Liputan6.com, Jakarta - Kaycie Morwood memutuskan menjual pakaian bekasnya secara online sebelum dia kuliah. Dia tidak pernah membayangkan barang yang tidak lagi dipakainya suatu hari akan mendanai seluruh pernikahannya.
"Aku pikir mungkin aku bisa menghasilkan 200 dolar AS sebelum kuliah dan memiliki sedikit uang setidaknya untuk pergi keluar dengan teman-teman aku," kata perempuan berusia 23 tahun itu, dikutip dari New York Post, Kamis, 1 September 2022. "Aku tidak pernah berpikir itu akan berkembang menjadi seperti ini."
Advertisement
Baca Juga
Morwood hanya menjual 467 dolar AS (Rp6,9 juta) untuk item di tahun pertamanya menggunakan Poshmark, tetapi ketika dia mulai membeli item untuk dijual kembali, jumlahnya meningkat menjadi ribuan dolar AS. Setelah menghasilkan 23.600 dolar AS (Rp351 juta) dari penjualan pakaian di situs marketplace untuk pakaian baru dan bekas selama lima tahun terakhir, menghabiskan banyak uang untuk pernikahannya adalah hal yang mudah.
"Aku bisa melunasi semua biaya pernikahan kami dengan dana yang aku siapkan," katanya kepada The Post. "Jadi aku menggunakan semua uang itu untuk membayar pernikahan."
Morwood mengakui beberapa item khususnya gaun kelulusan perguruan tinggi sulit untuk dipisahkan, karena itu sangat berharga untuk pernikahan impiannya. Dia menikah di Vista, California, di depan 120 teman dan keluarga pada Agustus 2021, dengan keuntungan Poshmark-nya membayar untuk perayaan sebanyak 17 ribu dolar AS (Rp253 juta).
"Aku masih punya sedikit sisa (uang)," katanya. "Semua yang aku hasilkan sekarang kami sewakan dan bahkan hal-hal menyenangkan seperti liburan."
Pengalaman Serupa
Courtney Soberal, seorang guru di Los Angeles memiliki pengalaman serupa. Perempuan berusia 31 tahun itu membiayai pernikahan impiannya di Hawaii dengan membeli pakaian di thrift stores (toko barang bekas) lokal, lalu menjualnya dengan untung di Poshmark. Dia menghasilkan sekitar 10 ribu dolar AS, memungkinkannya untuk membeli gaun pengantin dan rok untuk pesta pengantinnya.
"Gaunku adalah gaun tanpa tali, model putri duyung, awalnya 1.200 dolar AS dan aku membelinya seharga 200 dolar AS," kata Soberal. "Gaun bridesmaid aku adalah merek butik dan masing-masing seharga 70 dolar AS dan gaun the flower girl (gadis bunga) juga dari butik dan keduanya seharga 40 dolar AS."
Meskipun Soberal menyerahkan barang tanpa terlalu banyak keterikatan, menjual beberapa barang lebih sulit daripada yang lain. "(Aku merasa sulit berpisah dengan) pakaian bayi putriku yang sudah besar," katanya.
"Tetapi aku bisa mengatasi perasaan sentimental mengetahui bahwa uang dari penjualan pakaiannya akan digunakan untuk dana kuliahnya," sambungnya.
Soberal mengatakan, tamu pernikahannya bahagia dan terkesan ketika dia memberi tahu mereka bagaimana dia membantu membayar pernikahannya. "Kebanyakan orang tidak menyadari berapa banyak uang yang mereka miliki di lemari dan pakaian mereka. Orang-orang tidak benar-benar berpikir bahwa ini akan menjadi pasar yang menguntungkan dan memang begitu," ungkapnya.
Advertisement
Pengertian Thrift Shop
Thrift shop adalah istilah yang hadir setelah adanya istilah lain mengenai penjualan barang bekas seperti preloved, second hand, atau pasar loak. Saat ini orang lebih banyak menggunakan istilah thrift shop untuk mendefinisikan tempat yang menjual barang bekas, dikutip dari kanal Hot Liputan6.com.
Bagi sebagian orang, thrift shop adalah istilah yang lebih keren. Thrift shop adalah pilihan bagi yang ingin terus tampil fashionable, tanpa harus menambah limbah pakaian. Selain itu, thrift shop adalah pilihan yang bagus untuk mendapat pakaian berkualitas bahkan bermerek.
Penggunaan istilah thrift shop di Indonesia sedikit berbeda dengan penggunaannya di negara lain seperti AS dan Inggris. Di luar negeri, thrift shop adalah istilah yang digunakan untuk toko yang menjual barang bekas dan hasil penjualannya disumbangkan sebagai bagian dari amal.
Istilah thrift atau toko amal mulai muncul di Inggris pada 1899. Saat itu ada sebuah toko amal yang menjual barang-barang yang dibuat oleh orang tunanetra untuk mengumpulkan uang bagi masyarakat.
Aksi ini kemudian meluas dan penggalangan dana mulai banyak dilakukan dengan menjual barang-barang bekas. Saat itu, izin mendirikan thrift shop adalah bahwa semua barang yang ditawarkan untuk dijual adalah hadiah. Pembelian untuk dijual kembali dilarang. Seluruh hasil penjualan harus diserahkan ke Palang Merah atau organisasi amal.
Pada awal 2010-an, berbelanja di toko amal menjadi cukup populer di Amerika Serikat. Toko amal inilah yang disebut dengan thrift shop. Orang yang biasa berbelanja di thrift shop adalah orang yang peduli pada lingkungan. Ini karena ini menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan biasanya akan mengurangi kerusakan lingkungan dibandingkan dengan membeli barang baru.
Manfaat Berbelanja di Thrift Shop
Bisa menemukan pakaian berkualitas
Pakaian di thrift shop biasanya berkualitas tinggi. Tak jarang mereka adalah pakaian bermerek terkenal. Mereka sudah tahan digunakan oleh satu orang dan masih memiliki nilai jual kembali. Ini artinya mereka bukanlah pakaian yang mudah rusak yang biasanya meregang dan kehilangan bentuknya setelah beberapa kali dicuci.
Harga terjangkau
Salah satu alasan banyak orang memilih pergi ke thrift shop adalah harganya yang terjangkau. Pakaian di thrift shop bahkan bisa ditemukan dengan harga Rp5 ribu. Ada pula yang menjual pakaian di thrift shop dengan harga tidak lebih dari Rp20 ribu.
Bisa menemukan pakaian unik
Di thrift shop bisa menemukan pakaian unik yang bahkan langka atau tidak mudah ditemukan orang lain. Berbeda dengan pakaian di industri fashion yang biasanya punya model dan bentuk yang sama. Menggunakan pakaian yang unik pastinya akan membuat lebih percaya diri.
Mengurangi penimbunan
Saat membeli pakaian di thrift shop, secara langsung kamu sudah membantu mengurangi penimbunan pakaian. Pertama dengan membeli pakaian bekas, kamu membantu orang untuk tidak menimbun pakaian. Kedua, dengan membeli pakaian bekas, ada investasi keuangan yang jauh lebih kecil di setiap item. Anda jadi bisa lebih berhemat.
Advertisement