Liputan6.com, Jakarta - Masa indah pernikahan yang dirasakan sepasang suami istri asal Amerika Serikat ternyata hanya berlangsung tiga hari. Mereka terpisahkan oleh maut di saat sedang berbulan madu di kawasan Samudra Atlantik.
Dikutip dari laman The Sun, Selasa, 27 April 2021, pasangan Cheyenne dan Dalton Cottrell memilih berbulan madu ke Florida, Amerika Serikat, pada Juli 2019. Cheyenne menerangkan suaminya begitu terpukau dengan samudra karena selama ini ia belum pernah melihat laut.
Advertisement
Baca Juga
Mereka memulainya dengan bergandengan tangan menyusuri tepi pantai. Sesekali kaki mereka dibiarkan terkena air laut yang naik ke pantai. Setelah nyaman, mereka mulai bergerak lebih dekat dengan perairan.
Mereka tertawa dan bersenang-senang sampah gelombang besar menghantam dan mengagetkannya. Menurut Cheyenne, Dalton mulai panik saat ombak menariknya semakin jauh dari tepi pantai meski ketinggian air saat itu sebatas bahunya.
Cheyenne yang terbiasa berenang di laut selama musim panas berusaha menenangkan suaminya. Namun, Dalton benar-benar panik.
"Aku berenang mencoba membantu, tapi dia menarikku ke bawah. Karena terkejut, aku segera berjuang kembali ke permukaan, mencoba berbicara tenang apa yang perlu dilakukan. Aku berusaha memperhitungkan segalanya agar kami berdua bisa bertahan," kata Cheyenne.
Saat itulah ia melihat penjaga pantai melintas dan segera berteriak meminta tolong. "Penjaga pantai segera berenang mendekati kami. Aku tahu bila saja Dalton bisa bertahan lebih lama 60 detik saja, kami bisa membantunya," ucap Cheyenne.
"Aku putus asa, berharap penjaga pantai bisa datang lebih cepat. Aku kewalahan karena panik tetapi berusaha tetap menenangkan pikiranku sambil berpikir tentang langkah selanjutnya. Aku juga mulai berdoa, berharap ada keajaiban. Lalu, tanpa diduga, Dalton kembali menarikku ke bawah. Kali ini, ia memegang rambutku dan aku tak bisa ke atas untuk mengambil udara," tuturnya.
Cheyene sangat takut mereka berdua akan mati. Entah bagaimana, ia mulai membebaskan diri dan mendorong suaminya menjauh. "Aku masih menyesal melakukan itu sampai hari ini, tapi aku tahu kalau tidak memberi jarak, kami berdua akan meninggal," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mengatasi Rasa Bersalah
Cheyenne mengaku di tengah perjuangan hidup dan mati itu, ia sempat meminta Dalton memegang tumitnya. Namun, sang suami mengaku terlalu lelah dan pingsan. Dalam situasi itu, Cheyenne terpikir ikut menyerah pula. Ia merasa tak bisa hidup tanpa suaminya, tapi ia kemudian menolak menyerah.
"Saat aku mencoba membuat kepalanya tetap di permukaan, penjaga pantai akhirnya mencapaiku. Saat dia menarik Dalton ke papan panjang, tubuhnya hampir berubah ungu dan kejang. Energiku hampir habis," sambung perempuan yang berprofesi sebagai guru itu.
Begitu tiba di pantai, Cheyenne pingsan. Tapi, ia sekilas melihat Dalton diberi CPR. Pada masa itu, ia berharap cemas tentang kondisi suaminya. Ia masih menanti keajaiban bahwa sang suami masih hidup. Pada kenyataannya, dokter menyampaikan hal berbeda.
"Saya tahu bahwa tidak membunuh suami saya sendiri dan semuanya benar-benar kecelakaan yang mengerikan, tetapi saya takut orang lain tidak akan melihatnya seperti itu," kata Cheyenne, wanita berusia 24 tahun.
"Syukurlah para detektif itu baik dan ramah, meyakinkan saya bahwa melakukan segala daya untuk menyelamatkan dalton dan bahwa mereka memprercayai cerita saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka," tambahnya.
Setelah kembali ke kampung halaman Dalton di Grinelle, Iowa, ia juga harus menghadapi prosesi pemakaman yang penuh dilema. Ia kebingungan menentukan siapa melakukan apa dalam prosesi itu. "Itu seperti tak nyata. Aku tak percaya dengan fakta bahwa aku telah menjadi seorang istri dan kini menjadi janda," ujarnya.
Pada 10 Agustus 2018, alih-alih menjalani hidup baru dengan Dalton, ia justru berdiri di pemakaman yang dihadiri lebih dari 600 orang. Ia hanya bisa menumpahkan kesedihan di atas peti mati suaminya.
"Aku hanya berharap aku melakukan lebih. Semua orang meyakinkanku bahwa yang kulakukan sudah benar, tetapi pikiranku berkata itu tak cukup. Dalton tak selamat dan aku selamat. Perasaan bersalahku saat itu sangat menyiksaku," ucapnya.
Setelah itu, ia menjalani hari-harinya seperti biasa sembari berjuang mengatasi rasa bersalah sekaligus kenangan tentang Dalton. Cheyenne beruntung mendapat dukungan luar biasa dari keluarga, profesor, dan teman-temannya. "Saya juga bergabung dengan group di Facebook untuk para janda dan duda, keluarga barunya saya ini luar biasa," jelasnya.
Kini, Cheyenne telah menemukan jalannya sendiri melalui kesedihannya. Ia membuat kotak memori dan duduk di sisi kuburan sang suami untuk berbicara masa depan mereka, seperti mendaki gunung setinggi 14.000 kaki di tempat yang akan menjadi ulang tahun pernikahan pertama mereka. Cheyenne sekarang menggambarkan itu hanya perasaan sebagai pahit.
"Saya sangat bersyukur karena memiliki kesempatan untuk menjadi sahabat sekaligus istri Dalton, meskipun itu hanya tiga hari yang singkat," kata Cheyenne. (Muhammad Thoifur)
Advertisement