Liputan6.com, Jakarta - Warisan adalah kata yang bergema kuat menyusul berita Ratu Elizabeth II meninggal dunia. Yang Mulia berpulang "dalam damai" di usia 96 tahun pada Kamis, 9 September 2022, waktu Skotlandia.
Ketika peran monarki bergeser selama 70 tahun pemerintahannya, Ratu tetap jadi sosok Inggris klasik yang populer dan dapat dikenali, melansir Elle, Sabtu (10/9/2022). Seperti nada pemerintahannya, pendekatan busana Yang Mulia adalah tentang kepercayaan diri yang tenang, serta menghargai gaya pribadi daripada mengedepankan tren mode.
Advertisement
Baca Juga
Konsistensi itu kemudian meninggalkan warisan perjalanan mode yang membuktikan pelajaran dalam integritas identitas tidak tergoyahkan. Warisan fesyen Ratu Elizabeth II juga soal cara berkomunikasi yang cerdas, sering kali diremehkan, dengan rakyatnya, yang dimulai sejak ia dewasa di Inggris pascaperang.
Menikah di Westminster Abbey pada November 1947, gaun pengantinnya dibuat menggunakan satin duchess yang dibeli dengan kupon. Kendati tetap dirancang desainer top Norman Hartnell, pesan bahwa ia membeli kain melalui sifat "sama seperti kita" adalah salah satu kekerabatan yang tidak hilang di Inggris saat itu.
Sepanjang masa pemerintahannya, pilihan mode lain lebih diplomatis dan signifikan dalam pesan. Tiba di Irlandia pada 2011, pengusa takhta Inggris pertama yang melakukannya dalam 100 tahun, Ratu mengenakan busana berwarna hijau yang sangat spesifik.
Tidak terlalu zamrud, tidak terlalu berani, itu adalah pilihan hati-hati yang mengesankan Yang Mulia tidakakan merebut kembali Irlandia, tapi malah membuktikan penghormatan sensitif pada momen penting.
Keterikatan Lebih Sentimental
Keputusan busana lain memiliki keterikatan lebih sentimental. Salah satunya tertuju pada bros yang dipakai Ratu Elizabeth II untuk pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton pada 2011. Di antara kekayaan permata warisannya, ia memilih The True Lover's Knot, yang terbesar dalam koleksinya.
Desainnya yang manis seperti busur adalah lambang dari arti penting hari itu, juga sebagai nenek yang bangga untuk garis suksesi. Setelan busana, topi berpinggiran, sepatu hak paten, dan tas tangan Launer bergagang atas adalah ikon mode langganan lainnya dari lemari Ratu.
Seorang Monarch yang berdedikasi, yang selalu mengutamakan pelayanan, masuk akal jika ia memperlakukan pendekatan dalam berpakaian dengan formula yang begitu ketat. Juga, harus dicatat betapa feminimnya potongan-potongan ini secara tradisional.
Pesan yang dikirim ke persemakmuran dan dunia lebih luas adalah kekuatan feminin tidak pernah terintimidasi oleh pertemuan pejabat senior yang dijadwalkan buku hariannya atau jadi korban kebutuhan berpakaian untuk "mengikuti pria."
Advertisement
Warisan dalam Budaya Pop
Selain itu, Ratu Elizabeth II juga telah direferensikan dalam budaya pop lebih dari siapa pun dalam masa hidupnya, dengan banyak penghormatan yang menunjukkan bagaimana perasaan masyarakat tentang monarki pada saat tertentu, menurut Vanity Fair. Ratu dalam representasi budaya pop adalah sosok yang bisa tegas atau baik hati, tragis atau lucu, buram atau transparan.
Lagu Her Majesty yang ditulis Paul McCartney dimasukkan sebagai lagu tersembunyi di album The Beatles, Abbey Road. Pada tahun album itu dirilis, McCartney mengatakan pada seorang jurnalis bahwa ia menulis "lagu pendek" di Skotlandia. "Saya tidak pernah tahu, seperti, bagaimana nada-nada itu keluar. Saya hanya menulisnya sebagai lelucon," ia mengatakan.
Namun dalam sebuah wawancara tahun 2015 dengan Esquire, McCartney mengakui bahwa, ketika masih muda, ia mengagumi Ratu. "Ketika kami tumbuh dewasa, ia sangat manis … Kami berusia 11 tahun, ia berusia 21 tahun dan cantik. Saya seharusnya tidak mengatakan ini tentang Yang Mulia tapi kami, sebagai anak sekolah, kami berkata, 'Lihatlah dia!'" ia bercerita.
Andy Warhol pernah berkata, "Saya ingin jadi setenar Ratu Inggris." Dan pada 1985, sang seniman memberi penghormatan pada Ratu dalam seri sablon Reigning Queens-nya. Empat bagian menampilkan Elizabeth sebagai simbol dua dimensi, sebuah gambar berdasarkan potret Ratu karya Peter Grugeon yang dirilis pada 1977 untuk Silver Jubilee-nya, yang kemudian dilapis Warhol dengan blok warna khas.
Pada 2012, Ratu Elizabeth II tampaknya merangkul citra Warhol yang sekarang ada di mana-mana dengan membeli empat potret untuk Royal Collection-nya dan memajangnya selama pameran di Kastil Windsor.
Satir Politik dan Video Musik Kontroversial
Bagaimana Ratu menghadapi situasi jika tiba-tiba dipaksa hidup seperti orang Inggris kelas bawah yang normal? Itulah yang dibayangkan penulis Sue Townsend dalam novel larisnya The Queen & I, mengarang skenario di mana Partai Republik Rakyat terpilih menendang Windsors keluar dari Istana Buckingham dan menyuruh mereka bekerja.
Townsend bersenang-senang dalam satir politiknya, menciptakan alam semesta paralel di mana Ratu, seorang gila kerja, bekerja keras di rumah kelas pekerjanya, belajar bagaimana menganggarkan dana pensiun negara. Pangeran Charles, sementara itu, berambut gondrong dan masuk penjara.
Seperti yang digambarkan Liz Windsor dalam bukunya, "Saya tidak punya uang; British Telecom mengancam saya dengan pemutusan hubungan; ibu saya mengira ia hidup pada tahun 1953; suami saya mati kelaparan; putri saya telah berselingkuh dengan tukang karpet saya; anak saya akan diadili pada hari Kamis; dan anjing saya memiliki kutu...."
Lalu, tiga tahun setelah menari bersama George Michael dalam animasi, tepatnya pada 2005, Ratu Elizabeth tampil di video musik yang lebih kontroversial: lagu U Don’t Know Me dari duo elektronik Basement Jaxx. Seorang peniru Ratu meninggalkan Istana Buckingham untuk menikmati malam yang liar di kota, membuat MTV menolak memutar video musik tersebut sebelum pukul 7 malam.
Advertisement
Upacara Pembukaan Olimpiade 2012 sampai The Crown
Ratu lebih sukses memasukkan dirinya dalam budaya pop pada 2012, ketika ia bekerja sama dengan pembuat film Trainspotting Danny Boyle dan James Bond sendiri, Daniel Craig. Mereka memfilmkan tayangan komedi nakal untuk upacara pembukaan Olimpiade 2012 di London.
Dalam parodi Bond, 007 menjemput Ratu Elizabeth dari Istana Buckingham sebelum aktor akrobat pengganti mereka terjun payung ke tempat upacara pembukaan Olimpiade. Kamera kemudian memotong ke arena yang sebenarnya, bersorak keras ketika Ratu Elizabeth didampingi Pangeran Philip muncul di kursi VIP.
Hingga akhirnya The Crown tayang pada 2016. Itu disebut sebagai serial "penghormatan paling rumit dan terperinci untuk monarki dalam masa hidup Ratu." Dibantu konsultan sejarah dan etiket untuk memastikan akurasi seri, dua musim pertama adalah studi karakter yang sangat bagus tentang Ratu (yang diperankan Claire Foy).
Alur cerita menjahit peristiwa publik bersejarah dengan alur cerita pribadi fiksi untuk memberi penonton potret bernuansa penguasa dan evolusinya selama beberapa dekade. Musim ketiga melaju tepat waktu, dengan karakter Ratu dimainkan Olivia Colman saat ia bergulat dengan usia paruh baya.
Lalu, musim keempat terbaru mengalihkan fokusnya ke Putri Diana (Emma Corrin) dan Pangeran Charles (Josh O'Connor), dengan Elizabeth mengambil peran latar belakang pendukung pada serial untuk memberi ruang bagi generasi muda.