Curahan Hati Wisatawan Usai Penundaan Travel Bubble Singapura dan Hong Kong

Sebelum travel bubble ditunda, seorang warga Singapura sudah berencana liburan selama 24 hari di Hong Kong.

oleh Henry diperbarui 24 Nov 2020, 21:03 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 21:03 WIB
Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19, berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)
Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19, berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta -  Penundaan travel bubble atau gelembung perjalanan antara Singapura dan Hong Kong membuat banyak pihak terpukul. Travel bubble yang semula akan dimulai pada 22 November 2020 diputuskan untuk ditunda selama sekitar menyusul lonjakan 68 kasus baru di Hong Kong pada Sabtu pekan lalu, dimana 61 diantaranya ditularkan secara lokal.

Sementara, Singapura melaporkan 12 kasus Covid-19 baru pada 22 November 2020, semuanya terjadi pada wisatawan yang datang dari luar negeri. Setelah ditunda, pihak berwenang kedua negara sedang meninjau tanggal peluncuran yang baru.

Kabarnya, penundaan travel bubble ini akan berlangsung selama dua minggu tapi tentunya dengan melihat perkembangan kasus Covid-19 di kedua kota. Keputusan ini tentu mengecewakan bagi mereka yang telah membeli tiket dan sangat menantikan untuk bepergian ke Hong Kong setelah berbulan-bulan lamanya.

Meski kedua maskapai utama Singapore Airlines dan Cathay Pacific mendukung keputusan ini dan menggratiskan biaya layanan refund serta reschedule, tanpa adanya biaya tambahan, hal itu belum bisa menutup kekecewaan para pembeli tiket.

Dilansir dari AsiaOne, 22 November, salah seorang pembeli tiket bernama Aaron Wong mengaku sudah berencana menghabiskan tiga malam di Hong Kong dan memesan tiga hotel berbeda untuk keperluan tertentu. Wong terakhir bepergian naik pesawat pada akhir Februari lalu yaitu ke Kuala Lumpur, Malaysia.

"Saya sangat suka naik pesawat. Saya sudah mencoba tur dan makan malam di Singapore Airlines, tapi tentu rasanya berbeda dengan terbang sesungguhnya," ucap Wong.

Traveler lainnya, Hendric Tay, bahkan sudah berencana liburan ke Hong Kong selama 24 hari. Selain untuk bertemu teman, Tay juga akan membuat berbagai konten tentang perjalanananya di Hong Kong karena ia seorang travel blogger.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bagai Naik Roller Coaster

Ilustrasi Hong Kong
Ilustrasi Hong Kong (Dok.Unsplash/ bantersnaps)

"Saya sangat kecewa, terutama karena beberapa hari terakhir saya sempat khawatir akan ada pembatalan. Malam sebelum pengumuman penundaan, saya sudah punya firasat akan ada penundaan," tutur Tay.

"Lalu ada berita tidak aka nada pembatalan, tapi kemudian pukul 5 petang ada pengumuman resmi kalau ternyata ditunda, rasanya emosi kita seperti dipermainkan, bagai naik roller coaster," lanjut pria berusia 33 tahun tersebut.

Lain lagi dengan Alvin Liu. Pria berusia 41 tahun ini tinggal di Hong Kong dan berada di Singapura sejak September lalu untuk mengunjungi ibunya yang sakit. Sedianya, ia akan kembali ke Hong Kong pada 30 November 2020 tapi akhirnya tertunda.

Dengan banyaknya penerbangan yang tertunda, Liu khawatir akan kesulitan mendapatkan tiket pesawat dalam waktu cepat setelah penerbangan ke Hong Kong dibuka kembali.

Awalnya, program travel bubble ini akan dibatasi satu kali per hari dengan batas penumpang maksimal 200 orang per penerbangan. Jika perkembangan pandemi Covid-19 tidak memburuk di Singapura dan Hong Kong, jumlah penerbangan akan ditambah menjadi dua kali per hari mulai 7 Desember 2020.

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya