Liputan6.com, Jakarta - Sementara larangan mudik telah berlaku hingga 17 Mei 2021, pemerintah tetap memperbolehkan objek wisata buka selama periode libur Lebaran. Kendati, pengelola objek wisata maupun pemerintah daerah tetap bisa memutuskan menutup pintu untuk wisatawan pada momen tersebut.
Terlepas dari itu, Anda bisa memutuskan hendak berwisata atau sebaliknya. Yang harus digarisbawahi, Anda mesti pahami risiko berwisata saat libur Lebaran.
Advertisement
"Sebagian besar orang yang berpergian ingin berinteraksi dengan orang lain. Bisa bertemu keluarga, bertemu orang lain di tempat wisata. Nah, ketika ada interaksi, virus (bisa) berpindah," kata pakar epidemiologi, Windhu Purnomo, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 7 Mei 2021.
Sementara soal inisiasi "wisata lokal," Windhu menyebut, wisata lokal dengan wisata lain tidak berbeda karena virus tidak bisa membedakan mana yang berlibur lokal dengan berlibur jauh. "Pokoknya ada orang berinteraksi, orang bergerak, orang berinteraksi, ada risiko tinggi terjadi penularan. Itu prinsipnya," imbuhnya.
Baca Juga
Wisata luar ruang pun bukan tanpa risiko. Kendati, wisata outdoor memang lebih rendah risiko penularannya ketimbang kegiatan dalam ruang. "Tidak berarti wisata outdoor aman. Kalau berjubel ya sama saja," kata Windhu. "Bukan soal outdoor atau indoor, tapi berkerumun atau tidak."
Wisata di siang hari dengan adanya sinar matahari pun bukan solusi tanpa risiko. Pasalnya, sinar matahari hanya membunuh virus yang menempel pada benda, bukan mencegah penularan antar individu.
Bagi masyarakat yang telah divaksin pun tak bisa lengah berwisata. Windhu mengatakan, efikasi vaksinasi bersifat mencegah penyakit, bukan mencegah infeksi. Karenanya, orang yang telah divaksin juga sangat mungkin tertular bila kontak dengan pengidap COVID-19.
"Orang yang divaksinasi tetap bisa tertular, tapi tidak sakit, itu kata kuncinya. Artinya, orang yang sudah divaksinasi bisa jadi penular karena ia tertular," jelasnya.
Berkaca pada jumlah kasus harian, Windhu mengimbau masyarakat tetap di rumah selama libur Lebaran. "(Jumlah kasus COVID-19 harian) stagnan itu tanda-tanda untuk naik lagi. Jangan bepergian, jangan berinteraksi dengan orang, terapkan protokol kesehatan 100 persen," urainya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Antisipasi Pengelola Objek Wisata
Kendati demikian, sederet tempat wisata, seperti Kebun Raya Bogor dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), mengklaim telah mengantisipasi membludaknya wisatawan pada masa libur Lebaran.
General Manager Kebun Raya Bogor, Marga Anggrianto, mengatakan bahwa pihaknya akan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin, plus menambah armada Satuan Tugas (Satgas).
"Satgas akan keliling memantau kedisiplinan prokes para pengunjung, mulai dari (memakai) masker hingga memecah kerumunan," katanya saat dihubungi Kamis, 6 Mei 2021.
Sementara itu, Adi Widodo, Humas TMII menjelaskan bahwa mereka akan mengefektifkan gerbang masuk dengan menambah tenaga pelayanan guna mempersingkat antrean. "Selain itu, akan ditempatkan petugas yang membantu kelancaraam pengunjung mencapai tempat wisata di dalam area TMII," jelas Adi, Kamis, 6 Mei 2021.
Selain itu, pengunjung yang ingin masuk Kebun Raya Bogor wajib menunjukkan surat negatif COVID-19 hasil rapid test antigen. Di samping, pihaknya juga mengimbau pembelian tiket secara online.
"Semua kendaraan yang masuk TMII disemprot disinsfektan, di loket pengunjung dicek suhu badan, dan wajib menggunakan masker. Di beberapa tempat strategis disediakan tempat cuci tangan, termasuk di setiap gerbang wahana-wahana kami," jelas Adi.
Dua tempat wisata yang sudah bersertifikasi CHSE ini juga mengimbau orang yang dalam kondisi kurang sehat untuk diam di rumah.
Kebun Raya Bogor rencananya akan beroperasi pukul 09.00--16.00 WIB, sementara TMII mulai membuka gerbang mereka pukul 8 sampai 19 WIB. "Khusus Sabtu dan Minggu, gerbang buka pukul 06.00 karena pengujung masuk untuk berolahraga," kata Adi. (Jihan Karina Lasena dan Muhammad Thoifur)
Advertisement