Komunitas Gerak Cepat Bersih-Bersih Sungai di Bali yang Diinisiasi Pembuat Film Asal Prancis

Banyak sungai di Bali tercemari sampah. Harus ada yang bergerak agar tak semakin mengkhawatirkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2021, 17:03 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 17:03 WIB
Kenalan dengan Komunitas Gerak Cepat Bersih-Bersih Sungai di Bali yang Diinisiasi Pembuat Film
Proses sedang melakukan pembersihan sampah. (dok. Instagram @sungaiwatch/ https://www.instagram.com/p/CLGVQb0lexg/?igshid=w0xl67vlpbbr/ Melia Setiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Kultur Bali sejatinya lekat dengan alam, tapi sayang kondisinya tercoreng oleh sampah. Kondisi itu juga menimpa sejumlah sungai di Bali. Tak ingin berpangku tangan, sejumlah relawan yang bergabung dalam komunitas Sungaiwatch bergerak.

Organisasi itu tak lepas dari peran Gary Benchegib, seorang pembuat film sekaligus aktivitas lingkungan berkebangsaan Prancis, bersama dua saudaranya, Kell dan Sam. Penggagas program Make A Change World itu awalnya fokus pada kegiatan bersih-bersih sampah plastik di sekitar pantai-pantai di Bali bersama para relawan.

Kepedulian terhadap alam Bali berlanjut dengan pendirian komunitas. Tujuannya untuk memperkenalkan budaya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab demi melindungi sungai di Bali.

"Sungaiwatch adalah monitoring sungai-sungai agar tidak berubah menjadi tempat pembuangan sampah seperti yang sudah terjadi saat ini," jelas Ray, Development Manager Sungaiwatch, kepada Liputan6.com, Senin, 22 Februari 2021.

Kampanye menjaga sungai dicanangkan sejak 2019. Ketiga bersaudara itu melihat isu lingkungan sangat penting untuk ditanggapi secara serius.

"Dengan isu lingkungan ini, mereka berencana untuk terus menyajikan fakta-fakta yang di terbitkan di berbagai media sebagai berita-berita utama dan mendapatkan tanggapan serius untuk di tangani," ucap Ray 

Tapi, monitoring hanya salah satu aktivitas di Sungaiwatch. Lebih jauh, mereka menggelar operasi bersih sungai secara besar-besaran lewat program yang dinamakan Weekly-Cleanup. Mereka juga mengembangkan solusi penghalang yang terjangkau agar dapat mencegah plastik masuk ke laut.

"Tujuan kami dengan adanya Weekly-Cleanup ini, merupakan bentuk dari membangun kesadaran para relawan dan masyarakat seperti apa kondisi sungai saat ini, dan hal ini menjadi bentuk edukasi secara langsung," kata Ray.

Lokasi pembersihan yang sedang jadi fokus utama Sungaiwatch saat ini adalah membersihkan dan memasang jaring sampah di sungai-sungai di Kabupaten Badung dan Tabanan. Sejauh ini, kurang lebih 30 sungai pada titik-titik tertentu sudah bisa dibersihkan. Proses pembersihannya biasanya butuh lebih dari satu kali.

 

Kenalan dengan Komunitas Gerak Cepat Bersih-Bersih Sungai di Bali yang Diinisiasi Pembuat Film
Jaring-jaring sampah yang dipasang Sungaiwatch di sungai Bali. (dok. Instagram @sungaiwatch/ https://www.instagram.com/p/CKopb7Fl9OX/?igshid=1glphg75ntb8d/ Melia Setiawati)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Plastik Jadi Penyumbang Terbesar

Kenalan dengan Komunitas Gerak Cepat Bersih-Bersih Sungai di Bali yang Diinisiasi Pembuat Film
Sedang melakukan pernyortiran sampah. (dok. Instagram @sungaiwatch/ https://www.instagram.com/p/CLIeY5KFJDs/?igshid=4d1nwcygabog/ Melia Setiawati)

Total 19 relawan bekerja setiap hari untuk membersihkan sampah di sungai yang terjaring di jaring-jaring sampah. Mereka kemudian memilah sampah yang masih bisa didaur ulang. Relawan itu juga bertugas memasang jaring-jaring sampah yang terdiri dari TrashBlock, TrashFloater, dan TrashWalker, di berbagai lokasi yang akan dibersihkan.

Pemasangan alat penyaring yang disebut TrashBarrier itu dinilai efektif menghentikan sampah masuk ke sungai, saluran air, dan pantai Bali. Ketiga jenis penyaring sampah tersebut ditempatkan sesuai dengan ukuran. Ketiga alat tersebut mudah dirakit dan dirawat. Sejauh ini, Sungaiwatch juga memasang 27 TrashBarrier.

Setelah sampah diangkut dari sungai, Sungaiwatch akan menerapkan tiga tahap daur ulang, yakni Pre-Penyortiran atau sampah dibagi menjadi jenis yang dapat didaur ulang, Audit Merek atau memilih kategori berdasarkan (merek, kondisi, dan warna), dan mendaur ulang. Komunitas tak bekerja sendiri melainkan bekerja sama dengan berbagai mitra di Bali terkait sampah-sampah yang akan didaur ulang.

"Limbah terbanyak yang ditemukan adalah kantong plastik sebanyak 18 %," jelas Ray.

Terkesan mudah, tapi pengerjaan di lapangan nyatanya penuh tantangan. Dari segi teknis, misalnya, keterbatasan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki, kondisi sungai yang tidak mudah diakses, luas sungai dan kedelamannya, jadi tugas yang harus ditaklukkan. Belum lagi, mereka juga harus meyakinkan warga setempat agar mau menerima sungainya di sekitarnya dibersihkan dan tak lagi jadi tempat pembuangan sampah.

Meski begitu, optimisme tetap ada. Ia bahkan menargetkan dalam lima tahun ke depan, Sungaiwatch bisa memasang jaring-jaring sampah di seluruh sungai di Indonesia, bukan hanya Bali.

Tahun ini, mereka berencana untuk mengimplementasikan TrashBarrier di sekitaran sungai-sungai kecil di Citarum. Ia berharapsungai-sungai dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih positif. (Melia Setiawati)


Rantai Nilai Sampah

Hari Peduli Sampah Nasional 2021, Pola Pengelolaan Sampah Masih Belum Berubah
Infografis rantai nilai sampah. (dok. Unilever Indonesia)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya