Sejarah Khan Younis, Kota di Tenggara Palestina yang Dibom Israel di Bulan Ramadhan

Khan Younis merupakan ibu kota gubernuran Khan Younis yang berada di selatan Jalur Gaza, Palestina. Wilayah itu dibom Israel di bulan Ramadan 2022.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 20 Apr 2022, 09:43 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2022, 09:31 WIB
Sejarah Khan Younis, Kota di Tenggara Palestina yang Dibom Israel di Bulan Ramadhan
Sejumlah badut menghibur anak-anak di wilayah Khan Younis, tenggara Gaza, Palestina, pada masa pandemi Covid-19. (dok. MAHMUD HAMS / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Tekanan Israel pada Palestina makin menjadi-jadi di bulan Ramadan 2022. Setelah menyerang warga yang berdemonstrasi di Masjid Al-Aqsa hingga melukai ratusan orang, negara zionis itu kini mengebom sebuah situs di Khan Younis, sebuah kota di selatan Jalur Gaza, Palestina, pada Selasa dini hari, 19 April 2022. 

Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (20/4/2022), pesawat perang Israel menembakkan empat roket ke kawasan barat kota itu dan menyebabkan kerusakan serius pada lokasi dan bangunan warga di sekitarnya. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan tidak ada korban jiwa maupun luka-luka dalam serangan itu.

Israel berdalih serangan militer itu ditujukan untuk menghancurkan pabrik senjata yang diklaim milik Hamas. Pihak Hamas tidak terima. Brigade Ezzedine al-Qasam yang merupakan pasukan bersenjata Hamas membalas dengan meluncurkan serangan rudal darat ke udara.

"Pertahanan udara kami menanggapi pesawat-pesawat tempur Zionis di langit Jalur Gaza dengan rudal permukaan-ke-udara tepat pada pukul 01.35 waktu setempat (10:35 GMT) Selasa pagi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Khan Younis merupakan ibu kota dari Kegurbenuran Khan Younis, salah satu dari 16 gubernuran di Palestina. Lokasinya di Jalur Gaza selatan. Selain Khan Younis, kota itu juga dikenal sebagai Khan Yunus.

Dikutip dari laman UNRWA, Khan Younis dulunya adalah pusat komersial utama dan titik perhentian di rute perdagangan kuno ke Mesir. di kota itu terdapat kamp pengungsi. Letaknya sekitar dua kilometer dari Pantai Mediterania, yakni utara Rafah. 

Sebanyak 35 ribu pengungsi Palestina yang melarikan diri dari rumah selama perang Arab-Israel pada 1948 berlindung di kamp itu. Mereka mayoritas berasal dari daerah Bir Saba, dilansir oleh United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in The Near East.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Diblokade Israel

Sejarah Khan Younis, Kota di Tenggara Palestina yang Dibom Israel di Bulan Ramadhan
Sukarelawan Palestina membantu para petani memanen gandum di kawasan Khan Younis, selatan Jalur Gaza. (dok. MAHMUD HAMS / AFP)

Kamp pengungsi itu memiliki sejumlah fasilitas, seperti 16 gedung sekolah yang terdiri dari 13 sekolah dijalankan dengan shift tunggal, dan enam lainnya beroperasi dengan sistem shift ganda. Terdapat pula tiga pusat kesehatan dan dua pusat distribusi makanan. Kamp itu juga berdiri dua kantor bantuan wilayah dan layanan sosial, serta satu kantor pemeliharaan dan sanitasi.

Tidak ada ruang rekreasi dan sosial. Kehidupan para pengungsi Palestina di kamp itu makin hari makin sulit karena blokade Israel di Gaza. Kondisi sosial ekonomi warga merosot drastis. Pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat. Makin sedikit keluarga yang dapat menghidupi diri mereka sendiri.

Mereka juga meninggalkan proporsi yang mengejutkan dari populasi yang bergantung pada bantuan makanan dan uang tunai UNRWA. Seperti di kamp-kamp lain di seluruh Jalur Gaza, kebersihan dasar adalah masalah besar lainnya dengan 90 persen pasokan air kamp tidak layak untuk dikonsumsi manusia.

Wilayah Khan Younis secara umum beriklim semi kering. Suhu maksimumnya 30 derajat Celcius di musim panas dan maksimum 10 derajat Celcius di musim dingin dengan curah hujan tahunan sekitar 260 mm (10,2 inci).


Proporsi Populasi

Israel Lancarkan Serangan Udara ke Jalur Gaza
Sebuah ledakan terjadi akibat serangan udara Israel di pangkalan militer Hamas di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa (19/4/2022). (AP Photo/Yousef Masoud)

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, pada Selasa (19/4/2022), Khan Yunis memiliki populasi 142.637 pada 2007, 202.000 pada 2010, dan 350.000 pada 2012. Kegubernuran ini dihuni oleh kurang lebih 280.000 jiwa. Luas daratannya terdiri dari 69,61 persen kota, 12,8 persen desa, dan 17,57 persen kamp pengungsi Khan Younis.

Kota itu sekarang berada di bawah pemerintahan Hamas di Gaza. Sebelum abad ke-14, Khan Yunis adalah sebuah desa yang dikenal sebagai Salqah. Kota itu hadir untuk melindungi karavan, peziarah, dan pelancong. Karavan yang luas dibangun di sana oleh Emir Yunus al-Noorzai Khan selaku penguasa Turki pada 1387–888. Kota yang berkembang di sekitarnya dinamai "Khan Yunis" menurut penguasa itu.

Khan Yunis merupakan kawasan perkotaan terbesar kedua di Jalur Gaza setelah Kota Gaza. Kota ini menjadi pusat perdagangan yang penting dan pasar Kamis mingguannya menarik pedagang dari daerah tetangga.

Khan berfungsi sebagai tempat perhentian bagi kurir barid, jaringan pos Mamluk di Palestina dan Suriah. Selain itu, kota tersebut menjadi tuan rumah Bedouin Souk mingguan 'pasar terbuka' yang sebagian besar melibatkan komoditas lokal.


Sejarah Kelam

Kondisi Pengungsi Palestina Hadapi Cuaca Dingin di Gaza
Sebuah keluarga Palestina menghangatkan diri di dekat api saat cuaca dingin di daerah kumuh di pinggiran kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada Rabu, 19 Januari 2022. (AP Photo/Khalil Hamra)

Dikutip dari laman Palestine Chronicle, terjadi pembantaian mengerikan di Khan Yunis pada 3 November 1956. Pembantaian merenggut nyawa ratusan pria dan anak laki-laki Palestina. Namun, laporan PBB hanya menyinggungnya dalam beberapa baris kalimat, seolah mengaburkan sejarah kelam di Khan Yunis.

Pembantaian itu terjadi dilatarbelakangi perang yang dilakukan oleh Israel, Inggris, dan Prancis melawan Mesir. Itu adalah upaya untuk mengambil alih Terusan Suez setelah dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.

Para pemimpin Israel meluncurkan Operasi Kadesh, rencana untuk menaklukkan Sinai sebelum mengambil alih Jalur Gaza. Tujuan utama mereka adalah untuk menghancurkan perlawanan bersenjata Palestina, fedayeen, yang berperang di bawah komando Mesir. Mereka memandang serangan terhadap rezim Mesir sebagai cara optimal untuk menyia-nyiakan perlawanan Palestina.

Pada 2 November, pasukan Mesir hampir kehilangan semua kendali atas Semenanjung Sinai. Setelah kampanye pengeboman besar-besaran di kota itu, infanteri dan tank Israel memasuki Khan Yunis pada hari berikutnya untuk "membasmi" kehadiran fedayeen.

Warga ingat terbangun dengan pengeras suara kendaraan militer pendudukan, menyerukan semua pria muda berusia 16 hingga 50 tahun berkumpul. Pasukan pendudukan dilaporkan membawa orang-orang ini ke lapangan umum dalam tampilan kekerasan yang mengerikan, menembak mereka semua. Ratusan orang terbunuh pada hari pertama pembantaian. (Natalia Adinda)

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya