Liputan6.com, Kairo - Setiap sore menjelang buka puasa, hiruk-pikuk pasar di sekitar Masjid Sayeda Zeinab di Kairo perlahan melambat. Di jalanan yang menghadap ke masjid suci tersebut, ratusan orang berkumpul di meja panjang, menanti waktu berbuka di "Meja Rahmat", sebuah tradisi yang telah mengakar di Mesir selama berabad-abad.
Mengutip Al Jazeera, Sabtu (22/3/2025), Masjid Sayeda Zeinab, tempat yang diyakini sebagai peristirahatan terakhir cucu Nabi Muhammad, menjadi pusat spiritual bagi banyak warga Mesir.
Advertisement
Baca Juga
Selama Ramadan, suasana di sekitarnya semakin hidup dengan adanya kegiatan sosial ini, di mana para relawan menyediakan makanan bagi siapa saja yang datang, tanpa memandang latar belakang mereka.
Advertisement
Seperti di banyak sudut Mesir, Meja Rahmat di Sayeda Zeinab bukan sekadar tempat untuk berbuka puasa, tetapi juga simbol kebersamaan. Para relawan, kebanyakan warga sekitar, bahu-membahu menyiapkan makanan bagi lebih dari 400 orang setiap harinya.
Di antara mereka adalah Hamdy, seorang pria berusia 40 tahun yang telah menjadi relawan selama lima tahun berturut-turut.
Sambil membagikan kotak makanan berisi kurma, nasi, kentang, dan ayam, ia berkata, "Kami bukan satu-satunya. Setiap 10 meter, Anda bisa menemukan Meja Rahmat di Mesir. Orang-orang di sini mudah sekali berorganisasi untuk membantu."
Volunter lainnya, Hassan, yang mengenakan hoodie hijau terang, mengakui bahwa mereka hanya sempat berbuka puasa bersama keluarga sekali di rumah. Sisanya, mereka habiskan di sini, melayani orang lain.
"Kami sudah seperti saudara sekarang," katanya sambil tersenyum.
Tradisi Sejak Abad ke-9
Meja Rahmat bukanlah fenomena baru. Tradisi ini disebut sudah ada sejak tahun 872 M, saat Ahmad Ibn Tulun, penguasa Mesir saat itu, menyelenggarakan meja buka puasa untuk masyarakat dari berbagai latar belakang.
Namun, praktik ini semakin berkembang di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah, terutama di era Al-Mu’izz li-Din Allah al-Fatimi (953-975 M).
Sejak saat itu, Meja Rahmat menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadan di Mesir, terutama di saat krisis ekonomi melanda. Ketika pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina menyebabkan inflasi Mesir melonjak hingga 41 persen pada tahun 2023, banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Namun, tradisi berbagi ini tetap hidup, bahkan semakin berkembang, menjadi bukti ketahanan dan solidaritas rakyat Mesir.
Advertisement
