Liputan6.com, Jakarta - Seorang penumpang Southwest Airlines mengklaim mengalami diskriminasi saat naik pesawat maskapai Amerika Serikat (AS) itu. Ia diberitahu pramugari tidak bisa duduk di kursi di lorong pintu keluar darurat karena dia memakai hijab. Sementara, kakak perempuannya yang tidak berhijab mengaku diperbolehkan duduk di kursi tersebut.
Fatima Altakrouri mengatakan pada konferensi pers pada 1 Juni 2021 waktu AS, bahwa dia dan saudara perempuannya ingin duduk bersebelahan di dua kursi kosong di baris pintu keluar darurat saat mereka menaiki penerbangan pada 22 Mei lalu ke Dallas. Mereka akhirnya kembali ke tempat duduk semula setelah pramugari diduga menolak permintaan Fatima.
Dia mengatakan mereka telah mengajukan keluhan ke Departemen Perhubungan AS. Dilansir dari NY Post, 2 Juni 2021, Fatima yang lahir dan besar di AS dan mengenakan jilbab selama penerbangan, mengklaim bahwa seorang pramugari mengatakan kepadanya bahwa ia 'tidak dapat berbicara bahasa Inggris dan akan menurunkan seluruh pesawat dalam keadaan darurat.'
Advertisement
Baca Juga
"Saya menganggapnya sebagai komentar teroris," ucap Altakrouri saat konferensi pers yang dilansir dari WFAA, 1 Juni 2021.
"Kalau saya mengatakan sesuatu seperti itu, saya akan dikeluarkan dari pesawat. Saya tidak mengerti kenapa dia mengatakan hal seperti itu. Itu membuat saya terlihat seperti teroris dan saya bukan teroris," tambahnya.
Fatima mengatakan bahwa dia berbicara dengan pramugari dalam bahasa Inggris. "Saya merasa seperti ditendang dan diintimidasi oleh pramugari. Sebagai pramugari, Anda harus siap untuk bertemu dengan semua lapisan masyarakat, setiap agama, kebangsaan apa pun," ujar Fatima.
Kakaknya, Muna Kowni, mengatakan bahwa dia memberi tahu pramugari dua kali kalau Altakrouri berbicara bahasa Inggris. Tapi keputusan pramugari tidak berubah.
"Saat itulah saya harus kembali dan tidak ingin jauh dari tempat saudara perempuan saya berada. Kami benar-benar sabar, duduk selama tiga jam diam, tidak mengatakan apa-apa setelah kami dihina," terang Muna.
Mereka mengatakan mereka terbang dari Fort Lauderdale ke Dallas karena keadaan darurat keluarga. Ibu mereka sedang sakit dan dirawat di ICU.
Mereka juga mengaku sangat terkejut karena sudah sering terbang dengan Southwest. Dua saudari itu berbicara dengan seorang manajer ketika pesawat mendarat di Dallas dan mengajukan keluhan kepada Southwest.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Permintaan Maaf
"Saya sangat kecewa karena penumpang di sekitar kami tidak mengatakan apa-apa, Saya dilahirkan di sini, saya tahu kapan harus berbicara. Saya melakukan ini atas nama diri saya sendiri dan wanita Muslim lainnya. Saya berharap ini akan mengubah sesuatu dengan cara kita berurusan di depan umum," tutur Fatima.
"Ini adalah diskriminasi atas dasar agama dan profil. Kami menunut pihak maskapai untuk meminta maaf dan memberi sanksi pada sang pramugari," kata Faizan Syed, direktur eksekutif CAIR-Texas DFW mdalam sebuah pernyataan.
Seorang perwakilan Southwest Airlines mengatakan kepada WFAA dalam sebuah pernyataan bahwa individu di barisan pintu keluar harus dapat melakukan tugas tertentu.
"Dengan itu, Southwest tidak memaafkan atau menoleransi diskriminasi dalam bentuk apa pun," kata Brandy King, direktur komunikasi eksternal Southwest. "Kami mohon maaf kepada pelanggan yang memiliki pengalaman perjalanan yang kurang positif di Southwest dan akan melihat situasi penumpang tertentu yang dirujuk," lanjutnya.
Southwest Airlines baru saja mengumumkan pada bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan layanan alkohol pada Juni dan Juli 2021 seperti yang telah direncanakan. Keputusan itu diambil karena terdapat lonjakan insiden kekerasan dalam penerbangan, termasuk penyerangan penumpang terhadap salah seorang pramugarinya pada 23 Mei 2021.
Advertisement