Nike dan H&M Masuk Daftar Brand Fesyen yang Dituding China Pakai Zat Pewarna Berbahaya

Tuduhan ini dilancarkan di tengah seruan untuk memboikot merek pakaian Barat karena menolak menggunakan kapas asal Provinsi Xinjiang.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Jun 2021, 17:02 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2021, 17:02 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi produk rilisan Nike. (dok. unsplash @mahanmehranii)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China menuding sejumlah merek mode Barat, termasuk H&M, Nike dan Zara, "menjual pakaian anak-anak di bawah standar yang berpotensi membahayakan kesehatan." Tuduhan ini dilancarkan di tengah seruan untuk memboikot merek pakaian Barat karena menolak menggunakan kapas asal Provinsi Xinjiang, lapor South China Morning Post, Kamis (3/6/2021).

Dalam pemberitahuan peringatan yang diterbitkan di situs webnya, Administrasi Umum Kepabeanan China mendaftarkan 81 produk pakaian anak-anak impor dengan risiko kualitas dan keamanan. Itu diklaim tercatat selama pemeriksaan pada Juni 2020 hingga Mei 2021, yang melibatkan pakaian, mainan, sikat gigi, sepatu, dan botol bayi.

Sekitar sembilan produk gaun katun tenun H&M ditemukan "mengandung pewarna atau zat berbahaya lain yang dapat dicerna atau diserap anak-anak melalui kulit mereka," kata otoritas bea cukai. Masalah yang sama diidentifikasi pada piyama anak-anak dan celana pendek bayi katun rajutan dari Zara, serta kaus katun rajutan anak laki-laki keluaran Nike.

Bea cukai juga menandai cacat yang sama pada piyama anak laki-laki rajut katun dari merek Amerika, GAP, dan kaus anak perempuan dari GU, rekan pengecer brand fesyen Jepang, UNIQLO. Peringatan itu dirilis pada perayaan Hari Anak di China, Selasa, 1 Juni 2021, dan mendesak pelanggan China untuk tetap berhati-hati saat membeli barang anak impor.

Pemberitahuan peringatan tersebut merupakan pukulan terbaru bagi merek pakaian asing, yang telah berada di bawah tekanan berat dari boikot konsumen sejak akhir Maret setelah merek tersebut berjanji tidak menggunakan kapas Xinjiang dalam produk mereka. Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah otonomi Xinjiang Uighur.

Pemberitahuan bea cukai pun mendapat "tepuk tangan meriah" di media sosial China. Banyak orang mendorong pengguna internet untuk kembali mempromosikan pembelian merek domestik, seperti Li-Ning dan Anta, daripada merek asing.

"Bagi saya, merek seperti Nike, Adidas, H&M, dan UNIQLO sudah tidak ada lagi," kata Wei, ayah dari anak laki-laki berusia dua tahun. "Saya secara bertahap meningkatkan rasio (pembelian) produk dalam negeri di keranjang saya, bahkan sejak sebelumnya (kontroversi kapas Xinjiang).”

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bukan Kali Pertama

Ilustrasi H&M
Ilustrasi gerai H&M (dok. unsplash/Jue Cen)

Tercatat bahwa produk H&M telah menghilang dari situs e-commerce utama China, seperti JD.com, Taobao, dan Pinduoduo, sementara selebritas China menangguhkan kesepakatan sponsor mereka dengan perusahaan Swedia.

Menyusul reaksi awal, H&M menutup salah satu toko mereka di Shanghai pada 13 Mei. Itu terjadi setelah Inditex, perusahaan induk Zara, mengumumkan pada awal tahun ini akan menutup semua toko Bershka, Pull & Bear, dan Stradivarius di China. Sedangkan, GAP dilaporkan tengah menimbang penjualan bisnisnya di China.

Ini bukan pertama kalinya H&M dan Zara jadi sasaran dengan jenis peringatan keselamatan. Dalam pengumuman serupa pada 30 Mei 2020, bea cukai Tiongkok menuduh kedua merek tersebut mengimpor pakaian anak-anak dengan potensi risiko kesehatan, berdasarkan penyelidikan dari Januari hingga Mei tahun lalu.

Namun, ini adalah pertama kalinya Nike, GU, dan GAP dimasukkan dalam daftar produk yang dicurigai. Otoritas bea cukai China mengatakan telah menyita, menghancurkan, atau mengembalikan produk yang tidak sesuai standar.

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya