Liputan6.com, Jakarta - Semangat sociopreneur atau berbisnis sembari memberi dampak sosial makin ngetren di Indonesia. Tentu saja, ini merupakan sebuah kabar baik. Apalagi wirausahawan muda yang bersemangat seperti ini muncul dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Belitung.
Seperti yang ditunjukkan oleh Bella Kartika Aprillia, melalui brand Sepiak Belitong yang dibesarkannya. Memopulerkan batik asal Pulau Belitong yang terdiri dari dua kabupaten, yakni Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, Bella melibatkan pebatik dan penjahit lokal, termasuk para penyandang disabilitas.
“Kami memang bukan yang pertama yang membuat batik Belitong. Tapi bisa dikatakan kami adalah pionir yang melakukan branding batik Belitong hingga dikenal ke daerah luar, bahkan ke mancanegara,” terang Bella Kartika Aprillia, Pemilik Sepiak Belitong.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, awal merintis merek ini, banyak masyarakat yang menanyakan, “Memang ada batik Belitong? Batik kan dari Jawa”. Ungkapan tersebut yang dijawab oleh Bella dan memilih untuk melakukan branding batik Sepiak dengan mencari pengakuan di luar wilayah Belitung. Hingga pada tahun 2018 Sepiak Belitong kian dikenal salah satunya melalui sebuah penghargaan yang diraih pada ajang Wirausaha Mandiri.
Tak hanya di pasar lokal, pada Juli 2019 Sepiak Belitong juga mengikuti pameran di Korea Selatan untuk menjawab dan meramaikan event dari KBRI. Selain Korea, Sepiak Belitong juga sudah sampai ke lantai pamer di Jepang, Malang, Batam, Jakarta, Jogja, dan beberapa daerah lainnya. Hingga kini, batik Belitong dan merek Sepiak Belitong kian dikenal.
Bercerita tentang Alam Belitong
Bagi Bella, budaya, alam, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Belitong adalah elemen penting yang harus dikembangkan beriringan dengan pengembangan bisnisnya. Motif daun simpor yang lekat dengan kehidupan masyarakat Belitong pun menjadi salah satu motif andalan Bella dalam mengembangkan desain batik Sepiak.
Selain khas, daun simpor juga lekat dengan kehidupan masyarakat Belitong. Tanaman yang kerap dibudidayakan di halaman belakang rumah ini, seringkali dijadikan sebagai alas dan pembungkus makanan. Selain daun simpor, Bella juga mengembangkan motif lain, seperti motif kantong semar atau yang jamak disebut ketuyut/ketakong.
Atau, keremunting yang merupakan buah hutan dan kerap dinikmati masyarakat. Dengan berbagai motif tersebut, Sepiak Belitong ingin bercerita soal kekayaan alam Belitong. Tak hanya merepresentasikan alam Belitong, desain dari batik Sepiak memiliki ciri khas dengan warna-warna yang cerah.
“Sepiak itu secara kata artinya sebagian. Namun, dalam praktiknya, kami ingin selalu ingat untuk berbagi. Seluruh hasil usaha ini mengusung hak orang lain yang harus dibagikan. Mimpi saya, Sepiak Belitong bisa menjadi merek nasional seperti Batik Trusmi dari Cirebon,” lanjut Bella.
Komunikasi yang dekat dengan konsumen pun dilakukan oleh Bella di berbagai kanal komunikasi dan distribusi. Mulai dari media sosial melalui akun Instagram @sepiakbelitong dan Facebook @katalogsepiakbelitong, hingga kanal penjualan di Tokopedia, Blibli, Shopee, dan Bukalapak.
Ramah alam dan masyarakat
Tidak hanya berbisnis, Sepiak Belitong juga kerap mempromosikan alam Pulau Belitong. Bahkan, Sepiak Belitong telah menjadi partner dari Geopark Belitong sebagai geo product. Ya, produk ini mengemban teknik produksi yang ramah dengan alam.
Beberapa produk Sepiak Belitong diproduksi menggunakan teknik eco print atau daun timpel. Teknik ini sudah cukup terkenal di dunia fesyen. Singkatnya, teknik ini memindahkan unsur tanin pada tanaman ke dalam kain sehingga membuat motif tertentu.
Produk alam ini biasanya disukai oleh masyarakat luar negeri. Bahkan, geo product berupa produk eco print ini juga telah dijual di Therapy Market, Singapura.
Selain itu, Bella juga memberdayakan masyarakat Belitong untuk mendukung bisnisnya. Untuk urusan produksi, Bella mempercayakan produknya kepada anak-anak penyandang disabilitas. Bella melihat, permintaan tenaga kepada kaum disabilitas sangat terbatas.
Setelah melatih, ternyata kaum disabilitas bisa menghasilkan karya yang bagus, tekun, hingga disukai oleh pengunjung pameran di Korea. “Harapannya, kami bisa menampung mereka lebih banyak,” katanya.
Tak hanya itu, Bella juga beberapa kali menjalin kerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menjahit berbagai produk Sepiak, masker misalnya. Upaya ini dilakukan untuk mengimbangi tingginya permintaan masker di masa pandemi seperti sekarang ini.
“Saat pandemi ini, kami telah memproduksi 10.000 masker batik yang dibantu oleh SMK 3 Tata Busana Belitung. Visi kami saat ini bisa dilihat dari nama brand kami, Sepiak. Di sini kami ingin berbagi, termasuk dengan teman-teman penyandang disabilitas. Terakhir, kepada konsumen. yang telah memiliki produk Sepiak, kami juga ingin -secara psikologis- mengajak mereka menjadi bagian dari pulau Belitong. Pulau yang terkenal indah, aman dan ramah,” tutup Bella.