Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Thailand mendapatkan keringanan biaya bandara untuk membantu upaya rehabilitasi hingga 31 Maret 2022. Bantuan terbaru adalah bagian dari serangkaian tindakan untuk meningkatkan industri penerbangan setelah Covid-19 membuatnya berantakan.
Dewan Penerbangan Sipil juga mengizinkan maskapai penerbangan mengklaim pengembalian uang untuk biaya bandara yang sebelumnya dibayarkan sebelum tindakan baru diberlakukan. Mereka juga memperpanjang waktu yang diberikan untuk membayar tagihan dari 90 hari menjadi 180 hari, seperti dikutip dari laman The Thaiger, Sabtu, 1 Mei 2021.
Advertisement
Baca Juga
Menteri Transportasi Saksayam Chidchob menginstruksikan Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT) untuk menerapkan langkah-langkah tersebut dengan tepat tetapi cepat dan untuk bekerja dengan Pusat Administrasi Situasi Covid-19. Dia menginstruksikan CAAT untuk mengevaluasi kembali keselamatan sambil mempromosikan transportasi udara untuk bersiap membuka kembali negara dan pemulihan ekonomi.
CAAT juga bertugas memantau kemajuan Bandara Betong provinsi Yala saat bersiap untuk dibuka. CAAT meningkatkan delapan maskapai penerbangan domestik bulan lalu, yang dinilai memiliki kondisi finansial kritis.
Pihak berwenang mengatakan yakin maskapai penerbangan dapat bertahan dari masa-masa sulit dan mereka tidak berada di ambang kebangkrutan. Kedelapan maskapai tersebut antara lain Nok Air, AirAsia X, VietJet, dan Thai Smile.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jumlah Kematian Meningkat
Saat ini, Thailand sedang mempertimbangkan rencana pembukaan kembali penerbangan karena gelombang ketiga Covid telah menjadi yang terburuk. Hal itu menyebabkan rumah sakit kewalahan. Infeksi harian telah mencapai ribuan, dengan kematian juga meningkat setiap hari.
Saat ini, Departemen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand melaporkan 1.583 infeksi Covid-19 baru dan 15 kematian. Sejak awal pandemi tahun lalu, total 65.153 infeksi Covid-19 dan 203 kematian terkait virus corona telah dilaporkan di Thailand.
Baru-baru ini, PM Thailand Prayut Chan-o-cha diberi kendali penuh atas penanganan pandemi Covid, menyebabkan kritikus mempertanyakan apakah dia dapat menggunakan kekuatan tersebut untuk meningkatkan pemerintahan otoriternya atas Kerajaan. Dia sudah diawasi untuk penanganan pandemi, dengan banyak yang menyalahkan pemerintah atas gelombang ketiga virus tersebut.
Advertisement