Cerita Akhir Pekan: Wajah Restoran di Indonesia Jelang New Normal, Siapkah Berubah?

Cerita Akhir Pekan tentang rencana penerapan new normal. Bagaimana respons dari pengelola dan pemilik restoran?

oleh Komarudin diperbarui 31 Mei 2020, 10:03 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2020, 10:03 WIB
Ilustrasi Restoran
Ilustrasi Restoran (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah beberapa bulan dilaksanakannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sejumlah daerah berencana untuk menerapkan new normal, kenormalan baru. Suatu cara hidup baru di tengah pandemi corona Covid-19.

Pandemi yang terjadi di Tanah Air berimbas pada dunia kuliner, salah satunya restoran. Para pengelola dan pemilik restoran mengalami kerugian yang sangat besar, bahkan  harus menutup usahanya.

Para pengelola dan pemilik restoran pun menyambut baik dengan rencana tersebut. Mereka akan tetap mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah.

"Saya kira itu bagus, tapi harus tetap memerhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal itu penting demi keselamatan karyawan dan tamu," ujar Ragil Imam Wibowo atau yang lebih dikenal dengan sapaan Chef Ragil saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 29 Mei 2020.

Selain protokol kesehatan, hal yang perlu dilakukan adalah mengurangi kapasitas untuk menjaga jarak sosial. Bila sebelum pandemi, kapasitas 100 persen, kali ini akan berubah 50 persen

"Ya, kalau saya akan menerapkan sekitar 30 persen. Jika sebelumnya restoran bisa menampung 50 pengunjung, dalam kondisi ini mungkin hanya bisa menampung 15 orang," kata pemenang Asian Cuisine Chef of the Year 2018 tingkat regional dalam acara World Gourmet Summit (WGS) Award of Excellent 2018.

Chef Ragil mengungkapkan bahwa sejak pandemi global sembilan restoran yang dikelolanya harus tutup. Saat ini hanya satu restoran saja yang masih buka untuk melayani pesanan bawa pulang (takeaway).

"Sembilan restoran yang saya kelola itu harus tutup sejak pandemi. Saat ini hanya tersisa satu untuk melayani pesanan bawa pulang," imbuh pendiri restoran Nusa Gastronomy, yang menyajikan masakan-masakan asli Indonesia.

"Jadi, saat ini kami tetap mengikuti aturan pemerintah. Hal itu penting karena bagi saya, keselamatan karyawan dan tamu restoran itu sangat penting," tegas Chef Ragil.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

Kopi Kulo
Kopi Kulo (dok. Kopi Kulo/Instagram @kedaikopikulo)

Secara terpisah, Marketing Director Kulo Group Michelle Sulistyo mengungkapkan, sebelum new normal diterapkan, pihaknya sudah menerapkan beberapa inovasi produk dan standardisasi produk sesuai imbauan pemerintah. Kulo Grup memiliki sejumlah brand usaha, di antaranya Kopi Kulo, Pochajjang, Kitamura, Oseng Mie Jontor, Bu Eva.

"Dari segi inovasi produk kita sudah menyiapkan beberapa development baru seperti kalau di Kopi Kulo kita mengadirkan varian kopi literan," kata Michelle Sulistyo dalam pesan tertulis yang dikirim kepada Liputan6.com, Jumat, 29 Mei 2020.

Sementara Pochajjang dan Kitamura, kata Michelle, pihaknya menghadirkan nasi boks dan frozen food. Di merek lain, seperti Oseng Mie Jontor dan Bu Eva, menghadirkan frozen food dan nasi boks.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan adalah memberhentikan layanan makan di tempat (dine in) ke resto sesuai arahan dari program PSBB pemerintan dan mengubah hanya melayani takeaway dan delivery.

"Kemudian melakukan langkah pembersihan aspek outlet dengan disinfektan secara berkala. Dan juga mewajibkan kepada para staff kami untuk selalu menggunakan masker, face shield, dan juga mencuci tangan setiap sedang mempersiapkan produk makanan dan minuman kami," papar Michelle.

Michelle mengungkapkan bahwa kondisi pandemi saat ini memang terasa sangat sulit bagi usahanya di mana mengalami penurunan omset yang cukup besar.

"Namun kesulitan itu tidak membuat kami semata mata menyerah, namun menjadikan kami semakin kuat untuk tetap dapat bertahan dan mengakomodir kebutuhan pelanggan akan produk minuman dan makanan kita," kata Michelle optimistis.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya