Liputan6.com, Jakarta Anda masih menggunakan masker kain dalam beraktivitas sehari-hari? dr. Dirga Sakti Rambe, Sp.PD, spesialis penyakit dalam sekaligus vaksinolog mengungkapkan bahwa penggunaan masker kain saat ini tidak lagi direkomendasikan saat ini.
"Dari 3M tadi, penggunaan masker lah yang paling penting. Hanya gunakan masker berkualitas, jangan lagi pakai masker kain, tapi pakai surgical mask, atau kombinasi," ujar dr. Dirga dalam jumpa pers virtual SOS Personal Hygiene, Kamis, 17 Juni 2021.
Ia beralasan, virus Covid-19 yang semakin bermutasi menuntut manusia untuk lebih pintar menjaga diri. Hingga kini, masker bedah diyakini memberi perlindungan maksimal dalam mencegah penularan karena kemampuan filtrasinya di atas 96 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Masker surgical sudah banyak dan harganya makin terjangkau, tidak seperti di awal-awal pandemi," sambung Dirga.
Selain jenis masker yang benar, Dirga juga mengingatkan agar masker sering diganti. Waktu maksimal adalah enam jam, setelah itu fungsi proteksinya sudah tidak lagi efektif.
"Tapi kalau kotor atau basah sebelum enam jam, harus diganti. Kalau basah itu proteksinya akan hilang atau berkurang," ia menambahkan.
Ia juga mengingatkan saat melepas masker, tangan tak boleh menyentuh bagian depan masker karena di situlah virus dan kuman berkumpul. Saat masker dilepas, kita harus lebih awas. Momen kritis seseorang saat melepas masker, terutama saat makan bersama.
"Walau hanya beberapa menit, tapi itulah momen virus bisa menginfeksi kita," sambung dia. Dia juga berharap ada teknologi yang bisa mengatasi dampak sampah masker sekali pakai terhadap lingkungan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksinasi Bukan Berarti Kebal
Selain penggunaan masker, Dirga juga mengingatkan agar mencuci tangan dan menjaga jarak tetap disiplin diterapkan. Ia menyebut, hingga kini, vaksinasi belum bisa membuat seseorang kebal dari Covid-19 seratus persen, melainkan melindunginya dari sakit berat hingga kematian.
"Orang sudah divaksinasi masih bisa kena Covid, tapi enggak berat, enggak masuk ICU. Jadi, bukan berarti setelah vaksinasi, kita bebas ngumpul-ngumpul," ia menekankan.
Sejauh ini, capaian vaksinasi di Indonesia masih sangat rendah. Baru 11 persen penduduk Indonesia yang telah mendapat satu kali dosis vaksin, dan baru 6,3 persen yang divaksinasi lengkap. Angka tersebut masih jauh dari minimal 70 persen penduduk Indonesia yang harus divaksinasi agar tercapai kekebalan komunitas (herd immunity).
Maka, ia menyebut mereka yang melewatkan kesempatan divaksinasi adalah orang yang merugi. Begitu pula yang divaksinasi tapi tidak lengkap, ia mengatakan orang tersebut bisa jadi hanya memiliki sebagian proteksi atau bahkan tak memiliki proteksi sama sekali.
"Sampai sekarang, pandemi belum terkendali. Kita mesti sadar itu, kita tahu semua lelah, tapi semua harus tetap waspada, saling mengingatkan. 3M itu nomor satu. Kita juga punya pilihan tambahan, yaitu vaksin. Kalau vaksinasi meluas, kasus bisa menurun," ujar Dirga.
Advertisement
Luncurkan Produk Masker
Sementara, itu, Winny Yunitawati, Director of Brand Investment & Consumer Engagement SOS, mengungkapkan produk masker terbaru yang diluncurkan kemarin. SOS Surgical Mask Protection 3-Ply Daily itu diklaim memiliki bacterial filtration efficiency (BFE) lebih dari 96 persen dan particle filtration efficiency (PFE) 0,1 mikron.
"Masker SOS nyaman untuk digunakan, pemakainya masih bisa bernapas dengan lega," kata dia.
Selain itu, ia menyebut masker bedah tersebut teruji halal. "Ini penting untuk masyarakat Indonesia, apalagi dipakai dekat kulit dan mulut," imbuh Winny.
Jangan Sembarangan Pakai Masker Dobel
Advertisement