Cerita Akhir Pekan: Antara Nostalgia dan Inovasi Merek Sepatu Lokal Lawas

Merek sepatu lokal, Warrior, sendiri sempat berhenti produksi pada tahun 2000-an sampai 2015.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2021, 10:00 WIB
Sepatu Warrior
Produk sepatu Warrior. (dok. Instagram @warriorofficial.id/https://www.instagram.com/p/CLdHGreg1yM/)

Liputan6.com, Jakarta - "Raksasa" itu sempat tumbang. Mati suri selama tak kurang dari 15 tahun setelah dipakai berjalan dengan gagah di masa kejayaannya. Kini, ia kembali hadir dengan tak sekadar mengandalkan nostalgia. Ya, merek sepatu lokal, Warrior, belum mau menutup buku perjalanannya.

Kendati sempat dipukul mundur sepatu impor dengan harga sangat murah, kondisi yang membuat mereka berhenti produksi pada 2000--2015, kebangkitan produk lokal ternyata turut diramaikan label sepatu yang telah ada sejak 1972 tersebut.

"Sepatu Warrior itu dikenal sebagai sepatu anak sekolah. Karena di era 90-an di sekolah harus pakai sepatu Warrior," kata owner Warrior, Anna Chandra, lewat pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 20 Maret 2021.

"Tahun 2015 saya coba produksi (sepatu) lagi dalam jumlah sedikit, dan end user begitu berminat. Film Dilan pun pakai sepatu ini," tuturnya. "Sekarang Warrior tetep ada, walau banyak merek-berek baru yang keluar."

Selain tetap menghadirkan desain ikonis sarat memori, eksistensi produk sepatu berbahan kanvas ini juga tentang inovasi. "Karena permintaan pasar ingin model-model zaman dulu tetap ada, jadi kami tetap memproduksi," ucap Anna.

"Pilihan-pilihan baru kami hadirkan supaya milenial mengenal Warrior bukan hanya sepatu sekolah saja, melainkan bisa (dipakai) untuk hang out," imbuhnya. Diakui Anna bahwa konsumen tak langsung akrab dengan sisi lain Warrior sebagai fashion shoes. "Tapi, setelah beberapa model dikeluarkan, mereka sangat tertarik," ucapnya.

Tak Lepas dari Inovasi

Sepatu Warrior
Produk sepatu Warrior. (dok. Instagram @warriorofficial.id/https://www.instagram.com/p/CEjVKNjgIVv/)

Mempertahankan DNA rancangan secara bentuk, bila dilihat sekarang, sepatu Warrior juga bermain dengan padanan warna dan aksen tertentu, termasuk sentuhan patchwork. Kendati demikian, desainnya tetap simpel, sehingga mudah dipadankan dengan fashion item lain.

Secara penggarapan desain, Anna mengatakan bahwa dirinya terjun langsung dalam proses tersebut. Inovasi produk sendiri jadi salah satu senjata untuk bertahan di masa pandemi COVID-19, dan ini masih akan dilakukan pihaknya pada 2021.

"Warrior akan mengeluarkan produk-produk yang disukai anak muda. Untuk sepatu sekolah tetap menyediakan sepatu berkualiatas baik dan harga terjangkau untuk semua kalangan," Anna menjelaskan. Di samping, terus mengandalkan ruang digital untuk memperkenalkan produk-produk mereka.

Saat memakainya, Warrior ingin setiap pelanggan turut melangkah bersama sejarah sepatu yang telah eksis selama lebih dari 40 tahun tersebut. "Pelanggan Warrior sekarang berusia antara 15 sampai 40 tahun," tuturnya.

Soal harga, sepatu sekolah dibanderol Rp140 ribu--Rp150 ribu. Sementara, sepatu fesyen sendiri dihargai Rp190 ribu-Rp250 ribu.

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air.
Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya