Liputan6.com, Jakarta - Makin banyak inisiatif untuk mengurangi produksi sampah, khususnya sampah kemasan plastik, diluncurkan. Salah satunya adalah Gerakan Guna Ulang Jakarta yang bertujuan untuk mewujudkan ekosistem yang mendukung gaya hidup guna ulang di ibu kota.
"Revolusi guna ulang ini adalah sebagai lanjutan dari aksi pengurangan sampah," kata Executive Director Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Tiza Mafira pada acara media gathering di Kemang, Kamis, 23 Februari 2023.
Baca Juga
"Budaya lama gaya baru, bagi warga DKI Jakarta menjalankan gaya hidup guna ulang sekarang pun menjadi lebih mudah karena adanya Gerakan Guna Ulang Jakarta," lanjut dia.
Advertisement
Guna ulang merupakan komponen pertama pengendalian produksi sampah menurut prinsip 3R, yakni reuse, reduce, dan recycle. Dengan guna ulang, sampah kemasan yang dihasilkan bisa ditekan, bahkan tidak ada.
Tiza menyebutkan ada empat skema penerapan prinsip reuse untuk membiasakan budaya guna ulang. Skema pertama yaitu refill at home, yakni konsumen mengisi ulang produk-produk di rumah dengan wadahnya sendiri.
Berikutnya adalah return at home. Prinsipnya, kemasan pakai ulang akan dijemput, lalu disanitasi sesuai standar dan dipakai lagi oleh konsumen lain.
Skema ketiga adalah refill on the go. Artinya, konsumen membawa wadah sendiri dan mengisi di toko atau outlet yang memiliki mesin refill. Skema keempat return on the go. Caranya adalah konsumen pergi ke toko atau outlet atau drop-off point untuk mengembalikan kemasan guna ulangnya.
Kendala Utama Penerapan Prinsip Guna Ulang
Menurut Tiza, penerapan skema refill dan return masih terkendala persepsi publik yang masih menganggap gaya hidup ini ribet dan mahal. "Kita harus ubah persepsinya. Bahwa dengan gaya hidup ini, kita tidak lagi membeli kemasan namun hanya isi nya saja sehingga tidak perlu ada dana lebih untuk membeli kemasan," kata Tiza.
"Gerakan guna ulang bisa lebih rendah emisi, karena mengurangi produksi plastik dari bahan mentah maupun daur ulang, dan limbah di pembuangan tingkat akhir juga tidak ada," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan rintisan (start-up) yang dibina ZWLL Enviu. Produknya terdiri dari Alner, ALLAS dan QYOS.
"Alner, ALLAS dan QYOS telah membantu masyarakat Jakarta untuk menjalankan prinsip pakai-habiskan-kembalikan dengan menyediakan kemasan guna ulang untuk produk rumah tangga, homecare, hingga makanan dan minuman," kata Darina Maulana, Indonesia Program Lead, Enviu, Zero Waste Living Lab pada kesempatan yang sama.
Alner menjual kebutuhan harian dengan kemasan guna ulang di lebih dari 100 titik yang melibatkan ibu-ibu PKK, komunitas, termasuk sejumlah bank sampah. ALLAS yang dikhususkan untuk membantu perusahaan F&B telah bekerja sama dengan 24 mitra. Sebanyak 5000 kemasan dari seluruh mitra telah diganti menjadi kemasan sirkular ALLAS.
Advertisement
Mesin Isi Ulang untuk Tekan Sampah Kemasan
Terakhir, QYOS bermitra dengan empat grup FMCG untuk menyediakan 11 mesin isi ulang otomatis produk rumah tangga. QYOS diklaim mencegah penumpukan 100 kilogram sampah plastik.
"Kita paham bahwa kekhawatiran dari calon pengguna produk yang mayoritas ibu-ibu adalah harga yang mahal, untuk itu kita sangat mempertimbangkan agar produk ini tetap terjangkau," kata Darina.
Ramon Y. Tungka termasuk salah satu yang sudah mengadopsi gaya hidup tersebut. Mantan VJ MTV itu mengaku berusaha untuk tidak menghasilkan sampah, terutama ketika sedang berpetualang. Ia sebisa mungkin tidak membawa barang yang menjadi sampah setiap bepergian.Â
"Saya selalu membawa lap, kain yang memang saya bisa gunakan berkali-kali," ujarnya sebuah acara di Salihara Arts Center, Pasar Minggu, Selasa, 21 Maret 2023. Â
"Karena mudah dibersihkan. Ketika mengelap sepatu kotor, mengelap barang-barang saya, jadi saya nggak perlu pakai tisu lagi."
Selain membawa lap, Ramon juga selalu membawa wadah beserta peralatan makan seperti sendok, garpu, dan pisau untuk menghindari penggunaan alat makan sekali pakai, baik terbuat dari plastik, kertas, atau pun styrofoam. Ia juga menerapkan gaya hidup minim sampah itu di rumahnya.
Menurut aktor berusia 38 tahun itu, gaya hidup minim sampah membuatnya lebih hemat. "Benefit paling besarnya apa? Irit, bos," ucapnya.
Tekan Emisi dari Sampah
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan Indonesia bisa mencapai target nol emisi dari sektor sampah. Sejumlah langkah disiapkan demi mencapai target ambisius tersebut.
Sekretaris Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) KLHK, Sayid Muhadhar, menguraikan salah satu aksi mitigasi yang akan dilakukan secara bertahap dan komprehensi adalah pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan metode lahan urug saniter. Pemerintah menargetkan metode itu diterapkan di seluruh TPA pada 2025.
"Kami ingin daerah dapat merasakan manfaat dari gerakan bersih sampah. Kami di KLHK memiliki target zero emission dari sektor sampah. Komitmen kami di pusat ini kami tunjukkan dengan mendorong kabupaten/kota mulai dari gerakan bersih sampah seperti yang telah kita laksanakan tadi," kata Sayid di Bank Sampah Bersinar, Kecamatan Baleendah, Bandung, Sabtu, 18 Februari 2023, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Minggu, 19 Februari 2023.
Berdasarkan buku Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, metode lahan urug saniter yang dikenal pula dengan sebutan sanitary landfill adalah pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah. Kemudian, sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah sebagai lapisan penutup, lalu dipadatkan.
Metode ini bermaksud menggantikan open dumping yang diterapkan di TPA saat ini. Sistem itu hanya membuang sampah secara terbuka dan terbukti menimbulkan beragam masalah lingkungan, seperti bau, tidak estetis, dan jadi sumber penularan penyakit.
Advertisement