Inovasi Sepatu yang Diklaim Bisa Bikin Orang Jalan 250 Persen Lebih Cepat

Alas kaki ini kemudian diklaim sebagai sepatu tercepat di dunia.

oleh Asnida Riani diperbarui 28 Okt 2022, 17:25 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2022, 17:01 WIB
Shift Robotics
Shift Robotics merilis sepatu yang diklaim membuat orang berjalan 250 persen lebih cepat bernama Moonwalkers. (dok. Instagram @shiftrobotics/https://www.instagram.com/p/Cc8nHxgvwab/)

Liputan6.com, Jakarta - Insinyur robotika mengklaim bahwa mereka telah menemukan "sepatu tercepat di dunia." Itu disebut akan membuat orang dengan mudah berjalan dengan kecepatan mencapai 11,3 km/jam, seperti dilansir dari New York Post, Jumat (28/10/2022).

Alas kaki bertenaga baterai yang disebut Moonwalkers, terlihat seperti roda yang dapat diikat ke sepatu biasa. Tapi, sepatu tersebut kabarnya didukung AI dan algoritme yang memungkinkan pengguna berjalan normal tanpa kontrol tangan, seperti pada pengguna sepatu roda konvensional.

"Moonwalker bukan skate. Mereka sepatu. Sepatu tercepat di dunia sebenarnya," Xunjie Zang, pendiri dan CEO Shift Robotics, menulis di situs web perusahaan. "Anda tidak berseluncur ketika memakainya. Anda berjalan. Anda tidak harus belajar cara menggunakannya, sepatu belajar dari Anda."

Zang menambahkan bahwa Moonwalker "bukan sesuatu yang Anda kenakan dan goyangkan." "Mereka adalah tambahan yang direkayasa untuk sepatu Anda yang Anda ikat dan berjalan dengan kecepatan seperti berlari," imbuhnya.

Perusahaan menyatakan dengan teknologi ini, Anda dapat naik dan turun tangga atau berhenti di persimpangan tanpa takut bertabrakan. Seri sepatu The Moonwalkers mulai dipasarkan pada Senin, 24 Oktober 2022 sebagai bagian dari kampanye Kickstarter.

Seri sepatu tersebut nantinya diharapkan rilis secara resmi pada Maret 2023 dengan harga eceran 1.399 dolar AS (sekitar Rp21,8 juta) per pasang. Mereka beroperasi dengan prinsip seperti pengguna berjalan kaki di sepanjang "jalan yang bergerak," menurut Kickstarter.

Inspirasi Desain

Shift Robotics
Shift Robotics merilis sepatu yang diklaim membuat orang berjalan 250 persen lebih cepat bernama Moonwalkers. (dok. Instagram @shiftrobotics/https://www.instagram.com/p/Cc8kz3EvZnH/)

Seri "sepatu tercepat di dunia" ini dilengkapi motor dan daya 300 watt yang dapat diisi ulang dengan pengisi daya USB-C PD, menurut situs web. Sepatu tersebut diduga memiliki jangkauan antara 8--11 kilometer dan berat masing-masing sekitar 1,9kg dengan jarak rem sekitar 0,9 meter di jalan kering.

Inspirasi pembuatan sepatu itu datang ketika pendirinya hampir tertabrak mobil saat mengendarai skuter untuk bekerja, menurut Kickstarter. Xunjie, yang lulus dari Institut Robotika Carnegie Mellon, bekerja sama dengan para insinyur, ahli robot, dan perancang sepatu kets.

Mereka berupaya "mengemas semua yang Anda temukan di kendaraan listrik" ke dalam sepatu, katanya. Ini tentu bukan kali pertama desainer teranyar sepatu menarik perhatian publik.

Sebelum ini, sekelompok "ahli" teori konspirasi pemujaan Yesus membuat kehebohan di media sosial setelah menyatakan bahwa sepatu baru Reebok adalah "setan" dan terinspirasi dari iblis. Sebuah unggahan Facebook, akhir bulan lalu, merinci kecurigaan atas sepatu kets tersebut, dan meledak dengan lebih dari 15 ribu reaksi.

Desain yang Timbulkan Teori Konspirasi

Reebok
Sepatu Reebok Classic Leather Tabi Décortiqué Low disebut terinspirasi tapak kaki setan. (dok. Reebok)

Sepatu tersebut, Reebok Classic Leather Tabi Décortique Low, dirancang dalam proyek bekerja sama dengan merek mewah Prancis Maison Margiela. Alas kaki tersebut dirilis pada Januari 2022. Fiturnya yang menonjol berupa bifurkasi di tengah ujung sepatu, yang terinspirasi decortique, sebagai dekonstruksi struktur sepatu, Reebok menjelaskan di akun Instagram-nya, awal tahun ini.

"Sebuah revolusi proporsi artistik dan evolusioner, Reebok Classic Leather Decortique Tabi Low adalah sebuah ode untuk sejarah dan inovasi," tulis mereka.

Namun, pendapat ini tampaknya tidak disetujui halaman Facebook Prophecy News. Mereka membandingkan desain potongan dengan kuku terbelah Baphomet, dewa pagan berkepala kambing yang populer di kalangan pemuja setan.

"Sepatu baru Reebok memiliki rupa kaki kambing Baphomet," kata organisasi keagamaan tersebut, yang mengabdikan dirinya untuk menyebarkan "nubuat terbaru dari para nabi Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus selama hari-hari terakhir muka Bumi."

Mereka menambahkan, "Para penguasa dunia ini semakin terbuka dan jelas siapa yang mereka sembah. Pastikan untuk membuka mata Anda, dan jangan terjebak dalam ritual mereka."

Sepatu Berbahan Mainan Seks Cacat

Sepatu Plastic Soul, sepatu daur ulang dibuat menggunakan bahan sex toys yang cacat produksi. (Dok: Instagram Plastic Soul)
Sepatu Plastic Soul, sepatu daur ulang dibuat menggunakan bahan sex toys yang cacat produksi. (Dok: Instagram Plastic Soul)

Di kasus lain, sebuah label streetwear memutuskan berkolaborasi dengan raksasa di industri mainan seks. Mereka mendaur ulang bahan sisa mainan tidak terpakai dan tidak lolos standar produksi untuk dijadikan produk sepatu. 

Modelnya terlihat sangat mirip dengan Merrell's Hydro Moc atau Yeezy's Foam Runners yang populer. Sepatu itu dinamai Plastic Soul yang 15 persen komposisinya terbuat dari bahan mainan seks cacat. Sisanya adalah EVA non-pemutih, busa berbasis minyak bumi yang sulit didaur ulang.

Ide membuat sepatu datang dari David Teitelbaum, pendiri Rose in Good Faith, dan Chad Braverman, Chief Operating Officer untuk Doc Johnson, perusahaan mainan dewasa yang didirikan ayahnya pada 1976. Mereka mengembangkan Plastic Soul lebih dari dua tahun lalu.

Meski bentuknya mirip Yeezy, popularitasnya tidak ada apa-apanya dibandingkan label sepatu milik Kanye West tersebut. Hal itu tidak terlalu sesuai dengan promosinya yang mengklaim sebagai pilihan utama produk berkelanjutan. Namun, kedua pengusaha asal Los Angeles tersebut tetap bangga.

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air.
Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya