Gerakan Solidaritas Mendonorkan Darah untuk Tentara Ukraina yang Memerangi Pasukan Rusia

Donor darah hanya satu dari sekian banyak gerakan solidaritas untuk melawan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Feb 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 12:30 WIB
Ilustrasi donor darah
Ilustrasi donor darah. (Photo by Nguyễn Hiệp on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah upaya Ukraina menghadang invasi besar-besaran pasukan Rusia, warga sipil dan anggota diaspora negara itu yang berada di seluruh dunia menyiapkan sejumlah inisiatif. Ini dilakukan untuk mendukung tentara dan satu sama lain di saat yang genting, Al Jazeera melaporkan, Sabtu (26/2/2022).

Tentara Ukraina saat ini terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer Rusia di seluruh negeri. Mereka diklaim sebagai pasukan yang jauh lebih lengkap dan lebih profesional daripada 2014, ketika perang melawan separatis yang didukung Rusia dimulai.

Tapi, dengan sekitar 200 ribu tentara Rusia dan ribuan kendaraan tempur mengelilingi negara itu, warga sipil mengambil alih untuk memasok peralatan pertahanan, uang, dan dukungan medis pada sesama penduduk Ukraina. Selama dua hari terakhir, sumbangan telah membanjiri organisasi, seperti Come Back Alive, nirlaba yang berbasis di Kyiv.

Organisasi tersebut memasok pencitraan termal, perangkat penglihatan malam, sistem pengawasan bergerak, kendaraan udara tidak berawak, peralatan pembersihan ranjau, dan peralatan presisi tinggi lain pada personel militer Ukraina. Menurut halaman Facebook grup tersebut, mereka telah mengumpulkan 687,5 ribu dolar Amerika Serikat (sekitar Rp9,8 miliar) dalam satu hari.

Bank Nasional Ukraina juga membuat rekening khusus pada Kamis, 24 Februari 2022 yang memungkinkan orang dapat menyumbangkan uang untuk mendukung tentara Ukraina. Akun multi-mata uang dan rinciannya telah beredar luas di antara komunitas diaspora Ukraina.

Di kota-kota di seluruh Ukraina, warga sipil juga secara sukarela mendonorkan darah karena jumlah tentara yang terluka meningkat. Maksym Khodushko, seorang manajer pemasaran dari Kramatorsk, di wilayah timur Donetsk, jadi salah satu yang mendonorkan darahnya.

"Banyak sekali orang yang mau donor darah hari ini (25 Februari 2022), sehingga mereka menunggu giliran di luar rumah sakit," katanya. "Mendonorkan darah selalu penting, bahkan lebih penting sekarang ketika Rusia menyerang."

Pada April 2014, militer Ukraina disebut tidak siap dan kekurangan dana ketika perang melawan separatis yang didukung Rusia dimulai. Hal ini mengakibatkan beberapa kerugian teritorial yang signifikan di wilayah Luhansk dan Donetsk selama beberapa bulan pertama pertempuran.

Hanya setelah ribuan sukarelawan bergabung dalam perang di timur negara itu, pasukan Ukraina mampu mendorong kembali separatis. Mereka merebut kembali beberapa wilayah utama, termasuk kota Kramatorsk, dan memaksa perjanjian gencatan senjata Minsk.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Aksi Saling Membantu

Eksodus Penduduk Ukraina
Warga Ukraina melintasi perbatasan Slovakia-Ukraina di Ubla, Slovakia timur, dekat dengan kota Ukraina Welykyj Beresnyj (25/2/2022). Invasi Rusia ke Ukraina membuat warga mulai melarikan diri dari konflik di negara mereka satu hari setelah Rusia melancarkan serangan militer. (AFP/Peter Lazar)

Itu adalah perubahan yang hanya mungkin terjadi karena banyaknya kampanye pengumpulan donasi yang diselenggarakan melalui grup Facebook, situs web, pesan teks, dan organisasi sukarelawan. Mereka bermaksud menyediakan uang dan persediaan untuk tentara maupun sukarelawan di garis depan.

Sekarang, delapan tahun kemudian, orang-orang dan organisasi di seluruh negeri saling membantu ketika tentara dan sukarelawan melawan di berbagai lini. Ketika hari kedua pertempuran berkecamuk dan lebih dari 100 warga Ukraina tewas, Ukrzaliznytsia, perusahaan kereta api negara, berjanji membantu mengevakuasi warga dari lokasi yang paling rentan.

Pada Jumat, 25 Februari 2022, pekerja kereta api terus muncul untuk bekerja, dengan 80 persen kereta masih beroperasi dalam mode darurat. Kereta penumpang terpaksa mengubah rute dan melambat di dekat tempat perlindungan bom, tapi akan terus mengangkut orang dari bagian timur ke barat dan tengah Ukraina.

Menawarkan Rumah Sebagai Tempat Berlindung

Warga Ukraina Berlindung di Stasiun Bawah Tanah
Orang-orang duduk di kereta bawah tanah Kiev, menggunakannya sebagai tempat perlindungan bom di ibu kota Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Warga di Kiev tampak berlindung di stasiun bawah tanah kota dan tempat-tempat aman lainnya untuk menghindari invasi Rusia. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Pada Kamis, 24 Februari 2022, diumumkan oleh Administrasi Regional Negara Bagian Lviv bahwa dua kereta api dari wilayah Luhansk di timur akan melakukan perjalanan ke kota Lviv di Ukraina barat. Mereka akan mengangkut 41 anak berusia empat tahun ke bawah, banyak anak yatim piatu, serta 18 anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus.

Kereta lain akan tiba dari wilayah Donetsk membawa 106 anak. Kota Lviv dianggap sebagai bagian negara yang jauh lebih aman, meski penembakan telah dilaporkan terjadi di dekat kota, dan kini jadi rumah bagi diplomat asing yang tersisa.

Orang-orang Ukraina barat juga mulai membuka rumah mereka bagi ribuan orang yang melarikan diri dari bagian lain negara itu. Tanya Kapustinskaya, yang bekerja untuk sebuah LSM bernama Center of United Actions, berhasil keluar dari Kyiv bersama rekan-rekannya sebelum penembakan besar-besaran menghujani kota.

Perjalanan memakan waktu sekitar 18 jam, lebih dari dua kali lipat dari biasanya, karena lalu lintas yang padat. Ia dan teman-temannya kemudian menginisiasi sistem di mana penduduk di Lviv dapat mengisi formulir Google yang menawarkan ruang di rumah mereka bagi mereka yang ingin melarikan diri dari Kyiv dan daerah lain.

Selain itu, formulir Google terpisah dapat diisi oleh mereka yang ingin pindah ke bagian barat negara yang lebih aman. Hanya beberapa jam kemudian, 70 orang telah menawarkan rumah mereka.

Unjuk Rasa di Berbagai Negara

Eksodus Penduduk Ukraina
Warga Ukraina menunggu di perbatasan Slovakia-Ukraina di Velke Slemence, Slovakia (25/2/2022). Warga Ukraina mulai melarikan diri dari konflik di negara mereka sehari setelah Rusia melancarkan serangan militer. (AFP/Peter Lazar)

Beberapa jam setelah Rusia memulai invasi skala penuh ke Ukraina, laporan palsu, gambar, dan video yang mengklaim menunjukkan jet tempur Rusia ditembak jatuh mulai beredar di Facebook, Telegram, dan Twitter. Sebagai tanggapan, organisasi dan individu mulai menerbitkan kampanye informasi untuk meningkatkan kesadaran seputar misinformasi Rusia.

Mereka juga menunjukkan dukungan untuk outlet berita Ukraina yang masih beroperasi di bawah ancaman pengeboman dan serangan siber. Misalnya, kampanye GoFundMe yang mendukung Kyiv Independent, situs berita online Ukraina dalam bahasa Inggris, mengumpulkan hampir 300 ribu dolar AS (sekitar Rp4,3 miliar), tiga kali lipat target awal 75 ribu dolar AS.

Di seluruh dunia, unjuk rasa juga telah digelar untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Ribuan orang berkumpul di New York, London, Barcelona, dan kota-kota besar lain pada Kamis, 24 Februari 2022 untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya