Liputan6.com, Jakarta - Bali tak hanya dikenal lewat panorama alam yang menakjubkan, tetapi juga kebudayaan turun-temurun. Salah satu potret pesona Pulau Dewata juga ada di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan.
Dikutip dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf, Selasa, 22 Februari 2022, Desa Tenganan yang terletak di Kabupaten Karangasem ini merupakan destinasi wisata yang kental dengan kebudayaan Bali di masa pra-Majapahit. Karena itu, desa ini juga dikenal sebagai Desa Bali Aga yang bermakna desa tua.
Advertisement
Baca Juga
Desa Wisata Tenganan Pegringsingan menyuguhkan alam perbukitan dengan hutan adat yang lestari. Ketika berkunjung ke sini, wisatawan juga dapat menikmati indahnya areal persawahan yang mengapit sungai.
Desa ini juga punya atraksi budaya yang sangat menarik. Tradisi Perang Pandan atau disebut juga Mekare-kare jadi salah satunya.
Dikutip dari Regional Liputan6.com, tradisi ini diawali dengan ritual keagamaan. Pesertanya adalah kaum pria yang bertelanjang dada.
Perang Pandan menggunakan pandan berduri sebagai senjata untuk berperang. Pandan tersebut sudah diikat dan berbentuk seperti gada.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perang Pandan
Selain pandan berduri yang diikat, peserta juga membawa tameng untuk melindungi diri. Tameng tersebut terbuat dari rotan yang dianyam.
Tradisi Perang Pandan diiringi gamelan selonding yang merupakan instrumen khas di Tenganan. Alat musik ini hanya boleh dimainkan oleh orang yang disucikan.
Sebelum dimulai, aba-aba diberikan dan kedua pria bersiap dan menyibakkan daun pandan berduri agar mengenai tubuh lawan. Setelah itu, keduanya dipisahkan untuk beritirahat sejenak dan giliran peserta lain yang berperang.
Advertisement
Paket Trekking
Desa Wisata Tenganan Pegringsingan menawarkan dua paket wisata. Pertama, Paket Trekking dengan tarif mulai Rp250 ribu. Wisatawan akan diajak trekking di persawahan untuk melihat langsung proses pengolahan lahan pertanian secara tradisional.
Selama perjalanan, wisatawan juga akan dijelaskan mengenai aturan adat tentang pelindungan tanah adat, yakni adanya larangan menjual tanah kepada penduduk dari luar desa. Di areal hutan adat, wisatawan akan dikenalkan dengan ragam flora khas dan berbagai manfaat yang dimiliki sambil berjalan menyusuri jalan setapak.
Upaya pelestarian hutan juga tertuang dalam aturan adat yang melarang adanya penebangan pohon yang masih hidup. Setelah kurang lebih 2,5 jam, wisatawan tiba di area pemukiman untuk menikmati sajian makan siang dengan menu kuliner lokal.
Wisatawan juga akan diajak demo pembuatan tuak, demo lebah madu dan ata, menyantap makan siang dan kopi, demo pemintalan benang, serta demo Tenun Gringsing. Menariknya, wisatawan dapat mengenakan pakaian adat setempat.
Paket Tur Desa
Paket kedua bisa dinikmati dengan tarif mulai Rp250 ribu. Wisatawan diajak berkeliling area pemukiman desa sembari dijelaskan konsep dan filosofi yang melandasi bentuk, serta penataan bangunan tradisional yang ada.
Pada waktu tertentu, wisatawan juga diajak menyaksikan secara langsung pelaksanaan upacara adat yang berbeda dengan daerah lainnya di Bali. Aktivitas seru lainnya adalah diajak untuk terlibat dalam proses pembuatan kerajinan tenun, menulis di daun lontar, dan mencoba pakaian tradisional untuk diabadikan dalam foto.
Tenun Gringsing sebagai wastra khas setempat punya makna dalam aneka motifnya. Pembuatan kain ini terbilang unik karena menggunakan teknik ikat ganda dan pewarna alami.
Advertisement