa saat.

Pengadaan Dokumen Baru

Ilustrasi Tiket Pesawat
Seorang penumpang menunjukkan boarding pass penerbangan MH370, sebelum Malaysia Airlines menarik nomor tersebut sehubungan dengan penumpang dan awak pesawat MH370 yang hilang. (Source: AP)

Dokumen, seperti hasil tes COVID-19, diperkirakan akan diminta dalam beberapa penerbangan, terutama internasional dengan sekian banyak kali transit dan jarak jauh.

Di samping, catatan kesehatan penumpang dikatakan juga bakal jadi pelengkap dokumen untuk memberi izin pihak bersangkutan bisa melakoni penerbangan. Pemantauan kesehatan secara digital baru saja dilakukan warga Singapura.

Berekspektasi Hadapi Kondisi Tak Biasa

Ilustrasi
Ilustrasi pesawat terbang. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Kunci melakoni perjalanan setelah COVID-19 adalah dengan tetap mengetahui informasi baru perihal berbagai kelengkapan yang dibutuhkan, entah dari negara asal Anda maupun tujuan, bandar udara yang disinggahi, pun dengan maskapai pilihan.

Yang jelas, pelancong harus siap menghadapi kondisi tak biasa yang mungkin diadopsi dengan cara berbeda di banyak lini. Semuanya harus tetap dilakukan demi keamanan bersama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya