Seorang Ibu Menulis Buku untuk Menjelaskan Makna Jarak Sosial pada Anak

Buku karya ibu dua anak ini terdaftar sebagai rilis nomor satu di bagian buku sosial anak-anak Amazon.

oleh Komarudin diperbarui 03 Jul 2020, 03:02 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2020, 03:02 WIB
Ilustrasi menulis buku
ilustrasi menulis buku (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu dari Florida, Amerika Serikat, menggunakan kekuatan penanya untuk mengajari anak-anaknya tentang jarak sosial. Dengan kekuatan penanya itu ia merilis sebuah buku pertamanya, Billie and the Brilliant Bubble: Social Distancing for Children.

Buku karya Tara Traviesco ini terdaftar sebagai rilis nomor satu di bagian buku sosial anak-anak Amazon. Ibu dua anak dari Jacksonville, Florida, mengatakan bahwa hidupnya berubah drastis dalam semalam sejak dimulainya pandemi, seperti dilansir dari Yahoo Lifestyle, Kamis, 2 Juli 2020.

"Saya dan suami saya bekerja penuh waktu. Jadi biasanya, anak-anak kami di sekolah atau dengan pengasuh sekitar 45 jam seminggu," katanya. "Sekarang, kami memiliki 3 pekerjaan penuh waktu untuk keluarga kami dan mengatur jadwal juggling (main sulap menggunakan bola) setiap hari," imbuhnya.

Travieso menambahkan bahwa ia benar-benar menikmati waktu keluarga tambahan. Ia menjalani kegiatan yang berbeda dengan putrinya Alex yang berusia tiga tahun, dan Addison berumur dua tahun, seperti bersepeda, berburu pemulung, melukis, pesta dansa, dan lain-lain.

Namun saat jalan-jalan di lingkungan tempat tinggalnya, ia mendapat ide menulis buku. Ide tersebut untuk mengajar putrinya tentang gelembung imajiner untuk membantunya menavigasi jarak sosial.

"Imajinasi anak sangat mengesankan bagi saya. Saya kagum pada cara mereka bisa bersenang-senang tanpa apa-apa, dan saya juga kagum pada seberapa banyak otak mereka bertahan,” jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ucapan Terima Kasih

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Awalnya Tara Traviesco mengungkapkan menulis buku itu sederhana. Ia tidak menyadari apa yang ada di depannya dan menyadari bahwa proses penerbitan buku itu jauh lebih sulit.

“Saya bahkan tidak memiliki program komputer yang tepat untuk mengedit dan menggabungkan teks dengan ilustrasi. Pemasaran juga baru bagi saya. Untungnya ada internet,” katanya.

Ia tak pernah membayangkan akan menjadi penulis buku anak-anak. Meski begitu, ia merasa bahagia dan senang dan merasakan seperti mimpi. Dengan buku tersebut, ia menerima banyak ucapan terima kasih dari pembaca. Banyak  juga yang berusaha untuk menjelaskan apa itu jarak sosial kepada anak mereka.

"Saya menerima pesan ucapan terima kasih dari beberapa orang yang berjuang untuk menjelaskan jarak sosial kepada anak-anak mereka. Saya harap setiap anak bisa percaya diri," kata Tara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya