Menyesap Kopi Gulali di Kafe Tepi Sungai Ubud Bali

Kafe bernama WYAH Art and Creative Space di Ubud, Bali, itu tak hanya ingin menjadi sekadar tempat duduk-duduk saja.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2021, 07:03 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 07:03 WIB
Menyesap Kopi Gulali di Kafe Tepi Sungai Ubud Bali
WYAH Art and Creative Space. (dok. Instagram @wyah.ubud /https://www.instagram.com/p/CUHniccFBXi/ / Gabriella Ajeng)

Liputan6.com, Jakarta - Geliat wisata dan industri kreatif di Ubud tak berhenti meski situasi pandemi Covid-19 menghantam keras Bali. Salah satunya dengan kehadiran beragam destinasi wisata baru, termasuk WYAH Art and Creative Space, yang diakui dibuka dengan modal nekat.

WYAH merupakan kepanjangan dari While You Are Here. Yulaikah Bramayasari selaku manajer operasional tempat itu menerangkan bahwa nama itu mengandung filosofi tentang waktu yang tidak akan ada habisnya. Pengunjung diharapkan bisa menemukan ide-ide saat mengunjungi tempat tersebut.

Konsep yang diusung di tempat ini adalah memadukan potensi kuliner dan citra Ubud sebagai salah satu pusat kreatif di Bali. Maka itu, WYAH menyediakan tempat ngopi alias kafe sekaligus ruang untuk berkumpulnya para seniman. Pengunjung bisa menikmati lukisan, seni instalasi, seni musik, dan ke depannya akan memasukkan unsur seni tari.

Salah satunya bisa terlihat di atap bangunan kafe. Berkolaborasi dengan seniman lokal, seni instalasi berbentuk tetesan air itu ditata apik sebagai simbol keselarasan kafe dengan air dan alam sekitar.

"Bisa dibilang kita menciptakan kafe bisa sebagai ruang interaksi, jadi semua orang bertemu di sini," kata perempuan yang akrab disapa Maya itu kepada Liputan6.com, Kamis, 5 November 2021.

Kafe dirancang agar dekat dengan alam. Didirikan di lereng dekat dengan aliran sungai, bangunan kafe yang dibuka sejak awal September 2021 itu dirancang terpisah-pisah, mengikuti kontur lereng dan kondisi pepohonan yang ada. Beberapa bangunan itu dihubungkan lewat jembatan kayu.

"Kan Ubud terkenal dengan food and beverage-nya, jadi kita melihat kita harus menyiapkan tempat bukan untuk sekadar duduk-duduk saja, tapi juga sebagai tempat minum kopi dan tentunya bermanfaat untuk ekosistem sekitar," sambung Maya.

 

 

Kopi Gulali

Menyesap Kopi Gulali di Kafe Tepi Sungai Ubud Bali
Menu Cloudya yang menjadi minuman andalan WYAH Art and Creative Space. (dok. Instagram @wyah.ubud /https://www.instagram.com/p/CTzM4uCp6A-/ / Gabriella Ajeng)

Cloudya menjadi minuman andalan WYAH Art and Creative Space. Minuman ini merupakan kopi hitam yang disajikan bersama gulali. Sementara, menu makanan andalannya yaitu nasi campur ayam betutu.

"Hanya di WYAH akan mendapatkan jenis Cloudya itu, yang tidak bisa didapatkan di tempat lain," ujar Maya.

Kafe ini menggunakan biji kopi arabica house blend. Rentang harga untuk minuman sekitar Rp40 ribu--Rp55 ribu untuk minuman dan Rp45 ribu--Rp90 ribu untuk menyantap makanan.

Ia menyatakan tempat itu mengedepankan konsistensi pelayanan yang ramah serta rasa setiap hidangan sehingga pelanggan akan terus kembali. "Jadi nggak boleh berubah, dari awal kita buka. Tentunya harus lebih meningkatkan lagi servis, kualitas, dan pelayanan," sambungnya.

Mengingat kondisi pandemi, ia mengklaim tempat itu menegakkan disiplin protokol kesehatan dengan mewajibkan penggunaan masker, mengukur suhu, mencuci tangan, dan menjaga jarak. WYAH Art and Creative Space juga sudah menerapkan scan barcode untuk aplikasi PeduliLindungi. 

Kapasitas pun dikurangi menjadi 75 persen, sekitar 70--80 pengunjung dari kapasitas normal. Jika kapasitas sudah terpenuhi, staf akan berkoordinasi dengan tim sekuriti untuk tidak menerima tamu dahulu. 

 

Pengelolaan Limbah

Menyesap Kopi Gulali di Kafe Tepi Sungai Ubud Bali
Suasana WYAH Art and Creative Space pada malam hari. (dok. Instagram @wyah.ubud /https://www.instagram.com/p/CTqyud8li-y/ / Gabriella Ajeng)

Untuk mengurangi kontak, pengunjung dapat memindai daftar menu. Sementara, para karyawan akan melayani dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dengan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan. Seluruh karyawan pun sudah divaksinasi penuh.

"Kami juga menghimbau kepada mereka kalau merasa tidak enak badan, pusing, demam, izin dahulu untuk istirahat," ujar Maya. Ia mengaku, WYAH Art and Creative Space masih dalam proses mengurus sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) yang direkomendasikan oleh Kemenparekraf.

WYAH Art and Creative Space mengklaim pengelolaan limbah dan sampah kafe tergolong aman karena memiliki STP untuk mengelola limbah dapur dan pelanggan, untuk mencegah pencemaran air di lingkungan sekitar. Mereka juga bekerja sama dengan petugas sampah desa untuk menangani sampah yang sudah dipilah antara plastik dan makanan lebih lanjut.

"Untuk daun-daun sendiri kita jadikan sebagai kompos," ujar Maya.

Ke depan, Maya mengatakan bahwa WYAH Art and Creative Space akan lebih banyak membuat acara, seperti memasak, mengadakan lomba membuat kopi, hingga acara melukis. "Jadi, bagaimana caranya kita ada program baru yang membuat customer tidak bosan datang ke WYAH karena mereka menemukan hal baru dengan mengikuti tren," imbuh dia.

WYAH Art and Creative Space berlokasi di Jalan RSI Markandya II, Keliki, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Kafe ini buka dari Senin--Jumat pukul 06.30-19.00 WITA dan Sabtu--Minggu pukul 06.30-20.00 WITA. (Gabriella Ajeng Larasati)

 

Kalo ga sempet masak sendiri, yuk PO saja di ManisdanSedap, banyak masakan rasa rumahan yang pas buat lauk makan siangmu. Berasa dimasakin ibu.

Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap!

Bali Sambut Wisatawan Asing

Infografis Bali Siap Sambut Kedatangan Kembali Wisatawan Mancanegara. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Bali Siap Sambut Kedatangan Kembali Wisatawan Mancanegara. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya