Liputan6.com, Jakarta World Economic Forum telah merilis Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2021. Laporan yang dirilis Mei 2022 tersebut menyoroti penanaman inklusivitas, keberlanjutan, dan ketahanan pada sektor perjalanan dan pariwisata agar terus jadi pendorong konektivitas global, perdamaian, serta kemajuan ekonomi dan sosial, mengutip situs webnya, Senin (30/5/2022).
Tertulis bahwa TTDI 2021 adalah bagian dari evolusi seri Competitiveness Index (TTCI) berusia 15 tahun. "Ini berfungsi sebagai alat benchmarking strategis untuk pembuat kebijakan, perusahaan, serta pelengkap sektor perjalanan dan pariwisata untuk memajukan pembangunan masa depan," begitu keterangan yang terulis.
Advertisement
Baca Juga
Tema publikasi laporan tahun ini adalah "membangun kembali masa depan yang berkelanjutan dan tangguh." Indikator TTDI 2021 adalah kumpulan faktor dan kebijakan yang memungkinkan keberlanjutan, serta pengembangan sektor perjalanan dan pariwisata yang tangguh, sehingga akhirnya bisa berkontribusi pada pengembangan negara.
Sebagian besar perbedaan kerangka kerja dan metodologi yang menonjol antara TTCI dan TTDI, termasuk penambahan pilar baru, seperti sumber daya non-kenyamanan, ketahanan dan kondisi sosial ekonomi, serta tekanan dan dampak permintaan. Indeks ini terdiri dari lima sub-indeks, 17 pilar, dan 112 indikator individu dalam pilar berbeda.
Dari penilaian secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat ke-32 dengan skor 4,4, setara dengan Estonia, Polandia, dan Siprus. Posisi ini membuat Negeri Khatulistiwa melompat 12 peringkat dari laporan indeks sebelumnya pada 2019. Pada indeks pilar "Sumber Daya Alam" Indonesia berada di peringkat ke-8, mengungguli Prancis dan Kolombia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Catatan Lain Indonesia
Indonesia juga masuk 10 besar, tepatnya pada peringat ke-4, dalam kategori "Kebijakan Perjalanan dan Pariwisata, serta Kinerja yang Memungkinkan." Hasil TTDI yang relatif stagnan memperkuat asumsi situasi sulit yang dihadapi sektor perjalanan dan pariwisata selama pandemi COVID-19.
Rata-rata, skor TTDI meningkat sekitar 0,1 persen antara 2019 dan 2021. Tercatat hanya 39 dari 117 ekonomi yang tercakup oleh indeks meningkat lebih dari satu persen, 51 meningkat atau menurun dalam kisaran satu persen, dan 27 menurun lebih dari satu persen.
Selain Amerika Serikat (ke-2), 10 besar negara dalam indeks adalah yang berpenghasilan tinggi di wilayah Eropa dan Eurasia atau Asia-Pasifik. Jepang menduduki peringkat teratas, dengan sesama regional ekonomi Australia dan Singapura berada di peringkat ke-7 dan 9.
Sementara itu, Italia bergabung dalam daftar 10 besar indeks tahun ini, naik dari peringat ke-12 pada 2019, sementara Kanada meluncur keluar dari 10 besar ke posisi 13. Ada juga Spanyol (3), Prancis (4), Jerman (5), Swiss (6), dan Inggris Raya (8).
Advertisement
Peningkatan dan Penurunan Peringkat
Vietnam mengalami peningkatan, yakni +4.7 persen, dari peringkat ke-60 hingga ke-52 pada indeks keseluruhan. Sedangkan Indonesia, +3,4 persen, melompat dari peringkat ke-44 ke 32 tahun ini, dan Arab Saudi melonjak +2,3 persen, membuatnya maju 10 peringkat dari posisi 43 ke-33.
Sementara itu, Malaysia -3 persen, turun dari posisi 29 ke-38, India -2,6 persen, merosot dari peringkat 46 ke-54, dan Mongolia -2,1 persen, 76 ke-84, membuat ketiganya memiliki penurunan peringkat terbesar.
Tercatat pula bahwa sektor perjalanan dan pariwisata menghadapi sulit kondisi, tapi pergeseran dinamika permintaan telah menciptakan peluang dan kebutuhan untuk adaptasi. Dalam jangka pendek, tantangan seperti pengurangan kapasitas, ketegangan geopolitik, dan kekurangan tenaga kerja sedang memperlambat pemulihan.
Namun, peluang baru telah dibuat di pasar, seperti pariwisata domestik dan pariwisata berbasis alam, serta munculnya nomaden digital. Kemampuan pemangku kepentingan di bawah kondisi ini menyoroti kapasitas mereka dalam beradaptasi dan fleksibilitas.
Di tengah tantangan saat ini, pergeseran dinamika permintaan, peluang, dan risiko masa depan yang lebih inklusif membuat sektor ini harus lebih berkelanjutan dan tangguh. Namun, ini membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang efektif.
Bentuk Adaptasi
Adaptasi atas tantangan perjalanan dan pariwisata masa kini juga membutuhkan pengungkit penggerak dan strategi pembangunan. Ini termasuk memulihkan dan mempercepat keterbukaan internasional, serta kepercayaan konsumen melalui, misalnya, peningkatan kesehatan dan keamanan.
Juga, tenaga kerja inklusif, kondisi bisnis dan sosial ekonomi, lebih fokus pada lingkungan keberlanjutan, memperkuat manajemen permintaan dan dampak pariwisata, serta investasi di teknologi digital.
Kerangka kerja TTDI baru dirancang untuk mendukung poros dalam strategi dan praktik pemulihan sektor perjalanan dan pariwisata. Itu dibuat dengan input dari pemangku kepentingan, termasuk penasihat grup yang mencakup perwakilan dari BloomConsulting, the International Air Transport Association (IATA), JLL Hotels & Hospitality Group, serta The Pacific Asia Travel Association (PATA).
Tidak ketinggalan University of Surrey, Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), dan the World Travel & Tourism Council (WTTC). Selain itu, indeks disusun atas kerja sama erat dengan mitra: AirDNA, Bloom Consulting, EuromonitorInternational, GlobalPetrolPrices.com, IATA, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), STR, Tripadvisor, UNWTO, dan WTTC.
Advertisement