Liputan6.com, Jakarta - Terdapat banyak konten di media sosial dan setiap harinya ada saja yang viral. Baru-baru ini, sederet video seorang influencer TikTok bernama Ella tengah jadi sensasi online.
Mengutip New York Post, Rabu, 18 Januari 2023, TikToker itu menjadi ahli dalam mendapatkan barang-barang mewah secara gratis dengan mengobrak-abrik tempat sampah. Konten "penyelaman glamor," sebagaimana disebut Ella, sangat mengejutkan para pengikut akun TikTok-nya.
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah video, baru-baru ini, ia menyelami tempat sampah di department store Macy dan memamerkan temuannya. Ini termasuk produk makeup mahal yang sama sekali belum dibuka dari merek, seperti Estée Lauder dan MAC.
"Saya membongkar tempat sampah di Macy's dan menemukan tas ini penuh kotak (produk) Dior dan Coach," katanya dalam klip viralnya. "Sepertinya ada beberapa barang bagus di sini. Saya sangat bersemangat untuk membuka tas ini."
Ia kemudian mendapati palet eyeshadow pelangi, parfum, produk perawatan kulit, lipstik Tom Ford, lipgloss, eyeliner, dan wewangian YSL. Pengikutnya tercengang dengan penemuan tersebut dan ingin melakukan hal yang sama di mal dekat tempat tinggal mereka.
"Saya benar-benar ingin melakukan ini, tapi saya sangat gugup," tulis satu orang, sementara yang lain berkomentar, "Saya suka membongkar tempat sampah. Itu sangat menyenangkan."
Seorang pengguna menambahkan, "Saya harus mulai melakukan ini." Yang lain menimpali, "Saya rindu membongkar tempat sampah. Saya sering melakukannya di sekolah menengah, saya mendapat banyak barang."
Temuan di Berbagai Toko
Pengguna TikTok lainnya berkomentar, “Saya benar-benar bekerja di Macy's dan sangat kesal karena harus membuang produk yang hampir tidak terpakai." "Saya akan terlalu takut dan malu untuk melakukannya," timpal yang lain.
Ella pergi berburu sampah di banyak toko, seperti Ulta Beauty, Bath & Body Works, serta TJ Maxx, dan selalu mendokumentasikan temuannya. Di TJ Maxx, rantai department store AS, Ella mengungkap ia menemukan kalung berlian sekaligus pengeriting rambut.
Limbah industri kecantikan telah jadi sorotan, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Meski peningkatan kualitas telah fokus pada keberlanjutan, industri kecantikan dan perawatan kulit tidak berbuat banyak untuk mengatasi limbah, kata para kritikus, lapor Vogue Business.
Sama seperti pakaian, limbah dimasukkan ke dalam model bisnis kecantikan. Sebagian besar fokus menghilangkan limbah sejauh ini hampir selalu tentang pengemasan, namun "mengabaikan sumber sampah lain."
Limbah industri kecantikan dihasilkan penguji formula, produk yang tidak terjual atau dikembalikan, dan item yang kedaluwarsa di gudang atau di rak toko. Yang menambah masalah adalah kurangnya data tentang berapa banyak yang benar-benar terbuang percuma, serta kurangnya solusi untuk mengelola limbah tersebut dengan lebih baik.
Advertisement
Sulitnya Menghitung Limbah Produk Kecantikan
Dengan pengecer mengirimkan inventaris yang tidak terjual kembali ke merek, produk kedaluwarsa atau dihentikan dikirim ke TPA, dan produk yang tidak terpakai duduk di rumah pelanggan, tidak mungkin menentukan jumlah sebenarnya dari limbah industri kecantikan.
Arnaud Plas, salah satu pendiri dan CEO Prose, mengatakan bahwa ia telah melakukan penelitiannya sendiri dan memperkirakan bahwa antara 20 dan 40 persen produk kecantikan, bergantung pada kategorinya, berakhir jadi limbah. Yang jelas, menurut beberapa pakar industri, jumlahnya sangat besar.
Beberapa di antara ahli itu juga mengatakan bahwa industri kecantikan "sengaja tidak melacak limbahnya." Sejumlah merek baru, yang berspesialisasi di produk kecantikan yang dibuat sesuai pesanan, seperti Prose dan Pure Culture Beauty, mengatakan bahwa model mereka dapat membantu mengurangi masalah tersebut.
Potensi dampaknya tidak hanya bergantung pada pembelian konsumen, tapi juga kemampuan menggeser pola pikir industri kecantikan secara lebih luas. Walau tidak akan terjadi secara instan, perusahaan yang menawarkan personalisasi dinilai dapat jadi salah satu solusi.
Mengelola Limbah Produk Kecantikan
Ketika berbicara tentang mengelola limbah produk kecantikan, konsultan keberlanjutan Celeste Tesoriero berkata, "Sayangnya, banyak tanggung jawab ada pada kami sebagai pelanggan, dan seharusnya tidak demikian," lapor The Guardian.
Tesoriero menggambarkan industri kecantikan sebagai "sangat ketinggalan zaman" dalam hal keberlanjutan dan mengatakan tingkat limbahnya "astronomis." Tesoriero menyebut, konsumen harus menggunakan suara mereka untuk menormalkan keberadaan pilihan kecantikan yang etis dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Satu hal yang mulai sering saya lakukan adalah berjalan ke konter dan bertanya di mana produk yang etis dan berkelanjutan, yang menciptakan permintaan untuk staf," sebutnya.
Melihat ke dalam lemari kamar mandi bisa tampak menakutkan. Tapi, bertanggung jawab atas limbahnya, dan mendorong merek yang bertanggung jawab untuk mengubah cara bisnis mereka bukan sesuatu yang mustahil.
Tesoriero menunjuk pada pergeseran konsumsi mode. Selama bertahun-tahun, industri fesyen menghadapi kritik karena masalah keberlanjutannya, yang menurut Tesoriero "bukan tanpa alasan." Jika publik ingin mengubah hubungan dengan pakaian demi kebaikan planet, ia yakin hal yang sama dapat dilakukan dengan produk kecantikan.
Advertisement