Travel Bubble dengan Singapura Ditunda, Hong Kong Naikkan Denda Pelanggaran Jaga Jarak

Hong Kong diprediksi menghadapi gelombang keempat infeksi Covid-19. Travel bubble dengan Singapura pun akhirnya dijadwalkan ulang.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 29 Des 2020, 13:55 WIB
Diterbitkan 02 Des 2020, 13:01 WIB
Ilustrasi Hong Kong
Ilustrasi Hong Kong. Sumber foto: unsplash.com/Dan Freeman.

Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong dan Singapura semestinya sudah bisa menjalankan skema travel bubble (gelembung perjalanan) pada 22 November 2020. Apa daya, jumlah kasus positif Covid-19 di Hong Kong justru meningkat drastis. Kesepakatan ini pun akhirnya ditunda ke 2021, sementara otoritas pemerintah kota berencana menaikkan denda pelanggaran jaga jarak untuk mengendalikan penyebaran infeksi di masyarakat.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Rabu, (2/12/2020), sumber dekat pengambil kebijakan mengatakan Hong Kong berencana menetapkan denda atas pelanggaran aturan jaga jarak sebesar 10ribu dolar Hong Kong atau sekitar Rp18 juta. Kota tersebut mencatat penambahan 103 kasus Covid-19 baru.

Sumber itu mengatakan, Ketua Sekretaris Administrasi di Pemerintahan Hong Kong, Carrie Lam, sepakat menaikkan pinalti dari dua ribu dolar Hong Kong. Namun, angkanya masih menunggu saran dari Departemen Kehakiman Hong Kong.

Kasus terbaru melibatkan klaster tempat konstruksi di Tseung Kwan O. Tiga pekerja di lokasi pembangunan dinyatakan positif virus corona baru, sementara delapan lainnya dinyatakan mengalami gejala awal positif. Jumlah kasus positif diperkirakan akan bertambah setelah otoritas memerintahkan pengujian Covid-19 pada 900 pekerja di sana, Selasa, 1 Desember 2020.

Untuk mengendalikan gelombang keempat infeksi Covid-19, pemerintah kembali memperketat aturan jaga jarak sosial. Implikasinya, pertemuan publik dibatasi jadi hanya dua jam saja, jam layanan makan di tempat untuk semua restoran dikurangi, dan pembatasan acara pertemuan keagamaan, pernikahan, serta tur lokal kembali diberlakukan untuk mengendalikan jumlah interaksi.

Kota itu mencatat terjadi 82 kasus baru pada kemarin, Selasa, 1 Desember 2020, yang menjadikan total kasus positif Covid-19 di Hong Kong mencapai 6.396 dengan 109 kematian. Di antara kasus tersebut, 23 di antaranya tak diketahui sumbernya. Mikrobiologis Universitas Hong Kong Dr. Ho Pak-leung menyebut hal itu sebagai tanda peringatan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Klaster Klub Tari

Ilustrasi bendera Hong Kong (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Hong Kong (AFP Photo)

Kasus baru terbanyak berasal dari klaster klub tari. Jumlahnya sekarang tercatat lebih dari 550 orang terinfeksi. Kebanyakan juga sudah teridentifikasi.

Dr. Ho mengatakan, kelompok itu telah menyebarkan virus ke penjuru kota, dengan infeksi baru bermunculan di beragam kelompok dan pekerjaan berbeda. Termasuk di antaranya pekerja rumah tangga dan buruh bangunan.

"Kasus-kasus yang tidak diketahui sumbernya adalah proporsi signifikan atas infeksi baru, dan melihat ke beberapa minggu terakhir, jumlahnya tak menurun, bahkan saya bisa mengatakan ada tren peningkatan," kata Ho.

Ia menambahkan, bila klaster lokasi konstruksi memburuk, pemerintah perlu mengambil tindakan lebih tegas. Pilihannya termasuk menghentikan kerja sementara untuk mencegah penyebaran lebih lanjut atas virus itu, mengingat sulitnya memastikan para pekerja memakai masker di lokasi pembangunan.

Infografis Gejolak Hong Kong

Infografis Gejolak Panjang di Hong Kong
Infografis Gejolak Panjang di Hong Kong. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya