Hulk dari Brasil Meninggal, Kecanduan Zat Pembesar Otot Berbahaya Selama Bertahun-tahun

Pria berjuluk Hulk dari Brasil itu sempat dilarikan ke rumah sakit karena mengeluh sesak napas.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 03 Agu 2022, 08:41 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 08:01 WIB
Hulk dari Brasil Meninggal, Kecanduan Zat Pembesar Otot Berbahaya Selama Bertahun-tahun
Valdir Segato, pria yang dijuluki Hulk dari Brasil. (dok. TikTok @valdirsegatoofficial/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang binaragawan yang berjuluk Hulk dari Brasil meninggal dunia pada ulang tahunnya yang ke-55. Bintang TikTok yang memiliki 1,6 juta pengikut itu sudah bertahun-tahun menyuntikkan zat berbahaya ke dalam tubuhnya yang disebut synthol.

Valdir Segato, nama pria itu, sengaja menyuntikkan minyak tersebut untuk mendapatkan otot mirip Hulk meski sudah diperingatkan oleh para dokter. Media lokal melaporkan ia dibawa ke rumah sakit pada Selasa, 2 Agustus 2022, setelah mengeluh kesulitan bernapas di rumahnya, di Ribeirao Presto, tenggara Brasil.

Dikutip dari laman The Sun, Rabu (3/8/2022), tetangga Segato, Moisés da Conceição da Silva mengungkapkan bahwa pada saat kejadian, Segato sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun, nyawanya tak tertolong dan ia meninggal dunia. Segato diduga terkena serangan jantung, menurut media Globo Brasil.

"Sekitar jam 6 pagi, kurang lebih, dia datang merangkak melalui belakang rumah menuju ke depan. Kemudian, dia mengetuk jendela ibuku, mengetuk-ngetuk, lalu dia bangun dan berkata, 'tolong aku, tolong aku sekarat'," tutur da Silva.

da Silva mengatakan pria itu hidup seorang diri dengan beberapa teman terkadang mengunjunginya. Menurut dia, kejadian Segato kesulitan bernapas bukan pertama kali dialaminya. Namun, dokter saat itu masih bisa menyelamatkan nyawanya.

Dokter juga kerap memperingatkan bahaya kecanduan suntikan synthol yang diderita Segato, termasuk risiko stroke, menyumbat pembuluh arteri, dan infeksi. Namun, Segato kerap mengabaikannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

23 Inci

Hulk dari Brasil Meninggal, Kecanduan Zat Pembesar Otot Berbahaya Selama Bertahun-tahun
Valdir Segato, pria yang dijuluki Hulk dari Brasil. (dok. TikTok @valdirsegatoofficial/Dinny Mutiah)

Segato yang berasal dari Sao Paolo menjadi tenar dalam beberapa tahun terakhir setelah rutin memamerkan otot besarnya ke media sosial. Otot itu didapatkan dengan menyuntikkan minyak hingga menggelembungkan biseps Segato ke ukuran 23 inci.

Dia pernah diperingatkan enam tahun lalu bahwa suntikan minyak itu juga bisa membuat lengannya diamputasi. Pasalnya, synthol bisa merusak syarafnya. Belum lagi ia juga mengonsumsi alkohol dan obat pereda sakit untuk mengatasi efek samping penggunaan synthol. Namun, ia malah ingin ototnya semakin besar.

"Mereka menyebutku Hulk, Schwarzenegger, dan He-Man sepanjang waktu dan aku menyukainya. Aku melipatgandakan ukuran bisepku tapi aku tetap ingin lebih besar," kata Segato pada 2016.

"Dokter memintaku berhenti (menyuntik synthol), saran mereka adalah berhenti menggunakannya. Tetapi ini keputusanku untuk tetap menggunakannya karena aku ingin, karena aku menyukainya," imbuhnya lagi. 

Sosok Hulk menjadi panutan sejumlah pria karena citra maskulinnya yang kuat. Padahal, tidak semua orang bisa memiliki fisik seperti karakter superhero bertubuh hijau itu. Yang terpenting adalah bertubuh sehat. Salah satunya dengan berolahraga.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Panjang Umur

Ilustrasi Olahraga Saat Diet
Ilustrasi Olahraga Saat Diet (Bruno Nascimento/Unsplash)

Menurut sebuah hasil penelitian terbaru, seseorang yang berolahraga lebih banyak dari yang disarankan bisa membantu memperpanjang usia. Standar aktivitas fisik orang dewasa, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah olahraga sedang selama 150--300 menit atau 75--150 menit aktivitas fisik yang kuat dalam seminggu.

Dikutip dari CNN, Rabu, 27 Juli 2022, orang yang berolahraga melampaui level tersebut dikatakan dapat hidup lebih lama daripada mereka yang tidak melakukannya. Para peneliti menganalisis lebih dari 116 ribu orang dewasa dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Senin, 25 Juli 2022, di jurnal Circulation American Heart Association.

Peserta melaporkan sendiri aktivitas waktu luang mereka dalam kuesioner beberapa kali selama 30 tahun. Peneliti memperkirakan hubungan antara waktu dan intensitas olahraga dengan tingkat kematian.

Penurunan tertinggi dalam kematian dini adalah pada orang yang melaporkan 150--300 menit seminggu beraktivitas fisik kuat atau 300--600 menit aktivitas fisik sedang atau paduan yang setara dari keduanya, kata penulis studi Dong Hoon Lee, seorang rekan peneliti di departemen nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Jenis Olahraga

Rayakan Bulan Kanker Payudara, Denada dan Komunitas Zumba Ingatkan Pentingnya Kesehatan Mental bagi Penyintas
Ilustrasi olahraga Zumba (pexels.com/Miriam Alonso)

"Penting juga untuk dicatat bahwa kami tidak menemukan hubungan berbahaya di antara individu yang melaporkan (lebih dari empat kali) tingkat minimum yang direkomendasikan untuk aktivitas fisik sedang dan kuat di waktu senggang jangka panjang," tambahnya dalam sebuah e-mail.

Aktivitas sedang termasuk berjalan sangat cepat, memotong rumput atau bermain tennis doubles, sementara aktivitas berat seperti hiking, jogging atau bermain sepak bola, menurut Harvard T.H. Chan School of Public Health. Hasil studi mendukung pedoman aktivitas fisik WHO saat ini, tetapi juga mendorong tingkat yang lebih tinggi untuk melihat lebih banyak manfaat dalam menjalani hidup yang lebih lama, kata Lee.

Dong Hoon Lee menambahkan, Anda mungkin berpikir, "10 jam seminggu aktivitas moderat terdengar seperti banyak. Tidak mungkin saya bisa mengerjakannya dengan semua tanggung jawab saya yang lain."

Penelitian juga menunjukkan cara terbaik untuk bekerja dalam latihan menjadi rutinitas agar tetap melekat. Sebuah megastudi yang diterbitkan pada Desember 2021 menunjukkan bahwa program latihan terbaik mencakup perencanaan saat Anda berolahraga, mendapatkan pengingat, menawarkan insentif, dan mencegah melewatkan lebih dari satu latihan yang direncanakan berturut-turut.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya