6 Fakta Menarik Demak, Kota Wali yang Punya Masjid Tertua di Indonesia

Demak dikenal dengan sebutan Kota Wali, karena pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

oleh Henry diperbarui 16 Nov 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2021, 08:30 WIB
megengan
Pertunjukkan menjadi daya tarik tradisi Megengan, menyambut ramadan di Demak. Dan tahun 2020 dipastikan tak ada. (foto: Liputan6.com/kusfitriya martyasih)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Demak adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribu kota di Demak. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat, Kabupaten Jepara di utara, Kabupaten Kudus di timur, Kabupaten Grobogan di tenggara, serta Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di sebelah barat.

Luas wilayahnya 897,43 kilometer persegi dan berpenduduk 1.158.772 jiwa pada 2019. Ada beberapa sungai yang mengalir di Demak antara lain, Kali Tuntang, Kali Buyaran, dan yang terbesar adalah Kali Serang yang membatasi kabupaten Demak dengan Kabupaten Kudus dan Jepara.

Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Demak ini berfungsi kompleks, yaitu digunakan sebagai jalur transportasi dan juga berguna sebagai sumber penyediaan air. Bila dikembangkan dengan teknologi yang lebih maju, sungai-sungai itu bisa menjadi sumber pengairan teknis persawahan, serta berbagai keperluan lainnya.

Kabupaten Demak dikenal dengan sebutan Kota Wali, karena dalam sejarahnya pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang dipelopori oleh Walisongo. Kehidupan masyarakatnya sangat religius dengan mayoritas beragama Islam. Namun, kehidupan antar umat beragama di Kabupaten Demak sangat kondusif. Masyarakat hidup rukun berdampingan dengan agama dan keyakinan masing-masing.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Demak. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Demak yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sejarah Nama Demak

Demak" berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu "Dhima" yang artinya rawa. Hal ini mengingat tanah di Demak adalah tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Sampai sekarang, jika musim hujan di daerah Demak sering digenangi air.

Sementara, pada musim kemarau tanahnya banyak yang retak, karena bekas rawa alias tanah lumpur. Karena tanah Demak adalah tanah labil, jalan raya yang dibangun mudah rusak sehingga konstruksi jalan raya di Demak menggunakan beton.

2. Perayaan dan Pertunjukan Tradisional

Kabupaten Demak terdapat beberapa acara perayaan, yaitu Grebeg Besar Demak, di Bintoro, Uler-Uler, di Jungsemi, Megengan, di Bintoro, Ancaan, di Kadilangu dan Pesta Sedekah Laut, di Morodemak. Salah satu yang paling dikenal adalah Grebeg Besar Demak yang dilakukan setahun sekali pada bulan Zulhijah (bulan terakhir atau ke-12 dalam penanggalan hijriah) oleh masyarakat Muslim di Masjid Agung Demak.

Bentuk kegiatannya adalah ziarah ke makam para sultan Kesultanan Demak dan ke makam Sunan Kalijaga. Pada malam hari menjelang tanggal 10 Zulhijah, diadakan acara Tumpeng Sanga dan di Kadilangu diadakan Selamatan Ancakan.

Pagi hari pada 10 Zulhijah, masyarakat melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Agung Demak. Setelah itu, dilakukan ritual utama dalam Grebeg Besar Demak berupa penyucian benda pusaka yang disebut dengan uborampe. Grebeg Besar Demak digunakan sebagai upacara adat, hiburan, media komunikasi, penyatuan nilai-nilai kemasyarakatan dan objek pariwisata.

Grebeg Besar berasal dari dua kata Bahasa Jawa yaitu Grebeg dan Besar. Grebeg berarti suara angin yang menderu. Grebeg juga dapat diartikan sebagai pengiring atau perkumpulan. Sedangkan kata Besar merupakan nama bulan Zulhijah dalam Bahasa Jawa.

3. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak yang dibangun Raden Patah (Liputan6.com/Istimewa)

Masjid Agung Demak yang didirikan pada 1477 adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak,

Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama Kesultanan Demak, sekitar abad ke-15 Masehi.

Masjid ini terdiri dari bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak, termasuk makam Raden Patah dan para abdinya.

Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak pernah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1995.

 4. Kerajinan Batik dan Tenun

Di Demak, perkembangan industri dan UMKM batik Demak belakangan ini mengalami peningkatan pesat. Para pelaku industri yang bermunculan mengangkat berbagai ciri khas potensi alam dan budaya Kota Wali sebagai motif batiknya. Sebut saja motif pesisiran, jambu dan belimbing juga motif yang mengangkat berbagai ornamen di Masjid Agung Demak.

Ada pula kerajinan tenun yang diproduksi oleh para wanita di Desa Tedunan Kecamatan Wedung. Sedikitnya ada sekitar 100 orang telah menekuni usaha kerajinan tenun dalam dua tahun terakhir ini. Sejauh ini, mereka masih membuat tenun disesuaikan dengan perkembangan model-model yang laku di pasaran.

5. Kuliner Khas Demak

Fakta Menarik Kabupaten Demak
Sop Balungan, kuliner khas Demak. (dok.Instagram @ /https://www.instagram.com/p/BbBxBwlHAEN/Henry)

Demak punya banyak kuliner atau makanan khas yang patut untuk dinikmati. Ada makanan berat, makanan ringan, yang mungkin sulit untuk ditemui oleh makanan di berbagai daerah. Rasanya pun cukup unik dan umumnya harganya terjangkau.

Salah satunya adalah Nasi Kropokhan yang konon merupakan makanan para raja di Demak. Kuliner satu ini menggunakan daging kerbau sebagai bahan utama. Sayangnya, saat ini kuliner yang konon sangat enak mulai tergerus oleh zaman.

Nasi Kropokhan diyakini sangat nikmat karena memakai helai daun kedondong yang katanya mampu meluruhkan segala kolesterol yang tersaji di sini. Selain itu, daging kerbaunya sangat empuk sehingga, sangat ramah untuk semua umur. Untuk mendapatkan Nasi Kropokhan, Anda harus mengunjungi beberapa pasar tradisional. Perjuangan inilah yang akan membuat rasa dari kuliner satu ini akan sangat berkesan.

Ada juga Nasi Brongkos yang biasanya menjadi menu untuk sarapan. Bahan membuat Nasi Brongkos adalah buah kentang, buncis, kacang merah, dan nangka muda. Sedangkan, bumbunya terbuat dari santan, serai, jahe, lengkuas, daun salam, minyak goreng, garam, bawang putih, bawang merah, asam jawa, dan gula.

Ada juga Botok Telur Asin. Makanan berbahan utama telur ini dibungkus dengan daun pisang. Lalu, ada Sop Balungan yang berbahan dasar balung sapi( tulang sapi) wortel kentang kol kacng merah sosis dan juga bakso. Kuliner khas Demak lainnya adalah Nasi Ndoreng, Asem-Asem Demak, Wedang Pekak, Belimbing Demak, Kerupuk Catak, Wingko Salem dan Kue Rangin.

6. Wisata Demak

Ada beragam destinasi wisata menarik di Demak, mulai dari wisata religi, alam, sampai keluarga.  Empat destinasi wisata utama di Kabupaten Demak yang banyak mendatangkan devisa bagi daerah, yaitu objek wisata Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga Kadilangu, Pantai Morosari dan Taman Ria.

Menurut informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, selama tahun 2018 tercatat 1.726.133 orang yang mengunjungi obyek wisata, meningkat 3,21 persen bila dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebesar 1.672.509 orang. Jumlah pengunjung ini terdiri atas 1.724.710 pengunjung dalam negeri dan 1.423 pengunjung dari luar negeri.

Selain itu, di Kabupaten Demak ada kawasan pelestarian hewan, yaitu Kawasan Pelestarian Burung Hantu (Tlogoweru Owl Conservation), di Tlogoweru dan Kawasan Pelestarian Burung Kuntul (Bedono Egret Conservation), di Bedono.

8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19

Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya