Liputan6.com, Jakarta - International Women's Day atau Hari Perempuan Sedunia jatuh pada 8 Maret setiap tahunnya. Ada tiga warna yang melambangkan perayaan ini, yaitu ungu, hijau, dan putih.
Setiap warna punya makna yang berbeda. Warna ungu melambangkan keadilan dan martabat. Sementara warna hijau adalah simbol dari harapan.
"Putih mewakili kemurnian, meskipun konsep kontroversial. Warna-warna tersebut berasal dari Women's Social and Political Union (WSPU) di Inggris pada 1908," bunyi keterangan seperti dikutip dari laman resmi International Women's Day, Selasa (8/3/2022)
Advertisement
Baca Juga
Hari Perempuan Internasional merupaka momentum global merayakan prestasi sosial, ekonomi, budaya dan politik perempuan. Momen ini juga menandai ajakan bertindak untuk mempercepat kesetaraan gender.
Aktivitas signifikan disaksikan di seluruh dunia saat kelompok berkumpul untuk merayakan pencapaian perempuan atau unjuk rasa untuk kesetaraan perempuan. Selain itu, perayaan ini juga merayakan prestasi perempuan, meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan perempuan, lobi untuk percepatan kesetaraan gender, dan penggalangan dana untuk badan amal yang berfokus pada perempuan.
Hari Perempuan Internasional 2022 mengusung tema kampanye, yakni #BreakTheBias. Bias membuat perempuan sulit untuk maju.
Mengetahui bahwa bias ada tidak cukup. Tindakan diperlukan untuk menyamakan kedudukan.
"Bayangkan dunia yang setara gender. Dunia yang bebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi. Dunia yang beragam, adil, dan inklusif," bunyi keterangan pada laman perayaan ini.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pose Silangkan Tangan
Terkait tema kampanye ini juga disampaikan, "Dunia di mana perbedaan dihargai dan dirayakan. Bersama-sama kita bisa menempa kesetaraan perempuan. Secara kolektif kita semua bisa #BreakTheBias. Rayakan prestasi perempuan. Meningkatkan kesadaran terhadap bias. Ambil tindakan untuk kesetaraan."
Penjelasan lain mengenai #BreakTheBias sendiri disebutkan secara individu, semua orang bertanggung jawab atas pikiran dan tindakan diri sendiri. Bias dapat dipatahkan di komunitas, tempat kerja, sekolah, hingga universitas.
Selain itu, ada pula ajakan untuk berpose #BreakTheBias adalah dengan menyilangkan tangan untuk menunjukkan solidaritas. "Lakukan pose IWD 2022 dan bagikan gambar, video, sumber daya, presentasi, atau artikel #BreakTheBias Anda di media sosial menggunakan #IWD2022 #BreakTheBias untuk mendorong lebih banyak orang berkomitmen membantu mewujudkan dunia yang inklusif," lanjut keterangan itu.
Advertisement
Sejarah International Women's Day
Dikutip dari BBC, Senin, 7 Maret 2022, sejarah Hari Perempuan Internasional tumbuh dari gerakan buruh menjadi acara tahunan yang diakui oleh PBB. Pada 1908 silam, ketika 15 ribu perempuan berjalan menyusuri New York menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak untuk memilih.
Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.Seorang aktivis komunis dan pembela hak-hak perempuan bernama Clara Zetkin yang mengusulkan pembentukan hari internasional. Ia mengajukan idenya ke Konferensi Internasional Perempuan Pekerja di Kopenhagen pada 1910.
Kala itu, ada 100 perempuan di sana yang berasal dari 17 negara, menyetujuinya dengan suara bulat. Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada 1911, di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss.
100 tahun Hari Perempuan Internasional dirayakan pada 2011 dan jadi tahun ini secara teknis merayakan hari jadi yang ke-111. Beberapa hal dibuat resmi pada 1975 ketika PBB mulai merayakan hari itu.
Tema Pertama
Tema pertama yang diadopsi pada 1996 adalah "Celebrating the Past, Planning for the Future" atau "Merayakan Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan". Hari Perempuan Internasional telah menjadi tanggal untuk merayakan seberapa jauh perempuan ambil bagian dalam masyarakat, politik dan ekonomi.
Sementara akar politik dari perayaan ini berarti aksi protes diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran akan ketidaksetaraan yang berkelanjutan. Gagasan Clara untuk Hari Perempuan Internasional tidak memiliki tanggal yang pasti.
Momentum ini tidak diformalkan sampai pemogokan masa perang pada 1917, ketika perempuan Rusia menuntut "bread and peace", empat hari setelah pemogokan, kaisar dipaksa turun takhta dan pemerintah sementara memberikan hak pilih kepada perempuan.
Advertisement