Sultana Begum dan Klaim Keturunan Kaisar Pendiri Taj Mahal yang Sekarang Hidup dalam Kemiskinan

Sudah 10 tahun lamanya Sultana Begum menuntut pengakuan status bangsawannya sebagai pewaris dinasti Mughal di India.

oleh Asnida Riani diperbarui 02 Jan 2022, 18:47 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2022, 11:30 WIB
Sultana Begum
Sultana Begum, perempuan India yang mengaku sebagai keturunan pendiri Taj Mahal, namun hidup dalam kemiskinan. (DIBYANGSHU SARKAR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Sultana Begum, seorang wanita India yang mengaku sebagai pewaris dinasti Mughal. Ia tengah menuntut kepemilikan istana megah yang pernah jadi rumah bagi kaisar Mughal, lapor Aljazeera, Sabtu, 1 Januari 2022.

Begum diketahui tinggal di gubuk sempit dua kamar yang terletak di daerah kumuh di pinggiran Kolkata. Ia bertahan hidup dengan uang pensiun yang sedikit.

Di antara hartanya yang sederhana, terdapat catatan pernikahan dengan Mirza Mohammad Bedar Bakht. Pria itu dianggap sebagai cicit dari penguasa Mughal terakhir di India.

Kematiannya pada 1980 membuat Begum berjuang untuk bertahan hidup. Ia telah menghabiskan 10 tahun terakhir mengajukan petisi pada pihak berwenang untuk mengakui status bangsawannya dan memberikan kompensasi yang sesuai.

"Dapatkah Anda bayangkan bahwa keturunan kaisar yang membangun Taj Mahal sekarang hidup dalam kemiskinan yang menyedihkan?” kata wanita 68 tahun itu.

Begum telah membawa kasus ini ke meja hijau, mencari pengakuan bahwa ia adalah pemilik sah dari Red Fort abad ke-17 yang megah. Itu merupakan sebuah kastil di New Delhi, dan pernah jadi pusat kekuasaan Mughal.

"Saya berharap pemerintah akan memberi saya keadilan," katanya. "Ketika sesuatu jadi milik seseorang, itu harus dikembalikan."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simbol Kebebasan dari Kekuasaan Inggris

Sultana Begum
Sultana Begum, perempuan India yang mengaku sebagai keturunan pendiri Taj Mahal, namun hidup dalam kemiskinan. (DIBYANGSHU SARKAR/AFP)

Kasus Sultana Begum bertumpu pada klaim bahwa garis keturunan mendiang suaminya dapat ditelusuri hingga Bahadur Shah Zafar, kaisar terakhir yang memerintah. Saat penobatan Zafar pada 1837, Kerajaan Mughal telah menyusut ke batas ibu kota.

Pemberontakan besar 20 tahun kemudian, sekarang dipuji sebagai perang kemerdekaan pertama India, mencatat tentara pemberontak menyatakan pria 82 tahun yang sekarang lemah sebagai pemimpin pemberontakan mereka.

Kaisar, yang juga seorang penyair Urdu, tahu bahwa pemberontakan yang kacau balau itu akan berakhir. Pasukan Inggris mengepung Delhi dalam waktu satu bulan dan dengan kejam memberantas pemberontakan, mengeksekusi semua 10 putra Zafar yang masih hidup meski keluarga kerajaan menyerah.

Banyak bagian bangunan Red Fort yang dihancurkan pada tahun-tahun setelah pemberontakan, dan kompleks itu rusak sebelum otoritas kolonial memerintahkan renovasinya pada pergantian abad ke-20. Sekarang, bangunan itu jadi simbol kuat kebebasan dari kekuasaan Inggris.

Perdana Menteri pertama India Jawaharlal Nehru mengibarkan bendera nasional dari benteng untuk menandai hari pertama kemerdekaan pada Agustus 1947. Ini jadi sebuah ritual yang sekarang diulang setiap tahun oleh para penerusnya.

Belum Mau Menyerah

Pariwisata India
Red Fort, New Delhi, India. (dok. unsplash/Steven Lasry)

Kasus pengadilan Begum bergantung pada argumen bahwa pemerintah India adalah penghuni ilegal properti itu, yang menurut Begum seharusnya diturunkan kepadanya. Pengadilan Tinggi Delhi menolak petisinya pekan lalu, menyebutnya "buang-buang waktu," tapi tidak memutuskan apakah klaimnya sebagai keturunan kekaisaran sah.

Alih-alih, pengadilan mengatakan tim hukumnya gagal membenarkan mengapa kasus serupa tidak dibawa oleh keturunan Zafar dalam 150 tahun sejak pengasingan. Pengacara Begum, Vivek More, mengatakan kasus itu akan berlanjut.

"Ia telah memutuskan untuk mengajukan pembelaan di hadapan pengadilan yang lebih tinggi yang menentang perintah itu," katanya.

Kehidupan Begum telah begitu getir, bahkan sebelum jadi janda dan dipaksa pindah ke daerah kumuh yang sekarang disebutnya sebagai rumah. Suaminya, yang dinikahi pada 1965 ketika ia baru berusia 14 tahun, berusia 32 tahun lebih tua darinya dan memperoleh sejumlah uang sebagai peramal, tapi tidak dapat menghidupi keluarga mereka.

Begum tinggal bersama salah satu cucunya di sebuah gubuk kecil, berbagi dapur dengan tetangga dan mencuci di keran umum di ujung jalan. Selama beberapa tahun, ia menjalankan sebuah toko teh kecil di dekat rumahnya, tapi toko itu dihancurkan untuk memungkinkan pelebaran jalan.

Ia sekarang bertahan hidup dengan uang pensiun enam ribu rupee (Rp1,1 juta) per bulan. Tapi, ia tidak putus asa dan tetap percaya bahwa pihak berwenang akan mengakuinya sebagai penerima sah warisan kekaisaran India, dan Red Fort.

"Saya berharap hari ini, besok, atau dalam 10 tahun, saya akan mendapatkan apa yang menjadi hak saya," katanya. "Insya Allah, saya akan mendapatkannya kembali … saya yakin keadilan akan terjadi."

Infografis Raja Malaysia Turun Takhta demi Cinta

Infografis Raja Malaysia Turun Takhta demi Cinta
Infografis Raja Malaysia Turun Takhta demi Cinta. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya