6 Fakta Menarik Tunisia, Negeri yang Menjembatani Gurun Sahara

Tunisia adalah satu-satunya negara demokrasi di Dunia Arab dengan hampir setengah wilayah tanahnya bagian dari Gurun Sahara.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 10 Nov 2022, 08:36 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi Tunisia
Negara Tunisia. (Dok: Instagram @nadobsession)

Liputan6.com, Jakarta - Tunisia, negara yang terletak di Afrika Utara memiliki garis pantai Laut Mediterania yang mudah diakses dan lokasi strategis. Tunisia telah menarik para penakluk dan pengunjung selama berabad-abad aksesnya yang dekat ke Sahara telah membawa orang-orangnya berhubungan dengan penduduk pedalaman Afrika.

Mengutip dari Britannica, Kamis (10/11/2022), wilayah Tunisia berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat, Libya di tenggara, dan Laut Mediterania di utara dan timur. Populasi Tunisia diperkirakan hanya sekitar 10,8 juta. Nama Tunisia sendiri berasal dari ibu kotanya, Tunis, yang terletak di pantai timur laut Tunisia.

Secara geografis, Tunisia terletak di ujung timur Pegunungan Atlas dan bagian utara dari gurun Sahara. Dengan garis pantai sepanjang 1300km yang menghadap Laut Mediterania. Sebanyak 40 persen tanahnya merupakan bagian dari Gurun Sahara dan sisanya merupakan tanah subur.

Tunisia adalah satu-satunya negara demokrasi di Dunia Arab. Ia memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi. Setelah mencapai kemerdekaan pada 1956, Tunisia mengejar agenda sosial progresif dan berusaha memodernisasi ekonominya.

Masih banyak hal lainnya mengenai Tunisia, berikut enam fakta menarik Tunisia yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber. 

1. Sistem Pemerintahan

Tunisia diketahui memiliki sistem pemerintahan republik semi-presidensial dengan bahasa Arab sebagai bahasanya dan Islam sebagai agamanya. Negara ini menjanjikan kebebasan berekspresi dan hak untuk membentuk partai politik dan asosiasi, serta kebebasan beragama.

Legislatif unikameral di bawah konstitusi 2014 dibubarkan pada Maret 2022. Setelah pemilihan yang dijadwalkan pada Desember 2022, legislatif akan menjadi bikameral sesuai dengan konstitusi 2022. Majelis rendah, yang disebut Majelis Perwakilan Rakyat, memulai undang-undang, asalkan RUU diajukan oleh setidaknya 10 anggota dan mempertimbangkan masalah anggaran.

Anggotanya akan dipilih secara populer untuk masa jabatan lima tahun. Majelis tinggi, yang disebut Majelis Nasional Daerah dan Distrik, memiliki kekuatan untuk mencabut kekebalan dari legislator, tetapi perannya dalam proses legislatif sebagian besar tidak ditentukan dan akan ditentukan oleh undang-undang.

Anggotanya akan dipilih oleh dewan regional dan distrik dalam jangka waktu yang tidak ditentukan secara konstitusional. Tugas konstitusional tertentu harus dilakukan oleh kedua majelis, seperti pemberhentian pemerintah dengan dua pertiga suara.

 

2. Etnis

Tunisia dengan latar Gurun Sahara
Tunisia dengan latar Gurun Sahara. (Dok: Instagram @simoneromeo.ph)

Pada zaman kuno, Tunisia terutama dihuni oleh Suku Berber. Migrasi kaum Fenisia dimulai pada abad ke-12 SM, migrasi ini dipimpin oleh Carthage. Sebuah saingan Yunani yang hampir dihancurkan Kekaisaran Romawi pada Perang Punisia Kedua, Carthage akhirnya dikalahkan orang Romawi dalam Pertempuran Carthage pada 149 SM.

Kekaisaran Romawi memperkenalkan Agama Kristen dan seni arsitektur, termasuk amfiteater El Djem. Tunisia ditaklukkan orang Arab pada abad pertama Hijriah, diikuti oleh Kesultanan Utsmaniyah antara tahun 1534.

Kesultanan Utsmaniyah tersebut menguasai Tunisia selama lebih dari tiga ratus tahun. Penaklukan Prancis atas Tunisia terjadi pada 1881. 

Orang Tunisia merupakan orang yang berpikiran independen yang bangga dengan campuran kaya pengaruh asli dan asing yang membentuk karakter nasional mereka. Negara Arab-Muslim mereka sangat diilhami oleh budaya Prancis selama 75 tahun protektorat, yang berakhir pada 1956.

Tunisia merdeka pada 1957 sebagai negara republik yang didirikan Habib Burquibah. Pada 2011, terjadi Revolusi Tunisia yang mengakibatkan penggulingan Presiden Zine El Abidine Ben Ali.

Kini budaya Tunisia sangat beragam, sebagian karena periode yang lama Ottoman dan kemudian Prancis memerintah tetapi juga karena populasi orang Yahudi dan Kristen telah hidup di antara mayoritas Muslim selama berabad-abad. Demikian ibu kotanya, yaitu Tunis memadukan pasar dan masjid Arab kuno dan gedung perkantoran bergaya modern menjadi salah satu kota paling tampan.

 

 

3. Gurun Sahara

Heboh, Hujan Salju Turun di Gurun Sahara Pertama Kalinya Setelah 50 Tahun
Doc: Arab News

Sahara meliputi sebagian besar Tunisia. Nama Sahara berasal dari bahasa Arab aḥrāʾ yang berarti gurun terbesar, gurun di dunia. Mengisi hampir seluruh Afrika utara luasnya sekitar 3.000 mil (4.800 km) dari timur ke barat dan antara 800 dan 1.200 mil dari utara ke selatan dan memiliki luas total sekitar 3.320.000 mil persegi (8.600.000 km persegi).

Area sebenarnya bervariasi saat gurun mengembang dan menyusut seiring waktu. Sahara berbatasan di barat dengan Samudra Atlantik, di utara dengan Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania, di timur dengan Laut Merah dan di selatan dengan Sahel yaitu wilayah semi-kering yang membentuk zona transisi antara Sahara.

Nama Sahara juga terkait dengan kata sifat aṣḥar yang berarti seperti gurun dan membawa konotasi kuat dari warna kemerahan dari dataran tanpa vegetasi. Ada juga nama asli untuk wilayah tertentu seperti wilayah Tanezrouft di barat daya Aljazair dan wilayah Ténéré di tengah Niger yang sering kali berasal dari Berber.

4. Penghasil Minyak Zaitun

Minyak zaitun merupakan emas di Mediterania, bagian dari makanan sehari-hari. Bahkan masyarakatnya tidak bisa makan apa pun tanpa minyak zaitun. Untuk Tunisia, minyak zaitun mewakili 40 persen dari ekspor pertanian seluruh negeri, dan mengekspor sebagian besar ke negara-negara misalnya Amerika Serikat, termasuk yang mendominasi Italia dan Spanyol.

Namun faktanya pada 2015, Tunisia sempat memimpin dunia dalam ekspor minyak zaitun melampaui Italia dan Spanyol. Negara-negara ini saat itu pernah mengalami panen terburuk dalam beberapa tahun karena cuaca buruk dan serangan hama.

Masalahnya ketika Spanyol dan Italia mengimpor, mereka tetap mengemas minyak zaitun sebagai milik mereka dan Tunisia tidak diakui sebagai penghasil minyak tersebut. Hal ini yang juga terjadi pada Spanyol dengan minyak yang diekspornya ke Italia. Tapi kini sudah dimulai Tunisia berkampanye untuk botol minyak di banyak negara dan mereka memiliki label buatan Tunisia.

5. Pariwisata

Tunisia negara di Afrika Utara
Tunisia negara di Afrika Utara. (Dok: Instagram @marambenazizaofficial dan @issam_mh)

Berbagai lokasi wisata Tunisia yang direkomendasikan salah satunya adalah Sbeitla. Wisatawan dapat melihat dan mengenal peninggalan kekaisaran Romawi si Sbeitla.

Dulunya Sbeitla juga dikenal dengan Sufetula karena menjadi kawasan penghasil minyak zaitun. Bahkan kawasan Sbeitla adalah pusat industri olive oil di masa lalu.

Berbagai bentuk infrastruktur mewah dapat dijumpai di kota ini misalnya kolam pemandian mewah, alun-alun yang megah, teater, dan gapura-gapura besar. Sbeitla dikenal sebagai kota termakmur di Tunisia.

Selanjutnya ada Chott el Jend sebagai destinasi wisata berupa padang pasir yang dulu digunakan saat syuting film Star Wars. Gurun tersebut begitu luas mencapai hingga 5 ribu km persegi.

Secara geografis wilayah ini termasuk bagian padang gurun Sahara. Penggemar Star Wars haruslah datang ke gurun Chott el Jerid yang ditampilkan sebagai lokasi Planet Tatooine.

Tempat wisata terkenal lainnya adalah Kairouan yang menawarkan tur untuk melihat masjid-masjid di Tunisia bersejarah dan memiliki arsitektur unik. Kairouan sendiri merupakan kota yang didirikan tahun 670 M dan sempat jadi pusat studi agama.

6. Kuliner

Ada begitu banyak hidangan khas Tunisia, salah satunya Kafteji. Kafteji adalah hidangan tradisional Tunisia yang dibuat dengan sayuran goreng.

Sayuran khas yang digunakan dalam hidangan termasuk terong, paprika, kentang, tomat, zucchini, dan labu. Sayurannya digoreng, dicincang, lalu dipadukan dengan (sering digoreng) telur dan bumbu.

Santapan ini sering ditaburi peterseli atau ketumbar, dan kemudian disajikan sebagai pelengkap unggas atau ikan, meskipun bisa dimakan apa adanya. Kafteji juga merupakan makanan jalanan Tunisia yang populer, sering disajikan dalam baguette.

Kemudian untuk camilannya khasnya Bambalouni, yaitu donat tradisional Tunisia yang sangat populer di desa Sidi Bou Said. Mereka dibuat dengan tepung, air panas, ragi, dan garam. Setelah adonan jadi, goreng dalam minyak panas sampai berwarna cokelat keemasan, lalu ditaburi gula pasir di atasnya. Disarankan untuk menyajikan bambalouni dengan kopi, baik untuk sarapan atau sebagai camilan yang dimakan di penghujung hari.

INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya