Sempat Lesu saat Invasi Rusia ke Ukraina, Bagaimana Prediksi Harga Bitcoin ?

Setelah sempat ambles saat terjadi serangan Rusia ke Ukraina, bagaimana potensi harga Bitcoin ke depannya?

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 26 Feb 2022, 11:10 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 11:10 WIB
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin beserta aset kripto lainnya sempat mengalami perubahan harga yang tajam selama 24 jam terakhir di tengah invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022.

Tak hanya itu, invasi tersebut sempat membuat kapitalisasi pasar di semua aset kripto turun ke USD 1,5 triliun atau sekitar Rp 21,5 kuadriliun, nilai tersebut menunjukkan kehilangan hampir 9 persen kapitalisasi pasar kripto.

Bitcoin bahkan sempat turun sebanyak 8 persen hingga menyentuh level terendah dalam sebulan, meskipun begitu BTC berhasil kembali di atas USD 38.000 pada Jumat.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, melihat hal ini sebagai bitcoin yang sedang alami koreksi singkat setelah penurunan tajam.

"Pasar keuangan global dan pasar crypto memang terpukul selama 24 jam terakhir, karena invasi Rusia ke Ukraina. Hal tersebut membuat investor berebut dan aksi jual terjadi di sebagian besar kelas aset. Namun, setelah ada informasi sanksi tambahan dari AS, membuat market crypto terkoreksi, namun ke depannya masih akan tertekan," kata Afid dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Sabtu (26/2/2022). 

Investor memanfaatkan kesempatan dengan memborong kripto saat harganya tenggelam kemarin. Data Coindesk, menunjukkan volume trading BTC mencapai rekor tertingginya dalam sebulan terakhir.

Di tengah berbagai peristiwa yang berdampak pada ekonomi global membuat banyak investor meninggalkan aset berisiko dan memilih berinvestasi pada aset safe haven.

Saat pasar kripto anjlok, banyak investor beranggapan bahwa itu adalah saat yang tepat untuk masuk dan membeli kripto. Namun, hal ini perlu diwaspadai oleh investor, mengingat volatilitas kripto yang masih cukup tinggi. 

Investor perlu melakukan analisa fundamental dengan mempelajari aset kripto, sebelum berinvestasi. Serta melakukan analisa teknikal untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli, menjual atau mengambil keuntungan.

 

 
 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bagaimana Potensi Harga BTC ke Depan?

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Afid mengatakan, saat ini 80 persen market kripto masih terjebak dalam situasi bearish. Ketegangan yang terus terjadi antara Rusia-Ukraina bisa membuat Bitcoin berada di masa yang sulit dan bisa jatuh lebih dalam atau bakal tertahan di antara USD 30.000 USD 36.800.

Harga Bitcoin diharapkan bisa bergerak menuju level support-nya karena semakin lama harga bertahan di bawah USD 39.600, semakin besar kemungkinan pergerakan turun. Sementara untuk BTC masuk ke situasi bull harus melewati rintangan overhead di level USD 45.821.

"Overall market masih akan turun sampai bulan Maret. Tapi dari penurunan ini akan ada sedikit pullback, dilihat dari teknikal analisisnya hampir secara keseluruhan aset kripto, baik Bitcoin, Ethereum dan lainnya sudah menunjukan pola reverse cup and handle," kata Afid.

Pola reverse cup and handle sendiri adalah grafiknya menunjukkan sinyal bearish yang mengindikasikan tren penurunan harga.

Ketika harga aset kripto tembus level bawah dari pegangan cangkir, keadaan ini merupakan sinyal bagi investor dan trader untuk keluar dari posisi long dan memasuki posisi short. 

Afid menjelaskan harga kripto masih terkait dengan dominasi Bitcoin. Apabila Bitcoin terus alami penurunan dan tekanan, aset kripto lainnya atau yang biasa disebut Altcoin bisa bernasib sama atau lebih buruk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya