Liputan6.com, Jakarta - Jelang pembukaan Bali untuk kunjungan wisatawan mancanegara, tak lengkap tanpa mengulas salah satu destinasi andalan di Pulau Dewata. Gianyar, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar di sebelah barat, Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung di sebelah timur, serta Selat Bandung dan Samudra Indonesia di sebelah selatan.
Gianyar yang memiliki luas wilayah 36.800 hektare itu menjadi rumah untuk Ubud, salah satu dari tiga zona hijau yang akan menjadi tempat karantina wisatawan mancanegara selama uji coba pembukaan perbatasan hingga sebulan ke depan.
Ibu kotanya berlokasi di Kecamatan Gianyar. Selain Ubud, enam kecamatan yang berada di wilayah administratif itu meliputi Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Tegallalang, dan Payangan.
Advertisement
Baca Juga
Kecamatan terbesar berada di Kecamatan Payangan dengan luas mencapai 75,88 kilometer persegi atau sekitar 20,62 persen dari total luas Kabupaten Gianyar. Kecamatan Blahbatuh menjadi kecamatan terkecil di Kabupaten Gianyar yaitu seluas 39,70 kilometer persegi.
Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Gianyar mencapai 516.300 jiwa. sebanyak 292.619 penduduk termasuk angkatan kerja. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No. 9 tahun 2004, 2 April 2004 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Gianyar.
Tentunya masih banyak hal-hal menarik lainnya dari Kabupaten Gianyar. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Gianyar yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Sejarah Kabupaten Gianyar
Pada 1771, Gianyar dipilih sebagai nama sebuah keraton, yaitu Puri Agung Gianyar. Puri Agung merupakan Istana Raja (Anak Agung) oleh Ida Dewa Manggis Sakti yang merupakan kerajaan berdaulat dan otonom.
Semasa ekspedisi Gajah Mada (Majapahit) yang menguasai Pulau Bali, bekas pusat markas pasukannya didirikan sebuah Keraton Samprangan sebagai sebagai pusat pemerintahan. Keraton itu dikepalai oleh Raja Adipati Ida Dalem Kresna Kepakisan pada masa pemerintahan 1350-1380 sebagai awal mula dinasti Kresna Kepakisan.
Semasa penjajahan Belanda, kerajaan tetap diakui keberadaannya oleh Pemerintah Gubernemen. Semasa Bali masuk ke dalam Negara Indonesia Timur (NIT), Raja Gianyar diangkat sebagai Ketua Dewan Raja-Raja.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Puri Saren Agung
Puri Saren Agung terletak di Kecamatan Ubud, sekitar lima menit dari Pasar Seni. Puri ini menjadi tempat tinggal keluarga Kerajaan Ubud dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan sejak akhir abad ke-19.
Kini, Puri Saren Agung dialihfungsikan sebagai museum dan pusat kesenian tradisional Bali. Daya tarik puri ini tidak hanya pada nilai sejarahnya saja, tetapi pemandangan di sekitar Puri Saren Agung dapat dijadikan sebagai tempat berswafoto. Tari tradisional Bali juga dipertunjukkan pada malam hari selama 1,5 jam.
3. Goa Gajah
Goa Gajah merupakan sebuah peninggalan arkeologi Hindu yang baru ditemukan pada 1923. Gua yang terletak di Kecamatan Blahbatuh ini dikenal juga dengan sebutan Gua Gajah karena letaknya yang berada di dekat Sungai Gajah.
Belum diketahui secara pasti dari prasasti yang ada mengenai peninggalan zaman purbakala ini. Pintu masuk gua terlihat seperti mulut setan yang dapat ditafsirkan sebagai saat di mana orang memasuki gua yang gelap.
Masyarakat setempat percaya bahwa pintu masuk ini mewakili Dewa Bumi Hindu, Bhoma. Yang lainnya percaya bahwa mulut gua ini milik Rangda, penyihir yang memakan anak-anak dari mitologi Bali. Para peneliti pada 1925 menemukan beberapa peninggalan antara lain, Arca Ganesha dan stupa berbentuk payung.
4. Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring berada di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, yang merupakan istana kepresidenan yang dibangun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia. Istana ini dibangun atas perintah Presiden Soekarno yang menginginkan tempat peristirahatan yang sejuk dan jauh dari keramaian kota.
Biasanya, istana ini digunakan oleh presiden untuk beristirahat, pertemuan dengan utusan luar negeri, serta menggelar rapat. Bangunan ini mulai dibangun pada 1957, tanpa pilar-pilar seperti istana pada umumnya.
Advertisement
5. Situs Gunung Kawi Tampaksiring
Situs Gunung Kawi Tampaksiring bukanlah sebuah gunung, melainkan sebuah situs arkeologi candi yang dipahatkan pada dinding batu pada tebing Sungai Pakerisan. Situs ini terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring.
Menurut sejarah, situs ini merupakan tempat pemujaan Raja Bali yang bernama Anak Wungsu, putra Raja Udayana. Situs ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu candi tebing Gunung Kawi dan ceruk pertapaan. Candi tersebut dipahat pada tebing yang berjumlah sepuluh candi.
Raja Udayana dengan permaisuri Gunapriya Dharmapatni memiliki tiga orang anak, yaitu Airlangga (Raja Kediri, Jawa Timur), Marakata, dan Anak Wungsu. Setelah Raja Udayana wafat, tahta kerajaan digantikan oleh Marakata pada 1025 M. Kemudian, Marakata digantikan oleh Anak Wungsu pada 1049 M. Candi Gunung Kawi Tampaksiring dipercaya sebagai makam para raja ini.
6. Tari Legong Keraton
Tari Legong yang paling populer yaitu Tari Legong Keraton, merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Gianyar. Tarian ini ditarikan oleh dua orang atau lebih, salah satunya berlaku sebagai Condong, yakni penari pertama yang memulai tarian. Tapi jika dipentaskan oleh satu hingga dua orang saja, biasanya tidak menggunakan Condong.
Kata Legong berasal dari Leg yang dikombinasikan dengan kata Gong. Leg berarti luwes, sedangkan Gong berarti gamelan. Jika digabungkan, dapat berarti gerakan yang terikat oleh aksentuasinya oleh gamelan yang mengiringinya.
Dahulu, tarian ini dilindungi oleh para raja setempat dan dipentaskan di puri kediaman keluarga kerajaan. Pemilihan penari dari anak-anak yang dinilai paling pandai dan cantik. (Gabriella Ajeng Larasati)
Â
Jelang Bali Dibuka Kembali untuk Wisman
Advertisement