Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit warga lokal sebuah destinasi wisata merasa "gerah" dan terganggu karena wilayahnya diserbu banyak turis. Sebut saja seperti yang dilakukan warga desa di Austria yang punya cara unik untuk memerangi perilaku turis yang tak diinginkan.
Dikutip dari CNN, Kamis, 25 Mei 2023, desa di Austria yang dikabarkan telah menginspirasi film Disney bertajuk "Frozen" tersebut, memasang pagar kayu sementara di salah satu spot favorit turis untuk berfoto. Aksi tersebut dilakukan guna menghalangi mereka yang swafoto.
Baca Juga
Gunung-gunung Hallstatt yang tertutup salju hingga air sebening kristal sangat menarik bagi turis. Populasi lokasi yang dilindungi UNESCO ini kurang dari 800 orang, sementara dilaporkan destinasi ini dapat menarik hingga 10.000 pengunjung setiap hari.
Advertisement
Pada 2020, perwakilan dewan pariwisata Hallstatt mengatakan kepada CNN bahwa mereka merencanakan "fokus pada pariwisata berkualitas di masa depan". Tampaknya, hal ini hanyalah salah satu dari banyak langkah yang mereka coba.
Pagar itu adalah proyek percontohan dan hanya untuk waktu yang singkat. Namun seperti semua hal tentang desa yang banyak dibicarakan ini, itu menarik banyak perhatian global.
Dikutip dari Euronews, Kamis, 25 Mei 2023, lebih dari satu juta turis berkunjung ke destinasi wisata itu setiap tahun. Banyak dari turis yang ingin berswafoto dengan pemandangan yang terkenal itu. Fenomena overtourism yang melanda daerah tersebut mengganggu warga dengan membuat terlalu banyak kebisingan.
Destinasi Wisata Populer
Wali Kota Hallstatt Alexander Scheutz sekarang mengatakan ingin memasang spanduk di tempat yang mengingatkan turis bahwa ada orang yang tinggal di daerah tersebut. Situs Warisan Dunia UNESCO ini dihiasi rumah-rumah tradisional yang berdiri dengan latar belakang pegunungan yang dramatis dan air jernih di Hallstätter See.
Sebelum pandemi COVID-19, jutaan orang berkunjung setiap tahun dan Hallstatt sangat populer di kalangan pengunjung dari Asia Timur dan Tenggara. Destinasi ini ditampilkan di acara TV Korea pada 2006 dan replika kota dibangun di Huizhou, Provinsi Guangdong, China pada 2011.
Sekarang jumlah turis meningkat sekali lagi dan membuat daerah ini overtourism. Hallstatt telah memperkenalkan batasan harian jumlah bus dan mobil yang dapat memasuki kota.
Tapi secara teratur mencapai batas ini dan Wali Kota Scheutz mengatakan kepada pers Austria bahwa warga hanya ingin dibiarkan sendiri. Hallstatt bukan satu-satunya destinasi di Eropa yang ingin menghentikan turis berpose swafoto.
Advertisement
Kota di Italia Larang Turis Swafoto Terlalu Lama
Desa-desa Italia yang indah menderita karena overtourism. Salah satunya, Portofino, sebuah kota tepi laut kecil di Riviera Italia, telah menjadi destinasi wisata dan penduduk setempat mulai merasakan tekanan.
Dikutip dari Euronews, Kamis, 11 Mei 2023, dengan bangunan berwarna-warni yang mengelilingi air, dermaga kota yang indah adalah konten empuk untuk media sosial seperti Instagram. Di musim panas, pengunjung yang berpose swafoto menghalangi jalan-jalan.
Untuk mengatasi hal ini, Wali Kota Portofino telah memperkenalkan zona larangan menunggu. Siapa pun yang tertangkap berkeliaran di dermaga terlalu lama antara pukul 10.30 dan 18.00 berisiko didenda sebesar 270 Euro atau setara Rp4,3 juta.
Kota ini memiliki lebih dari 400 penduduk, tetapi menarik banyak turis dengan jumlah terkadang melebihi 10.000 orang. Hal tersebut mengakibatkan jalanan penuh sesak dan macet.
Larangan yang ditetapkan itu bertujuan untuk mencegah kelompok besar wisatawan berkumpul di dermaga. Larangan ini akan berlaku sampai musim liburan berakhir pada 15 Oktober 2023.
Tentang Overtourism
Dikutip dari Responsible Travel, overtourism terjadi ketika ada terlalu banyak pengunjung ke destinasi tertentu. "Terlalu banyak" adalah istilah subyektif, tetapi didefinisikan di setiap destinasi oleh penduduk lokal, tuan rumah, pemilik bisnis, dan turis.
Ketika harga sewa mendorong penyewa lokal untuk memberi jalan bagi persewaan liburan, itu adalah overtourism. Ketika jalan sempit menjadi macet dengan kendaraan turis, itu adalah overtourism.
Ketika satwa liar ditakuti, ketika wisatawan tidak dapat melihat landmark karena keramaian, ketika lingkungan yang rapuh menjadi terdegradasi, ini semua adalah tanda-tanda overtourism. Lantas, mengapa overtourism terjadi?
Industri perjalanan berfokus hampir secara eksklusif pada pertumbuhan, dengan sedikit atau tanpa perhatian terhadap dampaknya. Setelah berpuluh-puluh tahun mengalami pertumbuhan yang hampir tidak terkendali, pariwisata telah melewati ambang batas, di banyak destinasi, pariwisata kini terbukti menciptakan lebih banyak masalah daripada keuntungan.
Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mungkin satu juta turis tambahan tiba di ibu kota, atau 20 turis tambahan di komunitas kecil pedesaan. Overtourism bukan hanya masalah kota besar dan telah didokumentasikan di daerah hutan belantara dan taman nasional.
Advertisement