Cerita Dua Sahabat Kembangkan Brand Jamu di Australia Setelah Pulang dari Bali

Matt Estevez dan James Rodriguez, dua sahabat asal Australia yang berlatih di Mixed martial arts (MMA) Bali, sempat mengalami cedera dan memulihkan diri dengan minuman jamu lalu mendirikan brand jamu Dirty Clean Eats (DCE).

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 06 Jun 2023, 05:15 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2023, 05:15 WIB
Dirty Clean Eats (DCE), brand jamu yang dikembangkan dua sahabat asal Australia
Dirty Clean Eats (DCE), brand jamu yang dikembangkan dua sahabat asal Australia. (Dok: DCE)

Liputan6.com, Jakarta - Inspirasi bisa didapat dari mana saja, termasuk pengalaman. Hal itu yang terjadi saat Matt Estevez dan James Rodriguez, dua sahabat yang berlatih di Bali Mixed martial arts (MMA) hingga bisa mendirikan Dirty Clean Eats (DCE), sebuah brand jamu.

Cerita berawal saat dua sahabat itu dikenalkan minuman jamu oleh petarung MMA profesional Luke Howard. Tentu bagi orang asing, jamu terdengar unik baik nama maupun rasanya. Mereka mau mencobanya karena minuman asal Indonesia ini dikatakan bisa membantu pemulihan dan membantu peradangan.

Setelah mencobanya, sangat terasa bagaimana jamu memberi kekuatan super sebagai petarung MMA. "Kami melanjutkan untuk minum jamu setiap hari dan mungkin itu adalah keajaiban, tetapi sebagian besar cedera saya yang mengganggu (terutama sakit punggung bagian bawah) sembuh," tulis dua sahabat itu di laman resmi Dirty Clean Eats (DCE), dikutip Selasa (6/6/2023). 

Saat kembali di Australia, mereka tidak dapat menemukan minuman ajaib ini di mana pun. Bahkan dengan mencarinya di negeri kanguru, harganya termasuk mahal.

Solusinya, setelah 6 bulan mencoba resep dan banyak riset, dua sahabat ini membuat brand jamu sendiri. Jamu yang mereka buat terdiri dari perpaduan rempah kunyit, jahe, bawang putih, kayu manis, cabai, lada hitam, cuka sari apel, hingga jeruk nipis. 

Mereka menjual produknya melalui website dan mengembangkan pemasaran di Instagram. Harga per botolan jamu yang dijual sekitar 5 dolar AS atau hampir Rp100 ribu.

Pengemasan Jamu

Dirty Clean Eats (DCE), brand jamu yang dikembangkan di Australia
Dirty Clean Eats (DCE), brand jamu yang dikembangkan di Australia. (Dok: Instagram DCE)

Pengemasan jamu yang dilakukan Dirty Clean Eats (DCE) terbilang modern. Mereka membuat kemasan botolan kaca maupun plastik dalam beragam ukuran.

Di situsnya, mereka ikut mengedukasi cara meminum jamu seperti dicampur dengan air dingin, dicampur dengan air soda, diseduh menjadi teh panas atau diseduh. Dua sahabat ini juga menuliskan bahwa jamu yang mereka racik merupakan minuman tradisional Indonesia yang sebagian besar terbuat dari bahan-bahan alami antara lain akar, kulit kayu, bunga, biji, daun dan buah-buahan.

Jamu Indonesia berasal dari ribuan tahun yang lalu dan memiliki beberapa kesamaan dengan Ayurveda. Di Indonesia jamu digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit, tergantung bahan yang digunakan.

Banyak tersedia di kafe dan restoran di seluruh Bali, jamu kunyit menjadi yang paling umum. Di laman situsnya mereka menulis, "Seorang juru masak Bali memberi tahu saya bahwa wanita secara tradisional meminumnya dua atau tiga kali seminggu untuk kecantikan, dan pria meminumnya dicampur dengan kuning telur mentah untuk kekuatan,".

Salah satu ramuan penyembuh yang paling ampuh, kunyit sebagai rimpang yang dapat digunakan segar, atau dalam bentuk bubuk kering. Selain menjadi anti-inflamasi yang kuat, detoksifikasi hati alami dan pembersih ginjal, kunyit juga dianggap memiliki sejumlah manfaat kesehatan termasuk antioksidan, pencernaan, mengurangi pembekuan, menurunkan kolesterol dan bersifat anti-karsinogenik. 

Mengolah Jamu di Rumah

Ilustrasi pembuatan jamu
Ilustrasi pembuatan jamu (dok.unsplash)

Jamu-jamuan termasuk tumbuhan obat khas Indonesia  yang dapat menjadi pilihan membantu memelihara daya tahan tubuh, salah satunya berperan melindungi berbagai penyakit. Jamu juga semakin diminati ketika pandemi COVID-19 masih melanda.

Tetapi, sebaiknya perhatikan cara pengolahan yang tepat supaya manfaat kesehatannya bisa Anda dapatkan. Berikut sejumlah tips dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia atau BPOM RI yang dilansir dari laman resmi BPOM.

Pertama, cuci bahan segar jamu menggunakan air mengalir lalu keringkan. Simpan dalam tempat bersih dan kering.

Lalu, selama pengolahan perhatikan kebersihan alat dan bahan. Pastikan tempat dan peralatan yang digunakan juga dalam keadaan bersih. Sebaiknya gunakan peralatan dari stainless steel.

Jagalah kebersihan pembuat jamu. Gunakan pakaian bersih, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama minimal 20 detik sebelum pengolahan, pakai masker dan sarung tangan.

Lalu, perhatikan cara pembuatan. Gunakan air bersih dan rebus air sampai mendidih.

Cara penyajian secara umum:

1. Bahan segar dan bahan kering direbus dalam air mendidih suhu 100 derajat Celcius selama 15- 30 menit.

2. Bentuk serbuk kering bisa diseduh dalam satu gelas air mendidih selama lima menit.

3. Rebusan atau seduhan khususnya herba Sambiloto dikonsumsi sebelum makan. Adapun jahe dikonsumsi setelah makan.

Tips:

1. Herba Sambiloto: Bahan kering sekitar 3 gram, dua kali sehari. Sementara serbuk kering 1,5-3 gram dikonsumsi tiga kali sehari.

 

 

Risiko Jamu Tercemar

Ilustrasi Jamu
Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Adapun Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si mengungkap kiat memilih bahan serta alat untuk membuat ramuan herbal yang benar dan baik untuk jaga kesehatan tubuh.

Dilansir dari Antara, dalam sebuah webinar kesehatan, Inggrid mengatakan dalam membuat jamu, orang-orang harus memastikan bahan yang digunakan segar dan tak tercemar misalnya bakteri, jamur, rumput dan hama penyakit.

Menurut Inggrid, meski terbuat dari bahan segar, tetap ada risiko jamu dapat tercemar. Untuk itu, cara pertama untuk membuat jamu segar yang baik, dimulai dari memilih bahan baku yang bagus misalnya rimpang, kulit batang, daun, bunga, biji dan buah. Bahan-bahannya didapatkan dari pasar maupun menanam sendiri.

Untuk daun, pilih yang segar, tidak layu. Sementara untuk bunga atau biji, buah-buahan carilah yang tidak kisut dan kulitnya tidak mengkilat. Bahan-bahan yang telah dipilih kemudian disortir kembali lalu dicuci dengan air mengalir dan tiriskan.  

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya