Liputan6.com, Jakarta - Tujuh ekor Tasmanian Devil lahir di Australia setelah tiga ribu tahun, dan kini hewan tersebut berusia hampir sebulan. Para konservasionis berharap mereka akan tumbuh jadi predator menakutkan yang dapat membantu memulihkan keseimbangan lingkungan Negeri Kanguru dan mengembalikannya ke kondisi asli sebelum kontak dengan Eropa.
Tasmanian Devil yang pertama lahir dalam kondisi semi-liar di daratan Australia setelah ribuan tahun. Kemungkinan besar menghilangnya hewan endemik itu karena perburuan dingo, seperti melansir dari laman The Washington Post, Jumat (28/5/2021).
Advertisement
Baca Juga
Meski mereka pernah berkembang biak pesat di Pulau Tasmania, kanker wajah yang menular telah memusnahkan sekitar 90 persen populasi dalam beberapa dekade terakhir. Memperkenalkan kembali marsupial bergigi tajam adalah bagian dari proyek yang lebih besar untuk "membangun kembali" Australia yang dipimpin oleh Aussie Ark.Â
Kelompok satwa liar itu telah melepaskan lusinan Tasmanian Devil ke cagar alam seluas seribu hektare berpagar di New South Wales. Di sana mereka dilindungi dari predator dan dipantau para ilmuwan, tapi tetap bebas untuk hidup seperti di alam liar.
Staf telah mengawasi Tasmanan Devil dari kejauhan "sampai tiba waktunya untuk turun tangan dan mengonfirmasi kelahiran marsupial liar pertama kami," kata Presiden Arksie Ark Tim Faulkner dalam sebuah pernyataan. Terletak di kantong induk mereka, tempat mereka biasanya tinggal selama beberapa bulan setelah lahir, ketujuh binatang tersebut tampak sehat dan berkembang secara normal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Populasi Mandiri di Alam Liar
Perkembangbiakan Tasmania Devil setelah dibiarkan sendiri dalam kondisi hampir liar di Australia dipuji sebagai kemenangan besar. Bekerja dengan kelompok konservasi lainnya, Aussie Ark berharap dapat menciptakan populasi Tasmanian Devil yang mandiri di alam liar.
Memperkenalkan kembali predator asli Australian itu diharapkan akan membantu mengurangi jumlah rubah dan kucing liar, yang diperkenalkan orang Eropa dan sekarang jadi ancaman serius bagi satwa liar asli.
Ide tersebut telah menimbulkan beberapa keraguan dari para ilmuwan, yang menunjukkan bahwa Tasmania Devil dapat dimusnahkan predator lebih besar lagi. Sekarang, mereka pun menghadapi ancaman tambahan dari manusia dan mobil.
Hewan-hewan itu mungkin harus dibatasi di area berpagar yang luas di mana mereka dilindungi dari dingo dan rubah. Andrew Flies, ahli imunologi satwa liar di Menzies Institute for Medical Research di The University of Tasmania, mengatakan pada Australian Broadcasting Corp bahwa menciptakan lingkungan semacam itu adalah proposisi mahal.
"Mengatakan mereka kembali ke alam liar tidak sepenuhnya asli," kata Flies.
Advertisement