Kisah Hulk, Pemain Sepakbola Terkuat yang Tidak Pernah Menyentuh Puncak Eropa

Hulk memulai kariernya di Kawasaki Frontale, klub kasta tertinggi Liga Jepang. Akan tetapi, performanya tidak langsung menonjol.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 11 Mar 2025, 02:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2025, 02:00 WIB
Aksi Hulk Saat Jadi Duta Sepatu Bola Concave Asal Inggris
Givanildo V.De Sousa atau "Hulk" memberi sambutan saat peluncuran Concave di Jakarta, Jumat (18/1). Concave brand sepatu sepak bola dan perlengkapan olahraga dari Inggris yang lahir di Australia kini hadir di Indonesia. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Givanildo Vieira de Souza, atau yang lebih dikenal dengan nama Hulk, adalah salah satu pemain sepak bola paling kuat dan berbakat dari Brasil. Meski memiliki kemampuan luar biasa, kariernya justru lebih banyak dihabiskan di luar liga-liga top Eropa.

Mengutip dari berbagai sumber, kisahnya dimulai pada tahun 2005. Ketika itu, Hulk masih berusia 19 tahun meninggalkan Brasil untuk mencari peluang di Jepang.

Hulk memulai kariernya di Kawasaki Frontale, klub kasta tertinggi Liga Jepang. Akan tetapi, performanya tidak langsung menonjol.

Hanya satu gol yang ia cetak dalam 11 pertandingan. Klub kemudian meminjamkannya ke Consadole Sapporo, klub kasta kedua, di mana bakatnya mulai terlihat.

Di Sapporo, Hulk berkembang pesat, baik secara fisik maupun teknis. Tubuhnya yang kekar dan kemampuan mencetak gol membuatnya menjadi pemain yang menonjol.

Setelah sukses di Jepang, Hulk akhirnya merambah Eropa pada tahun 2008 dengan bergabung ke FC Porto. Di Porto, Hulk membentuk duo mematikan bersama Radamel Falcao di lini serang.

Musim 2010-2011, Falcao mencetak 34 gol di semua kompetisi, sementara Hulk menyusul di musim berikutnya dengan 36 gol. Keduanya membawa Porto meraih sembilan gelar, termasuk tiga gelar Liga Portugal dalam empat tahun.

Akan tetapi, seperti kebanyakan klub di Portugal, Porto harus melepas pemain bintangnya ke liga-liga yang lebih besar. Falcao bergabung dengan Atletico Madrid pada 2011, sementara Hulk tetap bertahan.

Meski tanpa Falcao, Hulk tetap membantu Porto mempertahankan dominasinya di liga Portugal. Meski performanya konsisten, Hulk tidak kunjung mendapatkan tawaran dari klub-klub besar Eropa.

Pada September 2012, Zenit Saint Petersburg, klub asal Rusia, akhirnya memboyongnya dengan harga yang cukup besar. Di Rusia, Hulk mencetak 76 gol dan memberikan 60 assist dalam 148 penampilan.

Ia juga memenangkan dua gelar Liga Premier Rusia dan dinobatkan sebagai pemain terbaik liga pada 2015. Meski sukses di Rusia, banyak yang merasa Hulk layak bermain di liga-liga top Eropa seperti Premier League, La Liga, atau Serie A.

Pada 2016, Hulk membuat keputusan dengan bergabung ke Shanghai SIPG di liga Cina. Padahal, saat itu usianya masih 30 tahun, usia yang dianggap masih produktif untuk bermain di Eropa.

Hulk menghabiskan enam tahun di Cina sebelum akhirnya kembali ke Brasil pada 2021 untuk membela Atletico Mineiro. Sepanjang kariernya, Hulk dikenal sebagai pemain dengan fisik kuat dan tendangan keras yang mencapai kecepatan 112 km/jam.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya