Kolaborasi Olah Sampah Plastik di Bantargebang Jadi Sumber Energi Terbarukan

Sampah plastik di Bantargebang bukannya tak bernilai, tetapi persoalannya banyak orang yang abai.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2020, 04:03 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 04:03 WIB
Ir. Andono Warih, M.Sc, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Sambutan Ir. Andono Warih, M.Sc, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. (Dok. Unilever Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Tumpukan sampah di Bantargebang makin meninggi nyaris tak terkendali. Kapasitas penampungannya juga semakin menipis dan diperkirakan akan mencapai titik maksimum dalam beberapa tahun ke depan. Di antara beragam jenis sampah, plastik menjadi salah satu komponen tertinggi selain limbah rumah tangga. Perlu penanganan ekstra dan progresif agar tak berhenti jadi sampah semata.

Untuk itu, sejumlah pihak berkolaborasi untuk menambang sampah plastik (landfill mining) di zona tak aktif Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Proses tersebut nantinya akan menyisihkan sampah plastik yang kemudian diproses menjadi bahan bakar alternatif, Refuse Derived Fuel (RDF), untuk menggantikan batu bara dalam industri semen terbesar di Indonesia.

Pihak yang berkolaborasi dalam pendaurulangan sampah plastik jadi bahan bakar terbarukan itu terdiri dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, PT Solusi Bangun Indonesia, Tbk (SBI), dan PT Unilever Indonesia, Tbk. Kepala DLH DKI Jakarta, Andono Warih, menilai kerja sama ini sebagai langkah proaktif dan upaya konkret produsen dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Menurutnya kolaborasi dan pembagian peran termasuk kepada para produsen sangatlah penting dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan.

"Pihak produsen memiliki peran yang besar untuk ikut mengatasi persoalan sampah plastik bersama pemerintah dan masyarakat, layaknya Unilever Indonesia dan PT SBI sebagai mitra kami dalam proyek ini. Semoga kerja sama ini mampu menstimulasi kolaborasi serupa di masa mendatang," ungkapnya dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 1 Oktober 2020.

Proyek percontohan penambangan sampah untuk dijadikan RDF sebenarnya sudah berjalan sejak tahun lalu. Lokasinya berada di Zona IV TPST Bantargebang yang sudah berusia lebih dari satu dekade.

Prosesnya dimulai dengan penggalian, lalu pengayakan sampah, setelah itu barulah dikirimkan ke pabrik PT SBI untuk dihancurkan dan dikeringkan. Dengan berjalannya proyek ini, sekitar 1.000 ton RDF yang mengandung 80 hingga 90 persen sampah plastik akan dihasilkan per bulannya.

Direktur PT SBI, Tbk., Lilik Unggul Raharjo juga menyambut baik kerja sama dengan Unilever Indonesia sebagai pihak produsen pertama yang terlibat dalam kolaborasi tersebut. "Dengan misi sejalan untuk melestarikan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang optimal dan terintegrasi, Unilever Indonesia akan terlibat dalam mendukung operasional proses crushing dan drying di fasilitas kami untuk turut memastikan bahwa kapasitas dan  kualitasnya dapat terus ditingkatkan," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pentingnya Berbagi Peran

Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama oleh Rizki Raksanugraha, Director of Supply Chain PT Unilever Indonesia, Tbk
Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama oleh Rizki Raksanugraha, Director of Supply Chain PT Unilever Indonesia, Tbk. (Dok. Unilever Indonesia)

Menurut Rizki Raksanugraha, Direktur Rantai Pasokan PT Unilever Indonesia, Tbk., masalah sampah plastik ini membutuhkan perhatian dan kerja sama lintas sektor, termasuk pihak swasta seperti Unilever. "Kami percaya bahwa sampah plastik memiliki tempatnya di dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan, dan jika dikelola dengan baik akan bisa menjadi sumber daya yang berguna. Upaya kolaborasi ini menjadi sangat penting untuk tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih, tapi juga memberikan manfaat secara ekonomi," katanya.

Pihaknya mengatakan bahwa komitmen penanggulangan polusi limbah plastik juga mereka lakukan dengan beragam cara, seperti mendesain produk dengan memakai lebih sedikit plastik baru (virgin plastic), atau dengan memakai plastik hasil daur ulang. Mereka juga menargetkan akan mengurangi 100 ribu ton kemasan plastik dalam produksi paling lambat pada 2025.

Rizki mengungkapkan bahwa kerja sama dengan DLH DKI Jakarta dan PT SBI dianggap sebagai perwujudan komitmen mereka dalam upaya penanggulangan sampah plastik. Ia meyakini komitmen berbagai pihak dalam rantai persampahan akan membantu mengatasi permasalahan sampah.

"Melalui semangat #MariBerbagiPeran yang diusung oleh perusahaan, kami akan terus mengali peluang dan potensi kerja sama dengan berbagai pihak untuk bersama menuju Indonesia yang lebih bersih dan lestari," tutupnya. (Brigitta Valencia Bellion)

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya